Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TK - 33 Jejak Kematian Orang Tua Damian Terkuak & Intrik Jamilah
Di kediaman Santoso yang luas dan megah, suasana terasa serius, namun penuh dengan tekad. Rafael dan Julian, dengan semangat membara untuk melindungi kakak mereka, mulai bekerja sama dengan asisten pribadi Damian, seorang wanita cerdas dan cekatan bernama Rina.
Rina, yang telah lama mengabdi pada Damian dan sangat loyal kepadanya, adalah aset berharga dalam tim ini.
Mereka bertiga membentuk tim investigasi internal, bertekad untuk menggali kebenaran di balik kematian orang tua kandung Damian yang misterius.
"Rina, kau sudah mengumpulkan semua data awal tentang orang tua kandung Damian?" tanya Rafael, matanya terpaku pada layar laptop di ruang kerja Damian. Jemarinya dengan cepat menelusuri folder-folder digital yang tersimpan rapi.
"Sudah, Tuan Rafael," jawab Rina, suaranya tenang dan profesional, sambil menunjuk beberapa file di layar besar yang terhubung ke laptop.
"Orang tua kandung Tuan Damian adalah Profesor Bayu Wijaya dan Dokter Kartika Dewi. Mereka adalah ilmuwan jenius yang bekerja di bidang energi terbarukan dan bioteknologi. Mereka sangat berdedikasi pada penelitian mereka, hampir mengabdikan seluruh hidupnya untuk sains."
Julian menyipitkan matanya, keningnya berkerut. "Detektif yang disewa Jamilah itu menyebutkan teknologi revolusioner. Apakah ada proyek spesifik yang mereka kerjakan saat itu yang sangat krusial?"
Rina mengangguk, membuka file lain yang menunjukkan diagram-diagram kompleks. "Ya, Tuan Julian. Mereka sedang mengerjakan sebuah prototype generator energi kinetik yang bisa menghasilkan listrik dari gerakan kecil, bahkan dari getaran. Dan mereka juga fokus pada penelitian tentang vaksin untuk penyakit langka, sebuah terobosan yang bisa menyelamatkan jutaan nyawa.
Penemuan ini bisa mengubah banyak hal, baik di bidang energi maupun kesehatan, dan berpotensi mengancam banyak industri raksasa."
Rafael mencatat informasi itu dengan cermat, pikirannya mulai merangkai benang merah.
"Lalu, tentang kecelakaan yang menimpa mereka. Apa yang kita ketahui selain laporan polisi?"
"Catatan polisi menyebutkan kecelakaan lalu lintas tunggal," jelas Rina, membuka file lain yang berisi foto-foto lokasi kejadian.
"Mobil mereka tergelincir dan jatuh ke jurang di daerah pegunungan yang terpencil. Namun, laporan investigasi internal yang kita minta menunjukkan adanya kejanggalan serius. Rem mobil sepertinya dirusak, bukan hanya sekadar kegagalan mekanis."
"Dirusak?" ulang Julian, nada suaranya menajam, rahangnya mengeras.
"Artinya, ini bukan kecelakaan biasa. Ini pembunuhan yang disengaja."
"Itu kemungkinan besar, Tuan," kata Rina, suaranya penuh keprihatinan.
"Namun, pada saat itu, investigasi dihentikan karena tidak ada bukti kuat yang bisa mengarahkan pada pelaku, dan kasusnya ditutup sebagai kecelakaan murni. Tidak lama setelah itu, keluarga Santoso yang merupakan kerabat jauh, mengadopsi Tuan Damian."
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Damian masuk, wajahnya serius, matanya memancarkan tekad. Ia telah mendengarkan sebagian besar pembicaraan mereka.
"Itu sebabnya kita harus menggali lebih dalam, jauh lebih dalam dari apa pun yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika orang tuaku dibungkam karena penemuan revolusioner mereka, maka ada dalang di balik semua ini, dalang yang bersembunyi di balik kekuasaan dan kekayaan."
Rafael mengangguk, pandangannya bertemu dengan Damian. "Kita akan mulai dengan mencari rekan kerja mereka, atau siapa pun yang terlibat dalam proyek-proyek itu. Mungkin ada yang tahu lebih banyak, orang-orang yang selama ini takut bicara, yang bisa kita yakinkan untuk mengungkap kebenaran."
Julian menambahkan, "Kita juga harus mencari arsip lama di lembaga penelitian tempat mereka bekerja, laporan penelitian, atau catatan pribadi orang tua Kak Damian. Siapa tahu ada petunjuk yang tersembunyi, sebuah catatan yang bisa membuka tabir kebenaran yang terkubur."
Mereka mulai menyusun daftar orang-orang yang harus dihubungi dan tempat-tempat yang harus ditelusuri. Tim investigasi internal Santoso bergerak cepat, memanfaatkan jaringan luas dan sumber daya yang mereka miliki.
Mereka tahu ini bukan sekadar mencari kebenaran, ini adalah upaya untuk membersihkan nama Damian dan mengungkap konspirasi yang mungkin telah lama terkubur. Mereka berjanji untuk tidak berhenti sampai semua kebenaran terungkap sepenuhnya.
☘️☘️
Beberapa hari kemudian, ponsel Adrian berdering. Panggilan itu dari Bram, detektif swasta yang mereka sewa.
Suaranya terdengar lebih bersemangat, bahkan sedikit bergetar, karena ia telah menemukan petunjuk baru yang jauh lebih signifikan dari sekadar gosip murahan.
"Bos, saya sudah menemukan bukti yang lebih kuat tentang sabotase pada mobil orang tua kandung Damian," lapor Bram, nadanya penuh keyakinan.
"Ada bekas kawat yang dipotong dengan sengaja di sistem rem, dan jejak chemical yang tidak biasa. Ini bukan kecelakaan, Bos. Ini pembunuhan yang disengaja, direncanakan dengan sangat rapi."
Adrian terkejut. Informasi ini jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Sebuah pembunuhan. Jika ini terungkap, citra Damian akan hancur total, entah bagaimana caranya. Ia membayangkan bagaimana ia bisa memutarbalikkan fakta ini untuk kepentingan Jamilah, menciptakan narasi baru yang akan menyudutkan Damian.
"Apakah ada petunjuk siapa pelakunya?" tanya Adrian, suaranya sedikit bergetar karena kegembiraan yang campur aduk dengan sedikit rasa ngeri.
"Belum pasti, Bos. Tapi saya menemukan jejak sebuah perusahaan farmasi besar, Apex Corp, yang punya kepentingan besar dalam paten vaksin yang sedang dikembangkan orang tua Damian," jawab Bram.
"Sepertinya ada persaingan bisnis yang sengit di balik itu, sebuah perebutan hak paten bernilai miliaran dolar."
Informasi ini membuat Adrian semakin bersemangat. Ini bukan sekadar gosip murahan, ini adalah konspirasi tingkat tinggi yang melibatkan kekuatan korporasi besar. Ia segera menghubungi Jamilah dan Winda, tidak sabar ingin menyampaikan berita ini.
☘️☘️
Pertemuan rahasia pun digelar di sebuah restoran mewah yang tersembunyi, sebuah tempat yang aman untuk membicarakan rencana licik mereka tanpa khawatir ada yang mendengar.
Jamilah mendengarkan laporan Bram dengan saksama, matanya berbinar penuh perhitungan, seringai licik mulai terbentuk di bibirnya.
"Jadi, orang tua Damian dibunuh karena penemuan mereka?" Jamilah mengulang, nadanya dipenuhi kepuasan yang menyeramkan.
"Ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Kita bisa gunakan ini untuk menghancurkan Damian secara total, menghancurkannya hingga tak bersisa."
"Tapi bagaimana, Ma?" tanya Adrian, sedikit bingung.
"Ini kasus lama, dan Damian adalah korban di sini. Jika kita mengungkap ini, bukankah publik akan bersimpati padanya?"
"Itu yang membuat ini menarik, Adrian," kata Jamilah, mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya berkilat jahat.
"Kita tidak akan menuduh Damian membunuh orang tuanya secara langsung. Itu terlalu mudah ditebak dan tidak logis. Kita akan membuat cerita yang lebih licik, bahwa Damian mengetahui kebenaran tentang kematian orang tuanya sejak lama, tapi ia memilih untuk diam dan melindungi keluarga angkatnya yang kaya raya, keluarga Santoso, demi mendapatkan keuntungan dan posisi di perusahaan. Kita akan menuduhnya sebagai seorang yang oportunis dan haus kekuasaan, yang rela mengorbankan kebenaran demi kepentingan pribadinya."
Winda mengerutkan kening. "Tapi itu tidak masuk akal, Ma. Mengapa Damian menyembunyikannya? Dia tidak punya motif yang kuat."
"Kita akan membuat cerita yang masuk akal dan bisa dipercaya publik, Winda," jawab Jamilah, senyum liciknya semakin lebar.
"Kita akan mengatakan bahwa Damian tahu siapa pembunuh orang tuanya, tapi ia memilih untuk diam demi kepentingan keluarga Santoso, sebuah keluarga yang kini ia anggap sebagai 'keluarganya sendiri'. Ini akan membuat Anatasya ragu pada integritas Damian, dan publik akan melihat Damian sebagai seseorang yang kejam, yang rela mengorbankan kebenaran dan keadilan demi keuntungan dan posisi."
Jamilah melihat potensi besar dalam informasi ini. Jika mereka bisa memutarbalikkan fakta, maka reputasi Damian akan hancur di mata semua orang, terutama Anatasya, yang akan melihat tunangannya sebagai seseorang yang licik dan tidak bermoral.
"Bram, aku ingin kau terus menggali lebih dalam tentang Apex Corp dan keterlibatan mereka," perintah Jamilah, suaranya tegas.
"Cari bukti sekecil apa pun yang bisa kita gunakan untuk menuduh Damian menyembunyikan kebenaran, untuk menyudutkannya. Bahkan jika itu hanya petunjuk kecil, kita akan membesarkannya."
Bram mengangguk, meskipun dalam hati ia merasa ragu dengan rencana keji ini. Hati nuraninya mulai sedikit terganggu. Namun, uang yang ditawarkan Jamilah terlalu besar untuk ditolak, dan ia sudah terlalu jauh terlibat dalam permainan kotor ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...