Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12: SEPERTI JALAN BUNTU
Lin Muwan telah merendam tubuhnya dalam air selama satu jam. Ketika dia berdiri untuk mengganti baju, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.
Suara langkah kaki kecil yang teratur terdengar di telinga, kemudian berhenti tepat di depan tirai kertas yang memisahkan ruang mandi dengan kamar utama.
“Nona, apakah Nona sudah selesai membersihkan diri?”
Itu suara perempuan. Usianya mungkin sekitar enam belas tahun.
“Kau siapa?”
“Saya adalah Biyi, saya dipindahkan kemari oleh Tuan Zifang.”
Ah, jadi gadis itu adalah orang baru. Lin Muwan menebak Biyi adalah pelayan baru yang diberikan kepadanya oleh Murong Changfeng.
Xiu’er, pelayan sebelumnya sudah mati tertembak panah di hutan saat perburuan untuk melindunginya. Pria itu bisa jadi memberinya pelayan baru agar dia tidak mempermalukannya, atau mungkin pria itu sengaja mengirim Biyi untuk memata-matai setiap pergerakan Lin Muwan.
“Nona, saya akan melayani Anda berpakaian,” ucap Biyi.
“Tidak perlu. Aku bisa memakainya sendiri.
Lin Muwan menolaknya dengan alasan dia bisa memakai pakaiannya sendiri. Biyi cukup terkejut karena dia tahu dari orang-orang di kediaman, selir sang pangeran dibesarkan di keluarga marquis seperti sebuah permata.
Sifatnya seharusnya agak manja. Beberapa pelayan lain yang ia tanyai mengatakan selir ini temperamennya keras kepala dan sulit diatur, sehingga mereka yang melayani di kediaman ini kadang merasa muak.
Apakah itu hanyalah kesalahpahaman?
Biyi memperhatikan sosok Lin Muwan baik-baik. Lin Muwan duduk di depan cermin perunggu, mengeringkan rambut dengan handuk kering.
Gaun yang dikenakannya terbuat dari satin berwarna abu-abu muda yang membuat kulitnya terlihat lebih bercahaya. Lin Muwan begitu tenang.
Sosk yang duduk di depan cermin itu jelas-jelas orang yang mandiri, tidak seperti anak gadis yang biasa dimanja dan dilayani banyak orang dalam hidupnya.
Apakah Biyi salah menilainya? Sebagai orang baru yang baru datang ke kediaman ini, dia memang harus banyak menilai dan memahami majikan barunya.
“Kau masih di sini?” tanya Lin Muwan. Dia terkejut saat melihat Biyi ternyata belum pergi dan masih berdiri di dekat layar lipat.
“Apakah Nona punya perintah?”
“Karena kau begitu ingin bekerja, kalau begitu ambilkan beberapa camilan untukku.”
“Baik, Nona.”
Lin Muwan kelaparan berhari-hari dan terpaksa makan buah-buahan hutan yang asam. Meski dia sudah makan camilan dari Murong Changfeng, namun jelas tidak bisa membuatnya kenyang.
Sekarang juga masih siang, belum saatnya baginya untuk makan. Ia pikir akan lebih baik memakan beberapa potong camilan untuk mengisi perutnya.
Lin Muwan kembali menatap dirinya di depan cermin. Sekarang, tampilan ini terlihat lebih baik daripada beberapa saat yang lalu. Wajahnya tidak lagi lusuh dan kotor.
Meski tidak memakai riasan tebal dan hanya mengoleskan sedikit bedak untuk menutupi beberapa noda hitam di pipi, itu sudah cukup untuk membuat wajahnya terlihat cantik secara alami.
“Aku, Lin Muwan, seorang arkeolog berprestasi mana bisa disamakan dengan pelayan dapur. Setidaknya ini lebih baik,” gumamnya.
Lin Muwan merapikan pakaiannya. Luka di bahunya mulai kering, dua hari lagi bisa sembuh total. Kecepatan pemulihan ini cukup baik mengingat fisik pemilik tubuh asli sebenarnya sangat lemah.
Dia juga heran. Jelas-jelas Lin Muwan adalah gadis dari keluarga militer, mengapa tubuhnya justru sangat lemah?
Tubuh ini bahkan tidak mampu berlari cepat menghindari panah hingga pelayannya terpaksa memberikan nyawanya untuk menyelamatkannya.
Mulai sekarang, dia harus melatih tubuh ini agar dia bisa memulihkan seni bela dirinya yang paling bagus itu.
“Sungguh suatu kemunduran yang memalukan,” gumamnya. Menjadi wanita, seorang selir yang dibenci dan yatim piatu, tidak bisa berbuat apa-apa karena lemah, ini adalah penghinaan yang besar untuknya.
Satu jam kemudian, Biyi kembali dengan membawa sepiring kue ketan yang masih hangat. Pelayan itu meletakkan piring di meja kecil di sofa yang tidak empuk, mundur beberapa langkah dan menunduk.
“Apakah Nona masih punya perintah?”
Lin Muwan menguap malas. Sebagai pendatang baru, dia seharusnya pergi untuk mengenali dunia barunya. Entah kenapa dia sangat mengantuk.
Biyi ini tidak akan pergi jika tidak disuruh. Lin Muwan bagaimana mungkin bisa tidur kalau diawasi seperti ini. Kebetulan, dia ingat ada sesuatu yang harus diselesaikan saat ini.
“Seberapa besar kau mengenal kediaman ini?”
“Menjawab, Nona. Saya baru datang ke kediaman satu bulan lalu.”
“Di mana kau bekerja sebelumnya?”
“Di Divisi Rumah Tangga Istana, Nona.”
“Kalau begitu, kau seharusnya mengenal banyak orang yang satu profesi denganmu. Baiklah, kebetulan aku punya tugas untukmu.”
Lin Muwan pergi mengambil sesuatu, lalu kembali lagi ke tempat Biyi berdiri. Di tangannya terdapat dua buah tusuk rambut dan sekantong uang perak yang mungkin telah disimpan ‘Lin Muwan’ sebelumnya.
“Berikan ini pada keluarga atau kerabat Xiu’er. Dia pelayanku sebelumnya, tapi mati dibunuh para bajingan itu.”
Ketika Lin Muwan mengatakan kalimat terakhirnya, matanya dipenuhi dengan kebencian. Nadanya terdengar sangat tidak terima dan setengah mencibir.
Biyi tahu tentang konflik dan rumitnya hubungan antara Lin Muwan dan sang pangeran di kediaman ini, sehingga dia tidak terlalu terkejut. Hanya saja dia tidak menyangka Lin Muwan akan seberani ini mengatai pangeran dan teman-temannya sebagai bajingan.
“Baik, Nona. Saya akan pergi.”
“Pastikan para bajingan itu tidak tahu.”
Lin Muwan baru bisa berbaring dengan nyaman setelah Biyi pergi. Setidaknya, nyawanya bisa dipertahankan untuk saat ini. Murong Changfeng tidak mungkin orang yang tidak bisa membedakan budi dan dendam.
Sebagai seorang pangeran, dia seharusnya tahu bagaimana bersikap pada orang yang sudah menyelamatkan hidupnya sekalipun orang itu adalah putri dari pembunuh ibunya.
Lin Muwan biasanya tidak terlalu peduli pada kehidupan orang lain. Tetapi, dia merasa kalau dia dan Xiu’er adalah orang yang bernasib sama, bergantung pada kata dan perintah orang lain untuk hidup.
Xiu’er hanya tidak beruntung karena statusnya jauh lebih rendah dan punya banyak ketidakberdayaan. Mungkin sedikit kompensasi bisa meringankan kesedihan keluarga atau kerabatnya.
Dia berbaring sambil merenung. Hubungan rumit yang dimulai oleh Keluarga Lin di masa lalu adalah penyebab kehidupan tragis ini. Tetapi, Lin Muwan justru merasa hal ini tidak sesederhana yang dipikirkan orang.
Dia melihat ekspresi Kaisar tua saat itu, dan di sanalah dia menyadari bahwa segala sesuatunya tidak sederhana. Entah kenapa dia merasa kalau pemberontakan Keluarga Lin ada hubungannya dengan Kaisar.
Kalau benar, bukankah itu artinya keluarga kekaisaran menjadi pemicu kehancuran Marquis Yongning?
Semua hal selalu punya sebab dan akibat. Jika ingin memutuskan rantai hubungan rumit ini, Lin Muwan tampaknya harus mulai menyelidiki dari akar masalahnya. Siapa tahu nasibnya bisa berubah dan dia bisa kembali ke masa depan jika berhasil memecahkan masalah ini.
“Tidak mungkin semudah itu,” gumamnya lagi. “Hubungan keluarga kekaisaran selalu rumit. Kaisar dan menteri punya jarak yang lebar. Pemberontakan adalah hal tabu, jika tidak berhati-hati aku bisa mati. Selain itu, bajingan bernama Murong Changfeng tidak akan membiarkanku hidup dengan tenang.”
Selain itu, Lin Muwan juga tidak tahu siapa yang akan menjadi kaisar di antara ketiga pangeran di masa depan. Bukankah kaisar di masa depan akan menobatkannya sebagai permaisuri? Kalau begitu, bukankah dia harus menunggu hingga kaisar baru naik takhta?
Masalahnya adalah, prosesnya tidak akan mudah. Konflik antara para pangeran sudah sangat rumit dan kompleks.
Masalah percobaan pembunuhan di arena perburuan belum dipecahkan, para pangeran pasti sedang mencoba mencari cara untuk saling menjatuhkan. Jika dia maju sekarang secara terang-terangan, dia hanya akan menemui jalan buntu.
Lin Muwan lelah memikirkannya. Dia tertidur, dan ketika dia bangun, Biyi terlihat sedang menyalakan lilin. Hari sudah gelap, malam musim dingin akan segera dimulai.
kamu sendiri aja mulut nya lebih jahat sama istri tp manis sama perempuan lain..
kalo aq istri nya, kdrt itu berlaku.. 😂😂😂
baru mampir ,, nyimak sambil baca .. semoga sampai tamat ya Thor
sehat sehat Thor
semangat nulisnya 🥰🥰
sampai gak bisa berkata kata