Namaku adalah Nayla putri dan Aku hanyalah gadis desa dengan penghidupan di bawah rata rata. Selama ini aku hidup dengan hanya mengenal sosok seorang Ibu saja tanpa mengenal sosok yang bernama Ayah. Bagiku Ibu adalah satu satunya orang yang paling berharga dalam hidupku, tanpa nya mungkin aku tidak akan bisa hidup selama ini. Semua ucapannya adalah titah untukku, dan demi membahagiakan nya aku mematuhi semua ucapan nya bahkan dengan mengindahkan perasaan ku sendiri, dan readers tercinta dari sinilah ceritaku bermula.
Selamat membaca, semoga berkenan. Berikan dukungan seikhlasnya, semoga yang maha Kuasa memberikan balasan yang setimpal. Aamiin ya robbal alamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan pertama
Lepaskan aku " 23 "
🎀🎀🎀
Aroma maskulin menyusup ke dalam rongga penciuman Nayla, rasanya begitu menenangkan baginya. Perlahan Nayla membuka kedua matanya, namun seketika Ia terkejut karena Ia tidur sambil memeluk seseorang.
" Tenang Nayla tenang, dia hanyalah Mas Asrul suamimu. Tenangkan dirimu, atau Mas Asrul akan bangun dan kamu jadi malu. Belum lagi Ibu, kalau sampai Ibu tau, kamu terkejut karena Mas Asrul ada di sampingmu. Maka Ibu akan curiga padamu " Batin Nayla
Perlahan Nayla melepaskan pelukannya, agar tidak membangunkan pria yang entah sejak kapan menjadi sasaran pengganti bantal gulingnya.
Sambil menahan debaran jantungnya yang seakan ingin meledak dan keluar dari tempatnya. Nayla memilih tidur kembali sambil membelakangi Asrul suaminya.
" Ya Allah semoga saja Mas Asrul tidak tau kalau aku menjadikannya bantal guling. Mau taruh di mana wajahku ini nanti, bagaimana kalau dia marah "
Nayla bergidik geli sendiri, sekaligus takut. Namun aroma Asrul mampu membuatnya tenang, dan membuatnya tertidur kembali.
Samar samar terdengar alunan ayat ayat suci Alqur' an, mengalun merdu di telinga Nayla. Nayla membuka matanya perlahan, mencari sosok Asrul. Namun Ia tidak menemukan keberadaannya.
Matanya menyapu seisi kamarnya, nampak seorang muslim yang sedang melakukan kewajibannya kepada sang kholiq.
" Mas Asrul.....! gumam Nayla
Ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini. Berulang kali Nayla menepuk nepuk pipinya, bahkan menggosok gosok matanya, hanya untuk sekedar memastikan siapa yang sedang berada di hadapannya itu.
Semuanya ternyata benar, itu adalah Asrul suaminya. Suami yang egois, sekarang ada di hadapannya. Mengangkat kedua tangannya, memohon sesuatu yang hanya Dia dan sang kholiq yang tau.
" Ya Allah, ada apa ini. Pria yang tidak menghargai pernikahan, menjalankan kewajibannya pada sang empunya hidup. Apa kamu sering melakukan ini Mas " Kembali Nayla bergumam, Ia kembali memejamkan matanya setelah mendengar kata Aamiin di ucapkan Asrul, di akhir do' a nya.
" Cepatlah bangun, tidak perlu pura pura tidur. Aku tau sejak tadi kamu sudah bangun, dan sibuk memperhatikanku kan ?".
Perkataan Asrul sontak membuat Nayla terkejut, dari mana Asrul mengetahui bahwa sejak tadi dia memang memperhatikannya. Sedangkan Ia terlihat sedang khusyu mengerjakan ibadahnya.
" Cepatlah bangun sebelum waktu paling baik habis, dan akan ada yang menangis nangis sendiri, karena terlambat satu waktu ".
Lagi lagi Nayla di buat terkejut, karena Asrul bisa mengetahui sebagian tentangnya yang hanya dia sendiri yang tau.
" Apa selama ini Mas Asrul selalu memperhatikanku, tapi itu tidak mungkin. Tapi, bagaimana dia bisa mengetahui semua tentangku "
Nayla segera bangun dan berlari masuk ke kamar mandi. Jujur Ia masih merasa malu ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Bagaimana Ia bisa merasa nyaman berada dalam pelukan pria yang sudah menjadi suaminya itu. Kalau di lihat tidak ada yang salah, biar bagaimana pun Asrul adalah suaminya. Tapi karena ini adalah pengalaman pertama bagi Nayla, semua itu membuatnya malu sendiri. Apalagi selama ini Asrul tidak memperlakukannya secara baik, antara malu dan takut bercampur jadi satu.
" Mas....! kamu begitu menjunjung tinggi waktu menjalankan ibadahmu, tapi kenapa kamu tidak peduli dengan hubungan ini. Hubungan yang merupakan sebuah janji kepada sang kholiq "
.
.
.
Nayla kebingungan karena Ia tidak membawa apa pun kedalam kamar mandi. Karena menahan malu, tadi Ia berlari begitu saja tanpa mengambil pakaian gantinya.
" Gimana ini, kalau aku tidak minta bantuan pada Mas Asrul, aku akan benar benar terlambat " Ucap Nayla gelisah
Tok~ tok~ tok
" Nayla, kamu sedang apa di dalam. Waktunya sebentar lagi " Seru Asrul di depan pintu
" Mas, Nayla lupa bawa pakain ganti, tolong ambilkan handuk dan segeralah keluar dari kamar " Teriak Nayla di dalam kamar mandi.
" Ish dasar ceroboh, bagaimana mungkin dia lupa bawa baju ganti " gumam Asrul
Asrul segera mengambilkan pakaian ganti begitu juga handuk dan memberikannya pada Nayla. Nayla mengeluarkan tangannya mengambil pakaian pemberian Asrul.
" Terimakasih Mas....! Langsung keluar ya, aku mau ganti baju dulu " pinta Nayla
Asrul menuruti semua yang di ucapkan Nayla, ketika melihat waktu di pergelangan tangannya. Nayla keluar dan menjalankan ibadahnya segera.
Terdengar deringan ponsel entah sudah yang kesekian kalianya. Nayla segera meraih ponselnya untuk melihat siapa yang melakukan panggilan di pagi buta seperti ini.
Namun ternyata bunyinya bukan berasal dari ponsel miliknya. Nayla mencari asal suara, Ia mendapatkan ternyata ponsel Asrul yang sejak tadi berdering. Sebuah nama tertera di sana, membuat Nayla merasa risih.
" Tidak bisakah kamu membiarkan Mas Asrul bersamaku bahkan hanya untuk sehari saja " Gumam Nayla.
Pintu kamar terbuka, Mas Asrul nampak di balik pintu. Ia nampak sudah sangat rapi.
" Mas....!" Sapa Nayla, di jawab Asrul dengan senyuman.
" Apa sudah selesai ? " Tanya Asrul kemudian, Ia duduk di pinggir kasur. Sementara Nayla merapikan alat alat sholatnya.
" Mas, tadi Siska menelponmu, maaf.... tadi aku hanya melihat sekilas namanya. Segeralah telpon balik, aku yakin ada yang penting sehingga dia menghubungimu sampai begitu sering " Ucap Nayla tegar.
Mungkin karena keseringan sakit hati, jadi Nayla mulai merasa terbiasa.
" Kenapa tidak kamu angkat saja " ucap Asrul yang membuat Nayla terkejut.
" Untuk apa aku menerimanya, bukan hak aku menggunakan ponselmu " jawab Nayla
" Mungkin saja ada yang sangat penting jadi dia menghubungimu "
" Apa yang lebih penting lagi bagi Siska selain diriku, Ia cemburu karena aku bersamamu " jawab Asrul kemudian
" Baiklah kalau begitu, kita akan kembali setelah sarapan pagi. Kasihan dia kalau harus menunggu Mas terlalu lama, aku siapkan sarapan paginya dulu ya....! " Ucap Nayla
Ia langsung keluar kamar menuju dapur, di sana sang Ibu sudah lebih dulu memasak sarapan pagi untuk mereka.
Mereka akhirnya sarapan bersama dalam diam, juga dengan lahap ( Hanya Asrul saja ).
" Bu.... ! "
" Maaf ya, Nayla tidak bisa lama lama menemani Ibu di sini. Kami harus langsung pulang pagi ini juga " Ucap Nayla memulai percakapan dengan sang Ibu. Sesungguhnya hatinya sangat sedih harus berpisah kembali.
" Tapi kenapa harus sepagi ini " Tanya Bu Lastri memastikan
" Maaf Ibu, tapi tadi ada orang kantor yang nelpon. Katanya Mas Asrul harus segera ke kantor, karena ada pekerjaan darurat. Dan itu tidak bisa di wakilkan, harus Mas Asrul sendiri yang mengerjakannya " Jawab Nayla berbohong.
Ibu Lastri sebenarnya sedih, tapi beliau menyadari status anaknya sekarang. Sudah menjadi istri orang lain, dan orang itu lebih berhak atas putrinya.
" Baiklah Nak, tidak apa apa. Masih banyak waktu, lain kali kalian bisa kesini lagi " Ucap Bu Lastri sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
👑👑👑
Terimakasih atas waktunya, jangan lupa tinggalkan jejak. Like, rate, komen. Hadiah dan juga vote seikhlasnya saja 😍😍😍
terus kerja apa ini?