Istri Siri Uncle Victor

Setibanya di Bandung, Victor memasuki kamarnya dan sekelebat bayangan enam tahun yang lalu kembali melintas di kepalanya. Ia dan Anna tidur satu ranjang dan juga permintaan Anna yang saat ini ingin menjadi istrinya seutuhnya. Kini gadis itu akan bertunangan dengan pria lain.

Victor merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dan menatap langit kamar. Semua tentang Anna kini berkeliaran di kepalanya. Hatinya sedikit terusik oleh pertunangan gadis itu. Padahal setahunya Anna masih berkuliah tapi kenapa tiba-tiba saja dia bertunangan.

"Victor... boleh Nenek masuk?,"teriak Ajeng dari luar kamar.

Victor bangkit dari tidurnya lalu duduk di bibir tempat tidur."Masuk saja Nek!,"jawab Victor.

Pintu kamar pria itu terbuka dan tampak Ajeng masuk menghampirinya dan langsung duduk di sebelahnya. Ajeng merasa ada sesuatu kenapa tiba-tiba cucunya tiba-tiba datang kesini. Memang kesehatannya mulai menurun tapi biasanya Victor akan menghubunginya saja menanyakan keadaannya.

"Apa yang terjadi?,"tanya Ajeng.

Victor menoleh pada Ajeng dengan kening berkerut, ia heran kenapa tiba-tiba Neneknya bertanya seperti itu.

"Victor Nenek tau kedatangan kamu kesini bukan hanya untuk menemui Nenek tapi juga untuk menenangkan diri, bukan?," tanya Ajeng menatap manik mata sang cucu.

Victor tersenyum tipis lalu menghela nafas beratnya. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa ia datang ke sini."Aku hanya ingin menghabiskan waktu weekend ku disini Nek,"jawab Victor.

"Jika kamu disini lalu Papimu bagaimana?,"tanya Ajeng.

"Papi tadi pagi berangkat ke Inggris Nek,"jawab Victor.

Ajeng mengerutkan keningnya kenapa menantunya itu tiba-tiba ke Inggris."Apakah Papinya menjalani pengobatan lagi di sana?. Lalu kenapa kamu tidak ikut?,"tanya Ajeng.

Victor menggeleng pelan."Papi ke Inggris bukan untuk menjalani pengobatan Nek. Tapi menghadiri pertunangan--Anna,"jawab Victor

Ajeng membulatkan matanya yang terkejut mendengar jawaban cucunya. Anna bertunangan? dan ia tahu sekarang kenapa cucunya datang kesini. Victor ingin menenangkan diri dari berita pertunangan Anna. Apakah itu artinya saat ini cucunya menyesali keputusannya untuk berpisah dengan Anna. Awalnya ia memang kecewa saat mendengar kabar perceraian cucunya sepulang Victor dari sini enam tahun yang lalu. Tapi ia tidak memaksakan kehendaknya karena ia tahu hati cucunya ini masih terpatri pada gadis di masa lalunya yang tidak akan pernah lagi kembali.

"Anna--akan bertunangan?. Kapan?,"tanya Ajeng.

"Aku tidak tahu Nek,"jawab Victor mengedikkan bahunya keatas.

Ajeng menggeleng pelan menatap sikap cuek cucunya itu. Ia tahu hati cucunya itu saat ini tidak baik-baik saja saat ini tapi masih saja berusaha sok tegar.

"Apakah kedatangan kamu ke sini ada hubungannya dengan ini?,"tanya Ajeng dengan tatapan penuh selidik.

"Nek--Victor menggeleng pelan.

"Jangan membohongi perasaan kamu Victor. Kamu sudah menyesal bukan melepas Anna?,"tanya Ajeng. Ia tahu begitu bagaimana cucunya ini dan Victor tidak akan datang kesini jika hatinya baik baik saja.

"Victor terkadang kita memang harus melepaskan dulu baru kita tahu dan menyadari kehadiran orang itu begitu berarti dalam hidup kita. Nenek tahu sebenarnya kamu menyukai Anna tapi kamu berusaha untuk mengingkari perasaan itu karena perbedaan usia kalian. Jangan bohongi perasaan kamu Victor atau kamu akan menyesal seumur hidupmu. Anna masih akan bertunangan dan belum menikah jadi kamu masuk memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya,"ucap Ajeng.

"Nenek bicara apa, aku--

"Victor... kamu itu cucuku, tangan ini yang membesarkanmu Nak. Nenek sangat tahu bagaimana kamu Nak. Kamu memang terlihat biasa saja tapi Nenek tahu hati kamu saat ini begitu rapuh," ucap Ajeng menangkup wajah Victor dengan kedua tangannya. Victor memang menghabiskan masa kecilnya disini hingga pria itu menamatkan sekolah menengah atasnya bersamanya disini.

"Nek... aku terpaksa melakukannya Nek. Aku terpaksa,"lirih Victor memeluk Ajeng dengan begitu erat.

Ajeng mengusap punggung sang cucu dengan lembut."Apa yang sebenarnya terjadi Nak?,"tanya Ajeng.

Victor mengurai pelukannya lalu menghela nafas beratnya." Saat aku sampai disini enam tahun yang lalu, Arsen menghubungiku dan memintaku untuk meninggalkan Anna dengan alasan perbedaan usia kamu Nek. Dia menggunakan kekuasaannya saat itu untuk mengancam ku,"jawab Victor mengatakan hal sebenarnya yang ia sembunyikan selama ini dari semua orang.

"Jadi--

"Ya Nek...aku terpaksa melepaskan Anna tapi--

"Tapi apa Victor?,"tanya Ajeng.

"Kami sebenarnya belum bercerai Nek,"jawab Victor membuat Ajeng benar benar terkejut.

"Apa maksudmu Victor dengan mengatakan jika kalian belum bercerai?,"tanya Ajeng yang begitu sangat terkejut dengan ucapan cucunya itu.

"Saat aku akan menalaknya di Bali waktu itu dia tiba-tiba saja keluar dari mobil Nek dan aku tidak lagi melanjutkan ucapanku. Dan aku masih mengirimkan uang nafkah untuknya pada kartu yang aku berikan padanya Nek,"jawab Victor. Anna memang tidak mengembalikan kartu yang ia berikan padanya saat itu dan Victor setiap bulannya mentransfer uang nafkah untuk Anna meski ia tahu Anna tidak pernah menggunakan uang yang ia berikan.

"Ya Tuhan Victor, apa kamu lakukan ini salah Nak. Kamu membiarkan istri kamu menjalin hubungan dengan pria lain di negara orang sana bahkan dia akan bertunangan,"ucap Ajeng yang benar-benar syok dengan kebenaran yang ada.

"Victor...hari ini kamu berangkat ke Inggris dan batalkan pertunangan itu,"ujar Ajeng.

"Tapi Nek...aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Arsen akan meninggalkan Anna,"jawab Victor.

"Persetan dengan Arsen itu. Kamu dan Anna Masin suami istri Victor. Anna itu milik kami bukan lagi milik keluarganya. Tapi tunggu dulu apakah kamu mencintai Anna?,"tanya Ajeng.

"Nek--

Ajeng berdiri dari duduknya melangkah menuju menuju nakas lalu mengambil sebuah buku kecil yang sangat Victor tahu itu buku apa.

"Jelaskan tulisan ini!,"ujar Ajeng memperlihatkan tulisan Victor yang terdapat pada buku itu tentang ungkapan perasaannya pada Cia. Sepulangnya Victor dari sini enam tahun yang lalu Ajeng menemukan buku ini di kamar rahasia Victor yang saat itu tidak tertutup. Sepertinya saat itu Victor lupa menutupnya kembali.

"Nek....aku terpaksa menulis semua itu agar Anna tidak lagi berharap padaku dan dia sendiri yang meninggalkanku,"jawab Victor.

"Jadi perasaanmu pada Cia?,"tanya Ajeng.

"Sudah lama hilang Nek. Tapi saat itu aku memang belum memiliki perasaan pada Anna tapi aku ingin belajar mencintainya. Aku sengaja membawa Anna kesini saat itu untuk memulai semuanya dari awal tapi permintaan Arsen tidak bisa aku abaikan Nek. Masa depan Anna akan suram memiliki suami tua sepertiku,"jawab Victor.

Ajeng mengusap air matanya yang jatuh secara tiba-tiba melihat nasib cucunya. Wanita tua itu mengusap bahu Victor dengan lembut."Jika kamu mencintainya, kejar dia dan perjuangkan hubungan kalian!,"ucap Ajeng.

"Nek... aku--

"Kamu datang kesana sisanya Nenek yang akan urus,"ucap Ajeng.

...****************...