NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33

Ros pun melanjutkan banyak kata-katanya, termasuk alasan yang menurutnya paling masuk akal untuk memindahkan Soraya. Ros menjadi satu-satunya orang yang bicara untuk beberapa saat, karena Benedict yang dia katakan sependapat dengannya, masih diam dengan kaku.

Sementara itu, sikap diam Soraya jelas bukanlah hal yang normal. Itu semua karena dibawah meja, kedua tangannya masing-masing digenggam Luna dan Rafael, yang duduk di setiap sampingnya.

“Sudah? sudah selesai?” Tanya Luna dengan sebelah alis terangkat tinggi.

Melihat Luna yang menjadi perespon disini, Ros sudah merasa kesal. Dia pun menatap Benedict, dan melotot ke arah putranya itu. Memberi tanda, agar mengatakan sesuatu.

Sementara Benedict, dia menekan bingkai kacamatanya lebih dalam, bingung harus berkata apa. Sebenarnya dia tidak setuju, dan tidak pernah menyetujui apapun, yang akan membuat anak bungsunya pergi jauh. Tapi setelah mendengar semua keluhan sang Ibu dan bagaimana berantakannya hari-hari sekolah Soraya, Benedict juga tidak bisa menolak.

Ini membuatnya banyak menyalahkan diri sendiri, berpikir kurangnya interaksi antara dia dan Soraya, mungkin menjadi salah satu penyebab Putrinya tidak maksimal di sekolah. Tapi mau bagaimana, dia bahkan tidak tahu cara untuk memulai percakapan dengan putrinya sendiri.

“Entah, Papa pikir itu bukan ide yang buruk juga.”

Soraya yang mendengar perkataan Ayahnya, tidak tahan untuk memutar bola matanya jengkel. “Iya tapi itu kan pikir Papa, bukan pikirnya aku.”

Luna dengan cepat, memberi tekanan pada tangan Soraya, meminta gadis itu lebih tenang. Dan dia mungkin bisa menenangkan Soraya, tapi tidak dengan Rafael.

“Soraya benar, yang papa pikir baik untuknya belum tentu benar baik-baik.”

“Rafael.” Ros menyela dengan nada peringatan.

“Kenapa Gamma?”

“Berani kamu mempertanyakan Gamma ya.”

Rafael yang mendengar ini, mempertahankan wajah datarnya. “Gamma memanggil namaku, dan aku bertanya kenapa. Lalu dimana letak kesalahan, sehingga Gamma harus tampak kesal.” Tutur Rafael berani.

Kali ini dia serius, dia tidak akan mengalah untuk Soraya. Dulu jika ada hal-hal seperti ini, dan dia membela Soraya, maka Soraya sendirilah yang akan menjadi paling marah padanya. Gadis itu menolak apapun idenya.

Tapi berbeda saat ini, Soraya bergantung padanya, dan Rafael tentu tidak akan mengecewakan adiknya itu.

Begitulah beberapa usaha pembelaan Rafael, sebelum percakapan-percakapan selanjutnya semakin runyam.

Luna yang dari tadi memperhatikan, memiliki ketegangan di area dahinya. Namun karena baru saja perawatan dengan botox, maka tidak terlihat kerutan disana.

“Oke cukup. Kenapa kalian beradu pendapat, terhadap sesuatu yang akan dilakukan oleh keponakan cantikku. Orangnya ada disini, jadi biarkan dia mengambil keputusan untuk sendiri.”

BRAK. Ros yang tidak menyangka akan beradu mulut dengan cucu kesayangannya, menjadi sangat tegang. Jadi saat Luna membuka mulutnya, dia menjadi sangat marah hingga menggebrak meja.

“Kamu jangan ikut campur! Ini bukan hal dimana pendapatnya perlu. Karena ini adalah yang terbaik untuk masa depannya, yang sudah hampir redup.”

“Oh ya? apa Tante Ros cenayang atau semacamnya, hingga bisa melihat masa depan orang lain. Ck, berhenti menyingkirkan orang lain dengan alasan, oh ini yang terbaik! ...

Seperti yang kau lakukan pada Kakakku.”

“LUNAAAAAA!”

Itulah yang terjadi, ketika cerita lama diungkit. Ros menjadi sangat marah, benar-benar marah, apalagi menghadapi ketenangan Luna dengan banyak ejekan di setiap katanya.

Sementara Benedict, dia mungkin yang terbaik dalam bisnis, tapi tidak sebagai anggota keluarga. Baik sebagai anak, suami, ayah ataupun saudara, itulah kenapa dia tidak menjawab semua sarkas mantan adik iparnya, atau bahkan menghentikan Ibunya dari adu mulut.

Ros yang menyadari bahwa dia seorang diri di kubu ini menjadi sangat marah, sampai harus memegang dadanya yang tiba-tiba sakit.

“IBUUU!”

“GAMMA!” Teriak Rafael dan Soraya serentak.

“Ibu, Ibu, Ibu sadarlah!” Mohon Benedict, melihat Ros yang sudah kehilangan kesadaran.

Rafael dengan cepat menyiapkan mobil, dan kembali untuk mengangkat Ros ke dalam mobil. Dalam situasi yang seharusnya cepat itu, Soraya sendiri heran kenapa itu melambat, manakala tersisa dia, sang Bibi dan Ayahnya.

“Ini semua gara-gara dirimu. Aku tidak mengizinkanmu masuk kemari, agar bisa mencelakai Ibuku. Kalau sampai terjadi apa-apa, maka kau akan menanggungnya.” Ucap Benedict pada Luna, yang kali ini mulai terlihat emosinya.

Dia benar-benar menyalakan Luna untuk hal ini, tapi terdiam, saat Soraya tiba-tiba berteriak padanya.

“INI BUKAN SALAH BIBI! INI SALAH PAPA SENDIRI! KENAPA PAPA TIDAK MENGHENTIKAN GAMMA SAJA. PAPA DIAM SEPANJANG WAKTU SEPERTI BONEKA, LALU MENYALAHKAN ORANG LAIN SAAT MASALAH TERJADI. DIH!” Soraya terkekeh dengan mata nanar, sebelum menyambung pelan, “… Tidak masuk akal.”

DEG. Jantung Benedict seolah diremas mendengar perkataan Soraya yang tajam. Seluruh tubuhnya kaku untuk sesaat.

“Sora, kamu berani bicara begitu pada Papa?” Tanya Benedict, dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Tapi meskipun itu pertanyaan yang hampir tidak bisa didengar, tapi jawaban Soraya dipastikannya untuk bisa didengar seluruh orang di dalam rumah.

“Tidak perlu berani untuk bicara begitu, karena memang itulah kenyataannya. Papa lihat foto itu ….” Tunjuk Soraya pada sebuah foto kecil Benedict di dinding.

“Gamma selalu bilang Papa tidak suka memakai pakaian di foto itu, sampai-sampai Papa menangis selama dua minggu karena mengambil foto dengan pakaian itu. Tapi Papa tidak bisa melawan karena takut pada Gamma.

Itulah diri Papa yang sebenarnya. Papa selalu takut pada Gamma. Papa takut terhadap apapun yang dia katakan, jadi Papa selalu setuju. Tapi aku bukan Papa.” Ujar Soraya dengan tepukan di dadanya.

“AKU BUKAN PAPA, DAN MENOLAK MENJADI PAPA. AKU TIDAK MAU MENJADI BONEKA.”

Bahkan Rafael yang hendak masuk memanggil mereka, membeku langkahnya mendengar perkataan Soraya. Itu tadi adalah sikap yang tidak bisa diterima dan sangat kasar Soraya, tapi dia tidak akan meluruskan hal itu sekarang.

“Papa, Sora, ayo.” Ajak Rafael pelan.

Mendengar ini, Benedict akhirnya bisa bernafas meski sangat sesak. Dengan tangan terkepal, dia mencoba tidak memproses apapun yang dikatakan Soraya saat ini.

Dia tidak ingin menjadi emosional, dan memang tidak pernah begitu emosional.

Jadi meskipun berat dia menelan semua kepahitan. “Ayo. Sora, ayo.” Panggilnya pelan.

“Tidak, kalian pergi lebih dulu. Kami akan menyusul.” Ujar Luna mengambil alih.

Benedict tentu saja tidak ingin melihat Luna di Rumah Sakit. Namun membayangkan semua kata-kata yang bisa dilontarkan Soraya jika dia menolak kedatangan Bibinya itu, maka Benedict hanya bisa diam. Dalam diam, dia mengambil langkah berbalik keluar.

Rafael yang ada di posisi ini, hanya berujar akan menunggu Soraya disana, sebelum berbalik dan ikut pergi.

Sementara Soraya masih mematung sejak teriakan terakhir-nya. Baru disadarkan dengan rangkulan di pundaknya.

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!