Kematian mendadak Gandawasa Natadharma, miliuner pemilik perusahaan game terbesar asal Indonesia yang bermukim di San Fransisco, Amerika Serikat, menimbulkan kecurigaan bahwa kematiannya tidak wajar.
Istrinya yang berbeda lima belas tahun lebih muda, Lily Kanissa Natadharma, tentu saja menjadi orang pertama yang paling dicurigai. Wanita yang pernah dikenal sebagai “Gadis Teh Botol”, sejak fotonya yang sedang minum teh botol di kelas ketika remaja, pernah viral. Gadis manis bermata indah dengan wajah polos bagai malaikat pada waktu itu, kini telah menjelma menjadi wanita yang luar biasa cantik menawan dan sangat berkelas.
Ketika digiring ke luar mansionnya yang mewah dengan tangan diborgol, para wartawan menghujani Lily dengan pertanyaan. Ia hanya melontarkan satu kata dengan wajah dingin, “Bodoh.” Lalu ia menundukkan kepala dan masuk ke mobil polisi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Detektif Maxmillian Anderson diuji kemampuannya untuk menguak fakta, mencari bukti-bukti serta menyelidiki motif yang membuat janda miliuner itu melakukan tindakan kriminal. Demi harta? Atau karena orang ketiga?
Benarkah dia pembunuhnya, atau ada orang lain yang melakukannya?
Namun, yang lebih penting adalah, mampukah Max menepis daya tarik Lily, yang dengan keanggunannya yang dingin, justru telah membuat hati Max terbakar sejak matanya singgah di wajah wanita itu, bahkan dari jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Lily Membantu Penyelidikan
Max membaca pesan yang dikirim Andrea ke ponselnya.
[Kap, kemarin aku tidak mendapat tiket. Untunglah aku mendapat penerbangan langsung DC-SF jam sembilan pagi ini. Jika tidak ada penundaan, aku akan mendarat di San Francisco sekitar jam dua belas siang. Dari bandara aku akan langsung ke kantor. Sampai ketemu nanti.]
[OK.] Max membalas singkat.
Ia melirik jam di sudut ponselnya yang menunjukkan angka delapan. Andrea pasti sudah di bandara, jadi Max tidak merasa perlu menulis panjang lebar untuk memberitahu perkembangan di sini, toh nanti sore mereka sudah akan bertemu.
Max keluar dari rumahnya, membuka pintu mobilnya di halaman dan duduk di belakang kemudi, memanaskan mesin sebentar, lalu melaju menuju ke mansion Gandawasa.
Jalanan tidak sepadat tadi malam. Kabut tipis masih mewarnai udara, sedikit demi sedikit terurai oleh cahaya matahari pagi.
Dengan lalu lintas pagi yang sudah agak lewat jam sibuk, Max akan tiba di kediaman miliuner itu dalam waktu sekitar satu jam. Sudah merupakan waktu kunjungan yang pantas.
Hati Max terasa ringan. Entah mengapa ia merasa lega, bahwa antara dirinya yang yakin Lily tidak bersalah, meskipun mungkin agak bias, dan Andrea yang yakin bahwa Lily bersalah, ternyata dirinya yang benar.
Telah diketahui sekarang, bahwa pembunuhnya bukan Lily. Itu adalah mantan wakil presiden Gandawasa, dan motifnya adalah dendam karena sakit hati.
Max mengembuskan napas. Sekali lagi, julukan sebagai penyelidik terbaik telah terbukti. Max merasa puas.
Untunglah ia tidak menerima tantangan Andrea untuk bertaruh potong kuping, jika tidak, ia harus memotong kuping rekannya itu karena dia kalah. Max terkekeh geli.
Andrea memang berdarah panas. Tanpa ampun. Sementara dirinya lebih terstruktur, bahkan banyak yang mengatakan dingin, tanpa emosi, sukar dibaca. Mungkin itu sebabnya mereka cocok bekerja sama bertahun-tahun, karena saling melengkapi.
Terduga pelaku sudah ada. Sekarang tinggal menggali lebih dalam tentang latar belakang dan penyebab memburuknya hubungan Wanjiru dan Natadharma. Bagaimana sang CEO bisa memaki-maki, bahkan melempar vas pada wakil presidennya di depan banyak orang, bahkan hingga menurunkan jabatannya dan memecatnya dengan tidak hormat.
Pasti ada yang menyebabkan semua itu.
Max bisa bertanya pada Andrew Wang, tetapi dia masih terbaring lemah di rumah sakit. Max berpikir lebih baik ia tidak mengganggu proses penyembuhannya.
Max juga bisa bertanya pada para eksekutif di perusahaan Gandawasa, tetapi itu pasti hanya yang terlihat di permukaan, tidak mendalam. Karena itu, yang paling tepat untuk ditanya adalah Lily.
Meskipun dari pengakuan Lily di awal penyelidikan, dia mengaku tidak ikut campur dalam bisnis suaminya. Tetapi jika ada unek-unek atau sesuatu yang sangat mengganjal di hati, Gandawasa pasti pernah bercerita pada istrinya.
Itulah yang perlu diketahui Max. Akar masalah yang menumpuk sehingga mendorong sebuah dendam, sampai pada niat membunuh.
Max tiba di mansion. Seperti biasa, ia menghentikan mobil di depan gerbang, lalu menekan interkom, melambai ke arah layar interkom itu ketika ada yang menjawab, dan gerbang langsung terbuka.
Orang-orang di sini sudah mengenalnya, sehingga ia tidak perlu lagi menyebutkan nama dan apa keperluannya untuk datang. Mereka semua sudah tahu, setiap kali ia ke sini, pasti untuk menemui janda miliuner majikan mereka.
Lily sedang menikmati sarapan ketika seorang pelayan memberitahukan kedatangan Max.
"Nyonya, Detektif Anderson ada di sini lagi. Apakah..."
"Persilakan dia masuk. Biarkan dia ikut sarapan di sini." Lily memotong kata-kata pelayannya.
"Baik, Nyonya." Pelayan itu mundur untuk menjemput Max.
"Detektif, Nyonya mengundang Anda ke ruang makan untuk ikut sarapan bersamanya." Tanpa menunggu Max menjawab, pelayan itu langsung berbalik dan mendahului Max ke arah ruang makan.
Mau tidak mau, Max mengikutinya. Ia baru ingat, saking bersemangat, ketika berangkat dari rumahnya tadi ia memang tidak sarapan, dan sekarang perutnya agak menagih untuk diisi. Apalagi, semakin dekat ke ruang makan, ada aroma kopi yang menyapa penciumannya, dan wangi mentega dari croissant yang baru dipanggang.
"Selamat pagi, silakan duduk, Inspektur." Tiba di ruang makan, Lily menyapa Max dan melambaikan tangan ke kursi di seberangnya.
Pagi ini ia mengenakan gaun tanpa lengan berwarna hijau pupus dengan potongan leher persegi, yang menonjolkan kulitnya yang kuning bersih. Rambutnya yang lebat dibiarkan tergerai melewati bahunya. Wajahnya tetap tanpa make up berlebihan, hanya lipstik warna pink muda dan pemerah pipi berwarna senada. Janda miliuner itu tampak segar.
Max menarik kursi dan langsung duduk. Sementara pelayan bertanya, "Kopi, Inspektur?"
"Ya, kopi, tanpa gula." Jawab Max.
Pelayan langsung meletakkan satu set cangkir di depan Max dan menuangkan kopi.
"Terima kasih." Ujar Max pada pelayan. Pelayan itu hanya mengangguk, lalu segera berlalu dari sana, membiarkan Max hanya berdua dengan Lily.
Max beralih memandang Lily. "Selamat pagi, Lily. Maaf aku langsung datang tanpa memberitahu."
Lily tersenyum tanda bahwa itu tidak apa-apa.
"Silakan diminum, Inspektur." Lily mempersilakan, lalu mengangkat cangkirnya sendiri ke bibirnya dan menyeruput pelan kopinya.
Perhatian Max tertuju pada semua gerakannya. Dan ketika Lily meneguk, tanpa disadari mata Max terpaku pada bibirnya, lalu turun ke lehernya yang jenjang.
Begitu Lily menurunkan cangkir dan meletakkannya di meja, Max segera mengalihkan pandang.
"Baru kali ini aku melihat Anda mengenakan seragam, Inspektur." Lily tersenyum. "Apakah ada tujuan khusus?"
"Ah, ya. Tidak ada tujuan khusus. Hanya saja... biasanya jika sedang menyelidiki, aku memang lebih suka tidak memakai seragam."
"Sekarang Anda mengenakan seragam, apakah karena sudah tidak menyelidiki?"
"Tidak sepenuhnya begitu. Tapi... Anda pasti sudah mendengar, bahwa terduga pelaku sudah diketahui. Tetapi ini baru terduga. Kami masih harus mengumpulkan bukti-bukti." Max dengan lancar memberi alasan tanpa malu, padahal tujuan sebenarnya karena ia ingin Lily melihatnya dalam seragam.
"Ah... benar," Lily seketika muram. "Kenneth..."
Lily menggeleng-gelengkan kepala dan menunduk. "Aku benar-benar tidak mengira. Kenneth sangat pendiam dan terpelajar. Sepanjang aku mengenalnya, sepertinya dia bahkan tidak bisa membunuh nyamuk. Bagaimana..."
Lily mengembuskan napas, dan terus menggelengkan kepala.
"Itulah yang perlu kita ketahui. Aku mendengar Anda tidak pernah minum teh?" tanya Max lagi.
Lily mengangguk. "Benar, Inspektur. Lambungku tidak kuat, tetapi anehnya tidak apa-apa jika minum kopi, mungkin karena kopi yang aku minum adalah kopi non kafein."
"Apakah Tuan Wanjiru pernah memberi teh atau kopi atau apa pun, yang dibawa ke rumah ini?"
"Rasanya tidak. Ganda hanya mengatakan Kenneth pernah membawakannya teh Gyokuro langsung dari Jepang, tapi karena itu teh hijau, Ganda tidak pernah meminumnya. Ganda hanya minum teh Jarum perak, yang merupakan teh putih. Dan itu harus diimpor langsung dari Cina agar terjamin keasliannya."
"Kalau begitu, seharusnya semua penghuni rumah ini tidak ada kemungkinan terpapar racun. Apakah Anda sudah mengirimkan sampel darah untuk diperiksa?" Max agak khawatir dengan kemungkinan Lily juga teracuni.
"Ya, kemarin begitu mendengar dari tim forensik, aku langsung pergi ke rumah sakit. Seluruh penghuni rumah ini bergiliran pergi untuk diambil sampel darahnya."
"Baiklah, kita hanya tinggal menunggu hasilnya. Sekarang, kita telah mengetahui bahwa motif Tuan Wanjiru adalah dendam, tetapi apa yang membuatnya begitu dendam sampai harus membunuh, itu yang perlu kita gali lebih dalam. Bisakah Anda menceritakan bagaimana hubungan mendiang suami Anda dengan Tuan Wanjiru dalam satu tahun terakhir?"
"Tentu. Aku akan membantu apa saja, Inspektur." Lily berkata tegas, "Apa saja."
tapi ini Lily loh Max, ntah bisa tertarik atw tak yaak, Gandawasa orang satu negara sama Lily.
kok Aku curiga Kenneth ada kerjasama sama Lily bwt membunuh Ganda yaak🤔 ntah ada motif apa. mungkin yaak. Kenneth orang Asia kan? sama-sama Asia sama Lily.
Aku tadi sempet lieur ini karya apa, ehh baca Napen nya ternyata cover Lily Gandawasa gantiii
Ganbatte kak Dela... next yaak
lanjut thor...
" Wanjiruu orang yang cerdas klo iya dia yang membunuh Gandawasa pantas wae gituu caranya juga unik, alon alon tapi pasti."
tapi ehh di paragraf ini kak Dela udah dibuka😁
next kak
next kak
lanjutkan kak, semangat.
terimakasih udah update.
next kak Dela
setelah kmaren ada kecurigaan Ganda tewas kna salah sasaran yg seharusnya bwt calon presiden itu, aku skrng curiga ke mungkin seseorang yg mencintai Lily?
ini racun efeknya perlahan kan yaak?
ahh ntahlah masih blom teraba. bisa jadi juga pelaku nya ada dirumah Ganda itu juga selain Lily.
next kak up lagi yaaak
tak salah nemu bacaan nih, keren juga sama kek Damar dan Qing Qing.
ditunggu next up nya kak Dela
Ganbatte...