Kematian mendadak Gandawasa Natadharma, miliuner pemilik perusahaan game terbesar asal Indonesia yang bermukim di San Fransisco, Amerika Serikat, menimbulkan kecurigaan bahwa kematiannya tidak wajar.
Istrinya yang berbeda lima belas tahun lebih muda, Lily Kanissa Natadharma, tentu saja menjadi orang pertama yang paling dicurigai. Wanita yang pernah dikenal sebagai “Gadis Teh Botol”, sejak fotonya yang sedang minum teh botol di kelas ketika remaja, pernah viral. Gadis manis bermata indah dengan wajah polos bagai malaikat pada waktu itu, kini telah menjelma menjadi wanita yang luar biasa cantik menawan dan sangat berkelas.
Ketika digiring ke luar mansionnya yang mewah dengan tangan diborgol, para wartawan menghujani Lily dengan pertanyaan. Ia hanya melontarkan satu kata dengan wajah dingin, “Bodoh.” Lalu ia menundukkan kepala dan masuk ke mobil polisi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Detektif Maxmillian Anderson diuji kemampuannya untuk menguak fakta, mencari bukti-bukti serta menyelidiki motif yang membuat janda miliuner itu melakukan tindakan kriminal. Demi harta? Atau karena orang ketiga?
Benarkah dia pembunuhnya, atau ada orang lain yang melakukannya?
Namun, yang lebih penting adalah, mampukah Max menepis daya tarik Lily, yang dengan keanggunannya yang dingin, justru telah membuat hati Max terbakar sejak matanya singgah di wajah wanita itu, bahkan dari jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Menesuluri Jejak Sang Pembunuh
Kantor Divisi Investigasi Strategis SFPD.
Max masih memelototi sederet hasil pelacakan riwayat pencarian Kenneth yang dikirimkan oleh kantor penyedia layanan internet yang digunakannya.
Sayangnya, selain kata kunci yang digunakan Kenneth untuk mencari cara membunuh tanpa diketahui, atau racun yang tidak meninggalkan jejak, tidak ditemukan bagaimana atau dari mana Kenneth mendapatkan racun-racun yang digunakan untuk membunuh Gandawasa.
“Dia pasti mencari dan melakukan transaksi di web gelap,” tim IT tadi telah memberi masukan kepada Max. “Karena itu, kita tidak bisa menemukan riwayatnya.”
Web gelap menggunakan peramban dengan sistem enkripsi berlapis, sehingga pencarian dan tindakan pengguna menjadi anonim. Karenanya, identitas dan lokasi pengguna tidak dapat dilacak.
Para kriminal sering menggunakan web gelap untuk menyembunyikan perdagangan berbagai macam barang selundupan. Misalnya obat-obatan terlarang, komponen bom, senjata besar dan kecil, pornografi anak, penjualan manusia atau bagian tubuh, bahkan tindakan kriminal bayaran.
Transaksi pun kebanyakan dilaksanakan menggunakan mata uang kripto yang anonim.
Max menopang dagu dengan satu tangan, sementara tangan lain mengetuk-ngetuk meja. Telah beberapa menit berlalu, dan ia masih belum berhenti, tanda ia masih berpikir keras.
“Penjualan thallium dilarang di Amerika. Katakan lagi, di negara mana itu bisa dibeli?” Akhirnya Max menghentikan tangannya yang mengetuk-ngetuk meja, dan beralih pada Andrea yang duduk menunggu di depannya. “India, bukan?”
“Benar,” jawab Andrea.
“Keparat itu menyembunyikan semuanya dengan rapat. Tapi kita punya Interpol.” Max berkata dengan geram.
Interpol adalah kependekan dari Organisasi Kepolisian Kriminal Internasional, organisasi antarpemerintah yang membantu polisi di semua negara, bekerja sama demi menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih aman.
Negara yang menjadi anggota Interpol ada 196. Tentu saja hampir semua negara di dunia menjadi anggota Interpol.
Agar dapat bekerja sama untuk membantu menyelidiki kejahatan atau pelaku kriminal di negara mereka sendiri sesuai dengan hukum nasional masing-masing, dan bekerja sama dalam investigasi, operasi, dan penangkapan lintas batas untuk membantu negara lain, ada 19 basis data yang dikelola, berisi data tentang kejahatan dan pelaku kriminal, yang dapat diakses secara waktu nyata oleh negara-negara anggota.
Sadar bahwa Kenneth sudah tidak bisa lagi ditangani sendiri, Max menghubungi Interpol India di New Delhi.
Riwayat dan transaksi Kenneth memang dilakukan melalui web gelap dan dibayar menggunakan kripto.
Tetapi… lelaki itu pasti lupa, bahwa semua transaksi internasional tetap menggunakan kiriman yang bisa dilacak. Itu tidak bisa dikirim dengan gaib. Setiap barang yang diekspor, harus selalu dicatat di pabean. Apalagi, ini adalah zat berbahaya.
Karena itu, Max meminta bantuan polisi India untuk melacak setiap pengiriman zat-zat kimia beracun, bukan hanya thallium, yang keluar dari India dalam satu tahun ini. Itu memang daftar yang panjang dan pasti memakan waktu untuk mengumpulkannya.
Mereka tidak bisa melacak riwayat pencarian di web gelap, juga tidak bisa melihat transaksi yang dibayar dengan mata uang kripto. Tetapi akan bisa mengetahui ke mana barang itu dikirim. Baik alamat penerima langsung atau pihak ketiga yang menampung.
Kemudian penyelidikan akan dilanjutkan dari sana. Semua benang kusut yang bertumpuk akan terurai dan ujungnya akan ditemukan.
Sementara menunggu, mereka tidak berpangku tangan. Andrea masih melanjutkan penyelidikan kamera lalu lintas, kalau-kalau ada yang pernah menangkap kemunculan Kenneth di suatu tempat. Meskipun hingga detik ini, hasilnya masih nihil.
Max belum menghubungi Lily kembali. Setelah rumah yang ditempati Kenneth ditemukan, Kenneth memang telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun, sebelum hasilnya positif, sebelum SFPD benar-benar menangkap orangnya secara fisik, jalan masih panjang.
Penyelidikan kriminalitas yang sebenarnya tidak seperti di film, yang begitu mudah menangkap penjahat. Di dunia nyata, bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Max tidak berharap kasus Gandawasa ini akan memakan waktu begitu lama. Namun, suka atau tidak, Max harus angkat topi. Kenneth memang bukan lawan yang mudah.
Setelah kurang lebih dua bulan, Interpol India akhirnya mengirimkan informasi yang berhasil mereka kumpulkan. Hasilnya, Kenneth ternyata menggunakan 100 nomor telepon. Dan dalam satu tahun terakhir, ada pengiriman 60 jenis zat beracun dalam jumlah kecil-kecil yang keluar dari India, yang dikirim ke alamat yang sama.
Namun, itu bukan perusahaan yang berlokasi di Amerika, melainkan di Jepang. Itu adalah sebuah perusahaan kimia dengan nama One Nigai Chemical.
“One Nigai Chemical?” Max mengernyit, dan berpandang-pandangan dengan Andrea. “Mengapa aku merasa One ini maksudnya Wan? Wanjiru?”
“Lalu apa artinya Nigai?” Andrea segera mencari di mesin penerjemah.
“Pahit?” Kini giliran Andrea yang mengerutkan kening. “Apakah maksudnya obat pahit?”
Max menggeleng. “Aku rasa… maksudnya adalah kepahitan. Dendam. Kepahitan Wanjiru… Positif, itu pasti perusahaan Wanjiru!”
“Aku akan menghubungi Interpol Jepang, meminta data apakah ada pengiriman paket zat-zat kimia dari One Nigai Chemical ke San Francisco.” Andrea bangkit dari tempat duduk. Jantungnya berpacu sehingga darahnya menderas, dipenuhi semangat.
Max menyugar rambutnya dan mengembuskan napas, lalu melempar punggungnya ke sandaran kursi.
Akhirnya…
“Sudah tiba waktunya keparat itu diringkus!” Max menggeleng-gelengkan kepala, “Satu orang telah berhasil membuat repot banyak negara.”
Informasi dari Jepang tidak memerlukan waktu terlalu lama, karena hanya spesifik memeriksa satu perusahaan. Dalam dua hari, mereka telah mendapatkan alamat tujuan pengiriman dari One Nigai Chemical.
Tim Investigasi Strategis kembali bersiap untuk mengepung tempat Kenneth. Karena telah positif, kali ini mereka memakai mobil polisi dan memasang sirene.
Tiga mobil berisi delapan orang kembali beriringan menuju suatu tempat yang sangat terpencil di bukit.
Itu bukit yang dikelilingi tanah tandus, dan jalanan ke sana agak rusak. Di atas bukit itu ada bangunan yang terbengkalai, bekas bunker yang telah lama ditinggalkan. Dinding-dindingnya dipenuhi coretan-coretan vandalisme. Tidak ada yang akan mengira tempat itu berpenghuni.
Ketika mendaki dan semakin mendekati bangunan, mobil-mobil mematikan sirene dan akhirnya berhenti di depan bangunan terbengkalai itu.
Satu per satu mereka mendekat dan mengepung bangunan itu. Max dan Andrea mengokang senjata, siap menembak jika Kenneth melarikan diri.
Mereka berdua saling mengangguk, lalu kompak masuk serentak sambil memegang pistol di depan tubuh mereka.
Di dalam bangunan itu tidak ada siapa-siapa.
Mereka melanjutkan hingga pintu menuju bawah tanah, dimana bunker terletak, dengan hati-hati menuruni tangga.
Bau menyengat langsung menerpa penciuman, membuat keduanya mengernyitkan hidung.
Ruang bawah tanah itu remang-remang karena lampu tidak menyala, pencahayaan hanya dari celah pintu yang terbuka di atas, tempat mereka tadi masuk.
Semakin bawah, bau itu kian menusuk. Max dan Andrea saling menatap, berkomunikasi dengan mata mereka.
Ini bukan bau zat kimia…
Max bergegas turun, di sekeliling bunker itu ada rak-rak berisi banyak botol-botol kecil. Di tengah, ada meja dengan tabung-tabung percobaan. Hanya ada satu kursi di depan meja.
Ada seseorang yang duduk di kursi itu, tubuhnya bersandar dan kepalanya terletak di atas meja, seperti orang yang ketiduran.
Max mendekat, dan menyadari bau busuk yang tercium sedari tadi, jelas berasal dari orang ini.
Itu Kenneth Wanjiru.
Dia telah mati.
mengingat status Lily yang cukup terkenal, apalagi sempat tesangkut kasus kematian Gandawasa, agak aneh sih kalau tidak ada seorangpun yang mengenalinya. bahkan polisi 911 nya pun tidak.