NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Sakit tapi nyaman.

“mas…”suara Ain pelan, dia juga pasti merasakan hal sama denganku. Aku mencoba tetap tenang agar Ain tidak semakin ketakutan, melepas tas kecil yang kupakai, berisi HP juga barang-barang berharga lainnya lalu kuserahkan pada Ain.

“jangan membantah dan cepat lakukan!”perintahku setelah Ain menerima tas dariku, aku segera turun dari motor yang masih menyala mesinnya.”putar balik, jika memungkinkan minta tolonglah pada warga terdekat.”

Wajah Ain terlihat ketakutan, satu tangannya masih memegang lenganku.

”cepat!”perintahku padanya, karena melihat dua orang sedang berjalan ke arahku, aku kenal dengan salah satunya. Kulepas paksa tangan Ain dan bejalan ke arah dua orang itu, bermaksud agar dia segera pergi dan tidak ikut terlibat.

“Laksa, ada apa?”ucapku mencoba tenang. Aku sedikit lega saat melihat Ain sudah pergi dan tak ada yang mengikutinya.

“kau terlalu ikut campur urusan orang lain! Bangsat!”teriak Laksa menarik kerah bajuku.

Aku mencoba tetap tenang, mulutnya berbau alkohol. Aku Tahan satu lengan Laksa yang sudah mengepalkan jari-jarinya. Bermaksud untuk menahan jika dia hendak memukul.

”gara-gara kau. Aku tak jadi mendapatkan Vika. An**ng!”

Aku tidak begitu peduli racauan Laksa, ku lirik sekitar, hanya satu teman Laksa yang ikut berdiri di sampingku, yang tiga lagi masih nangkring di motor, mungkin mereka sudah mabok cukup berat.

”dari awal aku sudah bilang padamu, jika dia sudah punya pacar.” kilahku sambil bersiap menghindar, karena satu tangan laksa sudah siap untuk memukul setiap saat.

”bacot! Kau membuatku gagal menikmatinya. An**ng!”teriaknya sambil melayangkan satu pukulan tapi aku berhasil menahannya dengan tangan kiri, karena dia setengah mabok, aku yakin kekuatan pukulannya juga tidak maksimal.

Tadinya aku tidak berniat melawan, namun ucapan terakhirnya cukup membuat darahku naik dan menghilangkan tenang yang sedang ku jaga.

“kau memang anj***!”satu pukulan telak, berhasil kudaratkan pada wajah Laksa.

“hanya lelaki pengecut. Yang menggunakan tangan untuk menyakiti wanitanya!”teriakku bersiap memberikan pukulan ke dua.

Tapi sayang, belum sempat pukulan ku sampai tujuan, satu tendangan dari samping tepat mengenai punggungku. Aku kehilangan keseimbangan, belum sempat aku memasang kuda-kuda, satu pukulan telak menghantam pinggiran mulutku. Aku tersungkur di aspal, terdengar suara ketiga teman Laksa yang lain, mereka sepertinya juga segera bergabung. Aku hanya bisa melindungi wajahku dengan ke dua tangan, juga melingkarkan tubuh agar perutku terlindungi. Karena setelahnya mereka terus menendang ku asal tanpa jeda.

Aku terus mencoba menjaga kesadaranku. Di antara kaki-kaki yang terus menendang seluruh tubuhku secara bergantian, kulihat ada sorot lampu dari ujung persawahan.

“ada orang!!”dengan samar aku mendengar salah satu dari mereka bicara. Sebenarnya aku ingin segera berteriak, namun mulutku terasa sakit dan tak mampu mengeluarkan suara. Cahaya itu semakin terang, pertanda jika semakin dekat.

“ayo kabur!!!”

Karena rasa tidak terima ku dan juga merasa yakin jika akan ada pertolongan. Dengan sisa-sisa kekuatan juga kesadaranku, kupegang satu kaki di antara mereka secara asal. Yang ada di pikiranku hanyalah, salah satu dari kalian harus tertangkap.

“lepaskan!!!”

“anj***. Lepas!!!”berontak sang pemilik kaki.

Aku tak peduli, semakin kuat aku mencengkram kaki itu. Meski sebagai gantinya tubuhku menjadi lebih terbuka dan lebih banyak mendapat tendangan fatal.

“woi! Hentikan!”

Aku mendengar seseorang berteriak kencang. Tidak lama berselang, sepintas aku melihat seseorang menerjang pemilik kaki yang sedang kupegang sekuat tenaga. Akhirnya aku bisa melepasnya dengan perasaan lega. Samar-samar aku merasa seseorang membantuku duduk.

”kau tidak apa-apa.” Aku mendengar, namun mulutku tak mampu menjawab. Bersamaan dengan bantuan yang datang, saat itu juga rasanya tenagaku langsung habis, aku bahkan tak tahu apakah Laksa dan teman-temannya tertangkap semua.

“mass…masss…!!!”suara Ain bercampur tangis, dia memegang tanganku, itu adalah hal terakhir yang aku rasakan karena setelahnya semua terasa gelap.

***

Samar-samar pandanganku kembali, Langit-langit putih dalam sebuah kamar dengan aroma khas. Selang kecil menancap pada nadi lengan kiriku, perlu beberapa saat untukku benar-benar sadar, jika sekarang aku sedang dirawat dalam sebuah kamar rumah sakit.

Perlahan aku mengalihkan pandangan ke arah lengan kanan yang terasa hangat, ternyata Ain yang mendekapnya, dia tertidur dengan posisi duduk, pipi kirinya melekat erat pada lenganku. Aku tak melihat ada jam pada dinding, sehingga tak tahu sekarang pukul berapa, juga berapa lama aku tidak sadarkan diri.

Ku urungkan niat untuk mencari tahu, karena tak ingin menggangu tidur Ain. Sedikit gerakan saja, badanku rasanya sakit semua. Akhirnya ku putuskan untuk kembali memejamkan mata. Sambil sesekali mengusap pelan tangan Ain dengan jempolku yang berada dalam dekapannya.

Sinar mentari yang menerobos masuk lewat jendela kamar rumah sakit, entah sejak kapan selambu itu terbuka. Membuat mataku terbuka karena silaunya. Ternyata aku berada dalam kamar yang berisi dua pasien. Aku mendengar percakapan dari pasien pada ranjang yang berada di dinding satunya.

Melihatku sudah membuka mata, Ain segera berjalan cepat ke tempatku terbaring, satu tangannya membawa sebungkus makanan. Tadinya aku ingin melempar senyum agar dia tak terlalu khawatir, karena dia memasang wajah murung. Tapi ternyata bibirku terasa sakit saat terlalu digerakkan.

”aw...”reflekku menahan sakit.

Ain meletakkan makanan di atas meja kecil yang berada di samping ranjang. Lalu ia mendekat dan mengusap keningku.

”pelan-pelan mas.”ucapnya penuh khawatir.

“sek. Ada sesuatu yang bisa ku gunakan untuk ngaca?”tanyaku padanya dengan sedikit cedal juga intonasi pelan, karena bibirku sama sekali tidak bersahabat.

”bentar.”Ain membuka tasnya yang ada di meja yang sama. Lalu kaca kecil berbentuk kotak dia arahkan pada wajahku.

”astaga, pantas saja terasa sulit untuk bicara normal. Sebelah ujung bibirku lebam. Lebar pula.”batinku. aku mencoba menggerakkan tubuh, sakit. Sepertinya ada beberapa lebam juga di punggungku.

“sarapan dulu mas, aku baru saja beli bubur.”Ain bicara sambil menyuruhku duduk, cukup susah payah aku berganti posisi. Lalu dia menumpuk bantal agar aku bisa bersandar di sana.

“sakit semua mas??”tanyanya melihat ekspresi wajahku sambil bersiap dengan suapan pertama. Badanku mungkin memang sakit semua, namun hatiku rasanya nyaman sekali dengan suasana saat ini, melihat ekspresi khawatirnya, juga caranya merawat ku.

Mataku tidak pernah lepas dari memandang wajahnya. Aku akan protes ketika sendok yang ia masukan mulut menyentuh gigiku yang sakit, dan Ain segera minta maaf dengan wajahnya yang… ahh hatiku benar-benar sumringah.

“aku tebak, kau juga pasti belum makan?”ucapku pelan. Dia tersenyum, pertanda tebakanku benar.

”mana sendoknya. Gantian aku yang nyuapin.”lagakku bergurau, padahal baru setengah saja aku mengangkat lengan, rasa ngilu nya sudah terasa. Ain mencibir dan menepuk tangan kananku.

”gaya!!!”

Setelahnya kami menghabiskan bubur itu berdua hingga sendokan terakhir.

“Sek… boleh ngopi?”tanyaku sambil memaksakan senyum semampuku.

“mau aku tabok bibir memblemu, Mas!”ketusnya.

”gak ada kopi, habis ini minum obat!!”lanjutnya memasang wajah galak.

”sek…”rengekan ku meraih telapak tangan kirinya lalu mengusap-usapnya dengan ibu jari.

“mau..!!!”gertaknya mengancam dengan mendekatkan jari telunjuknya pada bibirku yang lebam.

”sek! sek!”mataku tertuju pada jari kanannya yang semakin mendekat itu.

“panggil aku pesek sekali lagi!!”

“ampun dek, bercandanya jelek!!!”protesku agak keras sambil menahan sakit. Karena bibirku terlalu banyak bergerak.

Suaraku terlalu keras. Hingga pasien, juga dua orang yang sedang menunggunya menoleh ke arah kami. Ain segera merespon dengan minta maaf, dan meremas jariku kuat-kuat, sambil menahan malu karena tingkah kami.

Tak lama berselang dokter masuk untuk memeriksa keadaanku, untungnya tidak ada luka dalam, namun dokter memberi saran minimal aku disini selama dua hari, baru boleh perawatan jalan di rumah.

”ibuk sudah tahu sek, eh.. dek.”tanyaku setelah dokter pergi meninggalkan kami.

“sudah mas. Tadi pagi bibik tanya, kenapa aku gak pulang.”jawan Ain. Duduk pada kursi yang semalam dia gunakan untuk tidur.

”Bilang saja aku gak papa dek. biar ibuk gak panik sendiri."

Ain mengangguk tanpa menjawab, dia pasti lelah. Pikirku.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!