My BOSS

Pagi hari yang dinantikan, Elsa yang paling bersemangat disana, di pukul enam pagi sudah membuat keributan di kamar Queen yang masih menikmati hangatnya air dalam bathtub.

"Cepat Queen!" Teriaknya lalu berlanjut dengan kecerewetan yang tiada tara, mulai dari menjelaskan baju yang harus dipakai, apa saja yang harus dibawa, sampai otak Queen terasa penuh dan pasrah saja.

"Ini benar?" Tanya Queen akhirnya menyerahkan apa saja yang ada dalam tasnya.

"Yap, pokoknya jangan terlalu berat" Elsa sejenak melongok dalam dalan tas ransel yang sudah disodorkan ke dirinya oleh Queen.

"Kita berangkat, semangat Queen!" Teriak Elsa kegirangan, persis anak kecil yang baru saja dapat mainan, sedangkan Queen masih biasa saja, tau benar siang ini akan berjalan lama, demi obsesi teman sekantornya yang alih-alih mengatasi kegalauan pak Boss sebagai alasan.

Queen duduk menunggu yang lain, seperti dugaannya, Elsa yang keterlaluan paginya menyiapkan segalanya, alhasil masih sepi-sepi saja.

"Mana yang lainnya?" Tanya Elsa agak kesal.

"Masih siap-siap" sahut Queen.

"Ish, nanti kesiangan, kok lemot banget sih mereka"

"Kita yang kepagian udah nongol disini, lihat tu langit aja belum terang bener" ada kesempatan Queen untuk protes.

"Loh justru itu, indahnya tu disini Queen, nanti di perjalanan saat matahari terbit pasti kamu terpesona sama pemandangannya, bagus banget!" Antusias Elsa bercerita.

"Iya, tau, sabar saja dulu" Queen menyahut sambil mengecek kembali, memastikan tak ada barang pribadi yang ketinggalan dalam ranselnya.

Tak lama tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan mobil sport yang perlahan nongol mendekat.

"Siapa?" Tanya Queen penasaran.

Sedang Elsa hanya menggeleng pelan dan fokus memperhatikan, hingga mobil itu pun berhenti, pintu terbuka dan_

"My God, kak Harlan!" Teriak Queen langsung berlari menghampiri.

Harlan tertawa senang, lalu mengusap puncak kepala Queen sambil mengucap salam.

"Akhirnya sampai juga"

"Ish, Kak Harlan kenapa tidak menghubungi dulu, katanya kemaren waktu aku ajak masih sibuk, tiba-tiba saja muncul disini?" Queen bertanya.

"Sibuknya kan kemaren, sekarang sudah enggak, ini sudah bersiap mau jalan?" Tanya Harlan.

Queen mengangguk, dan Elsa mendekati untuk menyapa.

"Hai Tuan Harlan, selamat bergabung"

"Terimakasih sambutannya Nona Elsa, beruntung aku belum terlambat"

"Anda akan ikut ke puncak juga?" Tanya Elsa.

"Hem, tentu saja, Queen menawariku beberapa hari yang lalu, dan aku rasa ini memang saatnya untuk healing, sudah penat dengan banyak pekerjaan"

"Tentu saja, semakin ramai akan semakin seru, kita tunggu yang lain" ucap Elsa melihat kebelakang dan rupanya yang lain mulai muncul disana.

Tangan Elsa melambai, di balas oleh Sammy, dan akhirnya semua bergabung disana, kini jumlah mereka menjadi tujuh orang.

Arron merasa heran dengan kedatangan Harlan, namun setelah Queen menjelaskan, baru di mengerti kalau sebenarnya memang sudah mendapati tawaran untuk ikut beberapa hari, memang tak ada batasan siapa yang boleh ikut, peraturan sepenuhnya ada di tangan Elsa yang mengadakan tour dadakan.

Seorang yang telah disewa akhirnya datang, memberikan sedikit penjelasan dan semua otomatis membentuk barisan.

Harlan tentu langsung berdiri disamping Queen sebagai seseorang yang sudah mengundangnya bergabung.

Sedangkan Arron ada bersama Sammy yang saling menatap seolah mau bagaimana lagi.

Sedangkan pak Diky hanya tertawa saja bersama sang istri di barisan paling belakang, lalu dimana Elsa, tentu bertanggung jawab memimpin disamping sang Gaet yang sudah di sewanya seharian penuh.

Perjalanan dimulai, memasuki sebuah hutan dengan jalan yang sedikit menanjak, semua menikmati pemandangan alam yang nampak masih asli dan menarik.

"Sepertinya daerah ini masih belum terlalu sering di eksploitasi" ucap Arron memperhatikan sekitarnya.

"Sepertinya begitu, masih nampak alami, dan aku suka pemandangannya" Sammy juga memperhatikan.

"Tempat yang cocok untuk merefresh pikiran, Elsa memang paling bisa" sahut Arron tersenyum.

"Hem, kamu memiliki dua wanita yang luar biasa, aku kadang iri dengan mu Arron, padahal kurang dingin apa sikapmu dalam memimpin"

Arron tertawa.

"Kau saja yang masih belum beruntung" sahutnya.

"Heh, benar sekali, bahkan aku merasa kurang percaya diri di depan anak buahmu"

Arron mengerutkan kening, hal yang tidak pernah terjadi dalam kamus Sammy, sampai tidak percaya diri di depan wanita.

"Siapa, Queen?" Tebak Arron.

"Siapa lagi kalau bukan dia, wanita dengan segala pesona yang di sembunyikan, namun masih bisa terpancar dengan nyata, matanya_"

Plak!

"Auh!, kenapa memukulku?" Protes Sammy sambil menggosok lengannya.

"Buang pikiran kotor mu soal dia, atau aku yang akan melempar kepalamu biar otak mu cukup waras saat berani membayangkannya"

"Ish!, aku kan hanya mengagumi ciptaan Tuhan saja, apa salahnya?"

"Salah, aku tau isi otak mu itu, dasar!" Ucap Arron sambil terus berjalan di samping sahabatnya yang akhirnya nyengir saja.

Hingga sampai di medan yang lumayan susah, melintasi pinggiran sungai dengan jalan setapak yang nampak licin sekali.

"Perhatian langkah dan jalanan!, saya akan mencarikan tempat menapak yang aman!" Teriak sang Gaet yang siap beraksi.

"Benar-benar ya Elsa, emang gak ada lagi acara yang biasa saja, sampai milih rute yang ekstrim begini, dasar!" Gerutu Queen yang dengan serius melihat ke depan.

"Pegangan tangan ku Queen, disini sangat licin!" Teriak Harlan, sontak Queen yang panik langsung menjalankan apa yang di perintahkan.

Arron melemparkan mata, terkejut Queen langsung menempelkan tangan begitu saja, rasanya kok gak terima ya.

Entah apa sebuah doa yang di kabulkan, tiba-tiba saja Harlan salah melangkah, kakinya terpeleset dan tak bisa mengimbangi tubuhnya.

"Akh!" Queen menjerit karena tangannya tertarik, beruntung Harlan langsung melepaskan.

Grep!

Arron tepat menangkap tangan satunya, dan secepat kilat menarik Queen dalam pelukannya.

Hangat, nyaman dan debaran jantung itu, begitu jelas dirasakan.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Arron lalu membantu Queen berdiri dengan normal kembali.

"I iya kak, makasih" Queen merasa gugup sekali

"Hati-hati, bagaimana dengan mu Tuan Harlan!?" Teriak Arron.

"Sepertinya kaki ku keseleo" jawab Harlan yang berusaha menahan nyeri saat berdiri kembali.

Elsa yang dalam jarak terdekat langsung menghampiri, merasa sangat bersalah dan harus bertanggung jawab.

"Biar saya saja yang memapah Tuan Harlan, sebentar lagi kita sampai di rumah penduduk" Elsa langsung memeluk Harlan dari samping untuk membantunya berjalan.

Terlihat Queen sangat panik, berjalan pelan mendekati Harlan yang akan melangkahkan kaki.

"Kak, sakit?" Tanya Queen.

"Tenang, hanya keseleo ringan, aku bisa menahannya, setelah di pijit, nanti juga sembuh"

"Beneran?" Tanya Queen yang masih nampak khawatir.

"Iya, sudah aku jalan dulu, mumpung ada wanita cantik yang mau memapah ku" Harlan tersenyum dan mengerlingkan matanya.

Queen ikut tersenyum, sedikit lega sepertinya Harlan baik-baik saja, lalu kembali menoleh kanan dan kiri, mencari pegangan agar bisa berjalan dengan nyaman.

"Pegang tangan ku!" Ucap Arron yang sudah mendekati, dan kini menggandeng Queen dengan hati-hati.

Formasi segera berubah, paling depan akhirnya Sammy bersama dengan sang Gaet, di belakangnya ada Elsa yang masih memapah Harlan, baris berikutnya ada Arron yang semakin erat memegang tangan Queen untuk berjalan, paling akhir masih Pak Diky dan istrinya.

Bersambung.

Di belakang pak Diky ada para pembaca yang ditunggu KOMENnya, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.