NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

Langit mulai beranjak gelap saat Kai, Zed, dan Viktor melaju menuju lokasi pertemuan yang telah disepakati dengan Sergei Makarov. Suasana di dalam mobil dipenuhi dengan kecemasan yang sulit dijelaskan. Meskipun Viktor sudah menyiapkan segala sesuatunya, ada perasaan bahwa mereka sedang memasuki jebakan yang tak terlihat. Kai menatap jendela mobil, mengamati bayang-bayang kota yang semakin memudar dalam kegelapan malam. Dia tahu, pertemuan ini bisa menjadi titik balik, atau malah akhir dari semuanya.

Mereka tiba di sebuah pabrik tua yang sudah lama ditinggalkan, tepat di pinggiran kota. Bangunan besar itu tampak seperti monster besi yang terlupakan, dengan jendela-jendela pecah dan pintu yang berderit saat mereka membukanya. Viktor memimpin jalan, dengan Kai dan Zed mengikuti di belakangnya. Setiap langkah mereka terasa berat, seolah lantai beton pabrik menahan mereka untuk melangkah lebih jauh.

“Ini tempat yang cukup terpencil,” gumam Zed, matanya terus bergerak mengawasi sekitar. “Kalau ada yang salah, nggak akan ada yang tau.”

Viktor menatap Zed dengan tenang. “Itulah alasan kenapa kita pilih tempat ini. Kalau Sergei punya niat jahat, kita bisa ngelawan tanpa khawatir ada saksi. Tapi ingat, kita di sini untuk negosiasi, bukan perang.”

Kai mengangguk setuju, meskipun di dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk. Mereka memasuki ruang utama pabrik yang luas, dan di sana, di tengah-tengah ruangan, sudah berdiri seorang pria dengan postur tegap dan wajah yang keras. Sergei Makarov, meskipun dikelilingi oleh bayang-bayang pabrik tua, memancarkan aura kekuatan yang tidak bisa diabaikan.

“Kalian datang,” suara Sergei terdengar dalam, namun tenang. Tidak ada tanda-tanda ketakutan atau kegugupan dalam suaranya. Hanya ada ketegasan yang menunjukkan bahwa dia telah lama terbiasa dengan situasi seperti ini.

“Kita datang karena lo setuju buat ngomong,” jawab Kai dengan nada yang sama tegasnya. Dia berusaha menunjukkan bahwa dia tidak takut, meskipun jantungnya berdetak kencang. “Gue rasa lo punya masalah dengan Volkov, dan kita bisa bantu menyelesaikan masalah itu.”

Sergei tertawa kecil, tapi tawanya tidak menyiratkan kebahagiaan. “Masalah gue dengan Volkov bukan urusan kalian, bocah. Tapi lo bener soal satu hal—gue nggak puas dengan cara dia ngejalanin bisnis. Tapi kenapa gue harus percaya sama lo?”

Kai melangkah maju, mendekat ke Sergei sambil tetap menjaga jarak yang aman. “Lo nggak harus percaya sama gue sekarang. Tapi gue punya sesuatu yang bisa bikin lo percaya. Gue tau tentang operasi besar Volkov yang dia jalanin di luar kota. Operasi yang bisa ngasih lo kekuatan lebih besar dari yang pernah lo bayangin.”

Mata Sergei menyipit, menunjukkan ketertarikannya yang semakin besar. “Operasi besar, ya? Lo pikir gue nggak tau soal itu?”

Kai tersenyum tipis. “Mungkin lo tau sebagian, tapi gue yakin lo nggak tau semuanya. Dan gue punya informasi yang bisa bantu lo buat ngambil alih operasi itu, sekaligus ngehancurin Volkov dari dalam.”

Sergei terdiam sejenak, tampak merenung. Viktor dan Zed tetap diam, membiarkan Kai yang memimpin pembicaraan. Mereka tahu bahwa momen ini sangat krusial—salah satu dari sedikit kesempatan yang mereka punya untuk membalik keadaan.

“Apa yang lo mau sebagai gantinya?” tanya Sergei akhirnya, suaranya penuh kehati-hatian. “Gue tau nggak ada yang gratis di dunia ini.”

Kai menatap Sergei dengan serius. “Gue cuma mau satu hal: bantu kita buat ngejatuhin Volkov. Setelah dia hancur, lo bisa ambil alih semuanya. Kita nggak tertarik dengan kekuasaan atau wilayah. Kita cuma mau balas dendam.”

Sergei menatap Kai selama beberapa detik, mencoba menilai apakah dia bisa dipercaya atau tidak. Akhirnya, dia mengangguk pelan. “Oke, gue tertarik dengan tawaran lo. Tapi ingat, kalau lo ngelakuin sesuatu yang bikin gue rugi, gue nggak akan ragu buat ngehabisin lo semua.”

Kai tersenyum kecil. “Kita nggak punya niat buat ngecewain lo, Sergei. Kita ada di perahu yang sama.”

Viktor akhirnya angkat bicara. “Gue akan atur semua komunikasi lewat saluran yang aman. Kita nggak bisa biarin Volkov tau kalau kita kerja sama. Setiap langkah harus dihitung dengan baik.”

Sergei setuju, dan pertemuan itu berakhir dengan perasaan yang campur aduk. Mereka mungkin telah mendapatkan sekutu baru, tapi bahaya masih mengintai di setiap sudut. Kai tahu bahwa ini baru awal dari pertarungan yang lebih besar. Mereka harus mempersiapkan diri, bukan hanya untuk menghadapi Volkov, tapi juga untuk menghadapi kemungkinan bahwa Sergei mungkin tidak bisa sepenuhnya dipercaya.

Saat mereka kembali ke mobil dan meninggalkan pabrik tua itu, Kai merasa beban di pundaknya semakin berat. Zed dan Viktor terdiam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Ada sesuatu yang tak terucap di antara mereka—kesadaran bahwa setiap langkah yang mereka ambil dari sekarang harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. Salah langkah bisa berarti akhir dari semuanya.

Kai melihat ke depan, ke jalanan gelap yang terbentang di depan mereka. Di sana, di balik setiap tikungan, mungkin ada ancaman yang siap menghantam. Namun, dia juga tahu bahwa di balik kegelapan itu, ada secercah harapan—harapan bahwa mereka bisa menang, bahwa mereka bisa mengalahkan Volkov dan mengakhiri semua ini.

Malam itu, mereka kembali ke markas sementara mereka di gedung yang tersembunyi, tapi tidak ada yang beristirahat. Viktor langsung sibuk dengan ponselnya, menghubungi kontak-kontak yang mungkin bisa membantu mereka. Zed kembali ke komputernya, memantau setiap gerakan di jaringan Volkov, mencari tanda-tanda bahwa musuh mereka sudah mencium jejak mereka. Sementara itu, Kai merenung, mencoba memetakan langkah-langkah selanjutnya dalam pikirannya.

Saat malam semakin larut, Kai berdiri di depan jendela kecil di ruangan itu, menatap ke luar. Di luar sana, kota masih bergeliat dengan kehidupannya, tak menyadari bahwa ada perang kecil yang sedang berkecamuk di bawah permukaannya. Perang yang melibatkan mereka, Volkov, dan sekarang, Sergei Makarov.

Dia tahu bahwa waktu mereka semakin singkat. Volkov tidak akan tinggal diam. Dan Sergei, meskipun sekarang tampaknya berada di pihak mereka, bisa saja berubah menjadi musuh dalam sekejap mata. Kai harus siap untuk segala kemungkinan. Dan yang terpenting, dia harus tetap fokus pada tujuan mereka—menghancurkan Volkov, apapun yang terjadi.

Di belakangnya, Zed akhirnya bicara, memecah keheningan. “Gue nemuin sesuatu,” katanya pelan, namun dengan nada yang serius.

Kai berbalik, mendekat ke Zed. “Apa yang lo dapet?”

Zed menunjuk ke layar komputernya. “Ada komunikasi yang masuk dari jaringan Volkov. Kelihatannya mereka mulai curiga kalau ada pengkhianat di dalam organisasi mereka. Kalau mereka terus ngelacak ini, bisa-bisa Sergei kejebak sebelum kita bisa lakuin rencana kita.”

Kai mengangguk, merasa ketegangan yang semakin meningkat. “Kita harus gerak cepat. Sebelum Volkov bisa bereaksi, kita harus buat langkah besar yang bikin dia nggak sempat mikir.”

Viktor, yang mendengar percakapan itu, menghampiri mereka. “Kita harus bikin keputusan sekarang. Kalau kita mau nyerang, ini saatnya. Kita nggak punya waktu banyak lagi.”

Kai menatap Viktor dan Zed dengan penuh tekad. “Kita lanjutkan rencana ini. Sergei adalah kunci buat ngejatuhin Volkov. Kita harus pastikan dia tetap aman sampai semuanya selesai.”

Viktor mengangguk setuju, dan Zed mulai mengetik lagi di komputernya, mengatur persiapan akhir untuk serangan mereka. Kai merasa adrenalin mengalir dalam tubuhnya, tetapi dia tahu bahwa ini bukan hanya soal keberanian—ini soal bertahan hidup. Mereka telah masuk terlalu jauh ke dalam kegelapan untuk mundur sekarang.

Pertarungan ini baru saja dimulai.

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!