Arasya Allidra, pria tampan yang akrab dipanggil Rasya memiliki sebuah harapan ingin menikahi cinta pertamanya yang tak lain merupakan sahabat masa kecilnya jika sudah dewasa dan sukses nanti. Keduanya harus terpisah jauh saat keluarganya pindah ke luar negeri.
Rasya yang bertekad untuk meraih cita-citanya dengan belajar dan bekerja keras sampai sukses. Namun disaat tujuannya hampir tercapai sebuah undangan didapatkannya bahwa Qila akan menikah dengan pria lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Insiden tak terduga
"Gimana udah baikan Rasya? sepertinya sudah ya." celetuk mama Karina sambil meletakkan sepiring bolu di meja.
Baik Rasya maupun Qila hanya bisa tersenyum canggung pasalnya tadi pagi sudah mengabaikan mamanya. Tapi mama Karina sendiri yang lebih paham memilih untuk menanggapinya santai. Selama anaknya bahagia maka dia juga ikut bahagia.
****
Dua hari berlalu, Rasya yang sudah merasa baikan memilih untuk kembali bekerja begitupun dengan Qila yang kembali mengajar di kampus.
"Sayang kalau butuh sesuatu bilang aja ya." Rasya melepaskan seat belt Qila.
"Iya Mas, mas juga. Semangat kerjanya ya. Kalau capek istirahat dulu jangan dipaksakan." Qila tersenyum manis pada suaminya.
Mendengar semua perhatian itu membuat Rasya merasa senang. Dia langsung menarik Qila ke dalam pelukannya.
"Makasih ya sayang sudah perhatian benget sama aku." Rasya mengusap lembut punggung Qila kemudian mengurai pelukannya.
Dia tatap wajah cantik istrinya dengan penuh cinta kemudian dia kecup sebentar bibir mungilnya.
"Cantik." gumam Rasya yang membuat Qila semakin salah tingkah.
"Hmmm udah ah, aku mau masuk ke kampus dulu. Mas semangat kerjanya." Qila meraih tangan Rasya untuk dia salami.
Namun Rasya justru meraih dagu Qila dan kembali mengecup bibir istrinya itu. Tak sampai disitu Rasya yang gemas kembali menciumi pipi Qila.
"Maass.. nanti telat loh aku kalau mas begini terus." Protes Qila saat Rasya tak kunjung melepasnya.
"Maaf-maaf.. aku terlalu gemas sih." Rasya terkekeh barulah setelahnya dia melepaskan Qila.
"Aku masuk dulu ya mas, Assalamualaikum." Qila meraih tangan Rasya dan dia kecup punggung tangannya.
"Waalaikumsallam. Semangat sayang." Jawab Rasya yang kemudian langsung turun untuk membukakan pintu mobil untuk istrinya.
Tentu perlakuan manis itu benar-benar membuat Qila sangat bahagia. Tak pernah dia sangka memiliki suami yang semanis Rasya.
Hal itu pun tak jarang membuat banyak orang merasa iri. Seperti beberapa mahasiswa yang melihat kebersamaan Qila. Mereka tak sungkan lagi berceletuk menggoda Qila.
"Bu Qila amalannya apa sih bisa dapat suami tampan dan perhatian begitu?"
Qila hanya menanggapi para mahasiswa dengan senyuman. Tak tahu saja sebelum bersama Rasya sebetulnya Qila harus menerima kekecewaan terlebih dahulu. Tapi siapa sangka Kuasa Tuhan sungguh di luar kendalinya.
Saat baru saja Qila hendak masuk ke dalam ruang dosen tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya.
"Bu Qila.." Qila yang merasa namanya disebut langsung menoleh pada sumber suara.
"Bu Qila.. saya mohon bebaskan Pak Alvian. Bu Qila janji segera mengabari saya tapi kenapa sampai sekarang Bu Qila tak membebaskannya, apa Bu Qila sengaja membalas dendam pada kami?" Lita, mantan mahasiswi di kampus ini yang terlibat skandal dengan Alvian itu kembali mendatangi Qila.
"Maaf, untuk membebaskan Alvian saya tak bisa melakukannya dengan sembarangan. Itu semua dibawah kuasa papa saya karena beliau yang membuat laporannya." Ujar Qila jujur. karena sampai sekarang Papa Bagas juga belum menyetujui jika Alvian dibebaskan.
"Bohong, Bu Qila bohong. Itu Semua akal-akalan Bu Qila saja. Bilang saja kalau iri kan?" Tiba-tiba saja wanita itu menarik lengan Qila dengan keras.
Qila yang terkejut berusaha mempertahankan tubuhnya agar tak terjatuh. Namun hal sebaliknya saat wanita itu justru jatuh tersungkur di lantai.
"AAAKKHHH... SAAKIITT..." teriaknya sambil meringis memegangi perutnya.
"Astaghfirullah.. " buru-buru Qila membantu dan beberapa orang yang tak jauh mereka pun ikut membantu.
"kenapa ini bisa jatuh?" tanya salah satu mahasiswa yang kebetulan menolong.
"Dia sengaja mendorongku hingga jatuh, dia ingin mencelakai ku." Lita dengan bohongnya menyudutkan Qila.
"S-saya tidak... tidak seperti itu.." Tentu Qila sangat terkejut mendengar penuturan Lita yang jelas-jelas berbohong.
"Sebaiknya cepat dibawa ke rumah sakit, dia kesakitan.." ujar salah seorang yang menolong.
Mau tak mau Qila harus ikut ke rumah sakit sekalian meluruskan kesalahpahaman ini. Dia tidak pernah memiliki niatan untuk mencelakai orang lain sekalipun itu orang yang sudah pernah menorehkan luka untuknya.
****
Dengan langkah cepat Rasya langsung mendatangi Qila yang sedang duduk termenung di ruang tunggu rumah sakit. Dia melihat istrinya tampak lesu dan tentu saja hal itu membuatnya semakin khawatir.
"Sayang..."
"Mas..." Qila langsung berhambur memeluk Rasya. Dia tumpahkan kesedihannya saat itu juga dengan isak tangisnya.
"Aku takut mas.. aku tidak melakukannya. Aku tidak berniat mencelakainya." Qila dengan terisak mencoba memberitahu Rasya kejadian sebenarnya.
"Ya aku tahu sayang kamu tidak mungkin melakukannya. Kamu sabar ya pengacaraku sedang menyelidikinya." Rasya yang sedari awal diberi tahu kejadian ini pun tak langsung tinggal diam. Dia tahu Qila bukan orang yang pendendam apalagi sampai berniat mencelakai orang lain. Sehingga Rasya langsung mencari bukti kebenarannya.
"Kalau dia kenapa-napa dan menuduhku bagaimana Mas?" Qila masih saja takut jika sampai terkena masalah padahal bukan dia pelakunya.
"Kamu tenang sayang, nggak akan aku biarkan mereka bikin masalah sama kamu. Percaya ya, mas akan selalu melindungi kamu." Rasya mengecup kening Qila agar dia sedikit tenang.
Hingga beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan. Qila dengan segera langsung menghampirinya karena sampai sekarang tidak ada satupun keluarga pasien yang datang.
"DOkter bagaimana keadaan pasien?" tanya Qila penasaran.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kandungan pasien sangat lemah sehingga janin yang ada di dalam tak bisa tertolong."
Mendengar pernyataan itu Qila langsung lemas seketika. Ketakutannya terbukti dan Qila benar-benar merasa sangat bersalah..
"Mas.. bagaimana ini?" ucap Qila frustasi.
"Tenang dulu ya sayang." Rasya terus menguatkan Qila dengan menggenggam tangannya.
Dokter tersebut pergi meninggalkan Qila dan Rasya yang masih bertahan di tempatnya. Rasya tentu ikut prihatin atas semua kejadian ini.
Sampai akhirnya setelah Lita selesai dilakukan perawatan dan dipindahkan ke ruang rawat inap Qila pun segera mendatanginya untuk minta maaf.
Dia tahu meski Qila tak melakukan kesalahan itu namun dia tetap bertanggung jawab. Dia bahkan yang menanggung semua biaya rumah sakitnya.
"Lita, maafkan saya.. bayi kamu.."
"Dasar licik.. kau jahat.. kau ambil anakku.. dasar iblis.." Lita yang baru siuman langsung memaki Qila dengan penuh emosi.
"Tenang dulu.. kamu tidak bisa tuduh istri saya tanpa bukti yang kuat." Rasya tentu tak terima jika istrinya dituduh demikian.
"Sudah jelas dia mencelakai ku. Dia dendam karena gagal menikah dengan Mas Alvian. Kamu near-benar wanita licik." Lita masih saja berusaha mengolok Qila.
"Aku akan lapor polisi supaya kamu mendekam di penjara seperti yang kamu lakukan pada Mas Alvian. Biar kamu tahu bagaimana rasanya di asingkan." Lita masih saja mengomel dan mengancam Qila.
'"Tidak.. jangan.. aku tidak melakukannya. Aku tidak sengaja. Tolong jangan lakukan itu." Qila yang panik dan ketakutan hanya bisa menangis sambil memohon.
Rasya yang kesal hanya bisa menahan emosinya dengan mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Kita lihat saja, jika memang terbukti kau bebas melakukan apa yang kau inginkan tapi jika kau yang berbohong maka jangan harap kau bebas dariku." Ucap Rasya penuh emosi.
...****************...
semangat untuk terus thor