ARASYA (Suami Pengganti Untuk Sahabatku)

ARASYA (Suami Pengganti Untuk Sahabatku)

Bab 01. Udangan pernikahan

"Selamat ya Bu Qila, nggak terasa dua bulan lagi jadi istrinya Pak Alvian." Ucap rekan sesama dosen yang kebetulan sedang berpapasan dengan Qila.

'"Alhamdulillah, mohon doanya ya Bu Laras semoga lancar." Qila menjawabnya dengan rasa senang.

Aqila Khairunnisa, wanita berusia dua puluh enam tahun itu dua minggu yang lalu baru saja dilamar oleh rekan sesama dosennya yang bernama Alvian.

Qila yang merupakan putri sulung dari pasangan Bagas Abimana seorang pebisnis sukses dan Nizma Aida Mahfud yang merupakan seorang ustadzah dan penulis buku kajian tentang islami.

Meski mereka bukan orang tua kandungnya namun Qila tetap diperlakukan baik  mendapatkan limpahan kasih sayang sama seperti kelima adik-adiknya. Bahkan baik Papa dan Ummanya begitu menghormati setiap keputusan Qila, termasuk urusan pendamping hidup.

Alvian sendiri merupakan rekan dosennya yang sudah setahun ini bekerja bersamanya. Pria itu memiliki usia dua tahun lebih tua dari Qila, mereka sama-sama pernah satu kampus yang sama sebelum Qila melanjutkan kuliah S2 di Kairo.

Qila sendiri memiliki prinsip tak ingin menjalani hubungan pacaran selain usianya yang sudah matang juga hal itu tak dianjurkan dalam agama dan aturan keluarganya.

Karena kesepakatan keluarga yang tak ingin menunda terlalu lama pernikahan mereka pun akan dilaksanakan dua bulan mendatang. Untuk itu mereka harus mempersiapkan segalanya mulai sekarang.

Seperti hari ini yang jadwalnya setelah mengajar Qila dan Alvian memiliki janji temu dengan WO untuk mengurus masalah gaun pengantin serta desain undangan. Untuk tempat acara mereka tak perlu khawatir sebab akan dilaksanakan di ballroom hotel milik Papa Bagas sendiri.

"Mas, bisa kan nanti ke butik buat fitting gaun sama pilih desain undangan?" tanya Qila yang keduanya bertemu di ruang dosen.

"Iya bisa kok, tapi nanti Mas agak telat karena jam ngajar sampai jam empat sore, jadi kamu duluan saja ya." balas Alvian.

"Iya mas, nanti aku akan ajak Umma karena beliau ingin tahu. penasaran sejak kemarin-kemarin." Qila selalu bersemangat dan tak pernah lupa untuk melibatkan sang Umma untuk memilih sesuatu. Karena Umma nya merupakan sosok panutan untuknya.

"Iya boleh kok.." Alvian menjawabnya dengan santai.

Hingga waktunya tiba Qila yang sudah pulang lebih awal memilih menuju kediamannya lebih dulu untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian kemudian mengajak Ummanya sesuai dengan rencana awal. Qila sendiri sengaja mengajaknya agar menghindari fitnah jika hanya keluar hanya berdua saja.

Sampai di butik tempat kenalan orang tuanya Qila langsung disambut dengan baik. Sebelumnya dia memang sudah memilih beberapa gaun pernikahan dan kebaya yang akan dipakai untuk akad dan resepsi. Mereka tinggal mencobanya saja.

"Yakin mau sewa aja nggak dibeli nak? nggak apa-apa kok kalau mau di beli biar kita pesan yang baru saja." Ujar Umma Nizma.

"Sewa saja Umma, lagian cuma dipakai sekali saja mubadzir nanti." Bukannya tak mampu untuk beli namun Qila memikirkan nilai efisiensi dari hal tersebut. Gaun dan kebaya pernikahan hanya akan dipakai sekali dalam acara itu sehingga jika dibeli selain mahal dan buang-buang uang lebih baik untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Qila sendiri sudah melihat-lihat secara langsung gaun pilihannya namun dia sengaja menunggu Alvian untuk mencobanya.

Qila dan Umma nya sudah menunggu hampir satu jam lamanya namun belum ada tanda-tanda kedatangan Alvian.

Qila yang merasa tak enak hati dengan umma nya pun akhirnya memilih menghubunginya. Qila menelepon ALvian berkali-kali namun tak ada jawaban. Hingga lima belas menit kemudian pria itu mengirim pesan singkat jika dirinya ada urusan mendadak dengan mahasiswanya yang terlibat masalah.

Akhirnya mau tak mau Qila harus melakukan fitting baju pengantin itu hanya ditemani Umma nya. Bahkan sampai memilih desain undangan pernikahan pun juga dia lakukan berdua dengan Umma nya.

"Tadi gaunnya pas dan cantik banget dipakai loh kak, Umma nggak sabar nanti hari pernikahan pasti sangat cantik putri Umma ini." Umma Nizma berusaha menghibur putrinya yang terlihat sendu.

"Iya Umma, Qila suka yang sederhana saja namun tetap terlihat elegan. Warnanya juga pas banget." jawab Qila dengan menampilkan senyumnya yang terpaksa.

Perlahan Umma Nizma mengusap bahu sang putri sulung.

"Kak.. Umma paham apa yang kamu rasakan sekarang. Mungkin Alvian memang benar-benar sibuk tidak bisa menemani kamu. api dia kan melakukannya juga karena urusan pekerjaan. Dulu Umma malah menyiapkan semuanya sendiri. Papa kamu masih belum menerima sepenuhnya pernikahan kami. Tapi seiring dengan berjalannya waktu cinta tumbuh diantara kami dan kamu lihat sendiri kan bagaimana Papa memperlakukan Umma?" ucap Umma Nizma.

"Iya Umma, sekarang Papa bucin banget sama Umma. Semoga Qila suatu saat nanti mendapatkan suami yang demikian. Benar-benar meratukan pasangannya." Qila menimpali.

"Amin.. yang penting sebagai seorang perempuan dan istri kita tidak boleh abai terhadap tugas-tugas kita. Dan nomor satu adalah patuh terhadap suami. Sebab seorang wanita yang sudah menikah adalah tanggung jawab suaminya. Dan sebaik-baiknya wanita sholeha adalah yang taat kepada Tuhan dan suaminya." Umma Nizma tak henti-hentinya memberi nasihat kepada sang putri.

"Iya Umma, Insyaallah Qila akan selalu taat terhadap Allah dan perintah suami." jawab Qila bersungguh-sungguh.

****

Hingga waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Acara pernikahan mereka kini tinggal dua minggu lagi. Persiapan juga sudah sembilan puluh persen. Semua undangan sudah disebar, para kerabat, teman dan para kolega bisnis Papanya juga diundang semua apalagi ini merupakan acara pernikahan pertama yang akan digelar oleh Papa Bagas. Sebagai seorang konglomerat dan pengusaha besar tentu dia tak tanggung-tanggung dalam menggelar acara ini.

"Undangan sudah disebar semua termasuk untuk rekan Papa yang ada  di luar negeri. Papa juga sudah menyiapkan kamar hotel untuk mereka semua." ujar Papa Bagas yang begitu antusias dengan pernikahan putrinya.

"Oh ya, mbak Karina sekeluarga diundang kan Pa? Umma sudah janji soalnya bakal undang mereka kalau kita punya hajat besar." Ujar Umma Nizma.

"Ya pasti dong, mereka kan juga termasuk anggota keluarga kita. Mana mungkin gak undang Sean, putranya kan juga sahabatan sama Qila dulu." ujar Papa Bagas.

"Oh ya, Rasya ya Pa. Dia masih bujang juga belum menikah." jawab Umma Nizma.

"Ya kalau laki-laki sih fokusnya kan memang ke karier dulu, dia kan meneruskan jejak Papanya dan sekarang cukup sukses." jawab Bagas.

Kedua orang tua itu sibuk mengobrol membahas keluarga dari sahabat lamanya. Qila juga mengenal baik keluarga itu sebab putra sulung mereka merupakan sahabat masa kecil Qila.

Arasya, atau biasa dipanggil Rasya yang dulunya sangat dekat dengan Qila sebagai sahabat harus terpisah sebab menginjak pendidikan SMA Rasya dan keluarganya harus pindah ke luar negeri. Sejak saat itu keduanya sudah tak pernah saling bertemu lagi.

****

Di tempat lain seorang pria yang sedang sibuk berkutat dengan layar tabletnya harus menghela nafas dalam-dalam saat membaca sebuah undangan digital yang dikirim sang Mama.

Dalam undangan itu tertera nama Gadis yang sejak lama menjadi dambaan dalam hatinya.

Namun kini nama itu harus tertulis dengan nama pria lain yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Masih menatap nanar tulisan dalam undangan pernikahan tersebut tiba-tiba ponselnya berdering. Nama 'Ibu Negara' tertera di layar dan membuatnya langsung mengangkat sebab dia tak ingin panjang masalahnya.

"Halo, Assalamualaikum Mamaku yang cantik sedunia akhirat." ucap Rasya dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Waalaikumsallam, anak ganteng mama.. tapi nggak usah ditambahin akhirat juga dong." Ucap wanita yang telah melahirkannya dua puluh tujuh tahun silam.

"Sudah buka undangannya kan Sya? kamu segera kosongkan jadwal untuk satu minggu ke depan ya. Mama sudah booking tiket pesawat sekeluarga buat datang di pernikahan putrinya Om Bagas." ujar Mama Karina.

"Harus banget ya Ma aku ikut? gimana kalau Papa, Mama sama Riko aja." ujar Rasya yang setengah mengeluh.

"Nggak bisa Rasya, pokoknya kamu harus kut. Qila kan dulu juga sahabat kamu, masak nggak mau datang. Jangan gila kerja terus dong.." omel Mama Karina.

"Yaudah iya-iya maa..." Rasya menghela nafas kasar setelahnya.

Setelah menutup telepon dari sang Mama, Rasya langsung menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. Jabatan CEO di salah satu perusahaan yang dirintisnya sejak awal kuliah kini memang berkembang cukup pesat. Banyak sekali tugas yang dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Namun bukan  itu yang membuat suasana hatinya berubah namun dia memikirkan bagaimana nanti bertemu dengan Qila, gadis yang diam-diam menjadi cinta pertamanya itu.

Rasya jadi teringat ucapannya di masa lalu tepatnya saat  dia masih duduk di bangku SMP. Dia yang begitu mengagumi Qila berjanji untuk menikahinya suatu saat nanti saat dia sudah sukses.

"Sekarang aku sudah sukses, tapi kamu malah menikah dengan pria lain." Gumam Rasya dengan menatap figura berisi potret dua bocah kecil yang tengah berdiri di sebuah taman.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

buknny mereka Uda tunangan dn berpisah Krn mereka meneruskan pendidikan kok di sini Qila menikah kok sama yg lain bukan sama tunangannya

2024-04-05

0

༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

mungkin Qila bukan jodohmu Rasya..sabar lah suatu saat kamu akan menemukan jodohmu

2024-03-21

0

Nia Saniati Nia

Nia Saniati Nia

iya .bukannya udah tunangan ya

2024-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!