NovelToon NovelToon
Heart Stopover

Heart Stopover

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / cintapertama / ketos / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alendra

Mencintai seseorang yang sesuai dengan kreteria kita adalah hal yang wajar, seperti Quranisya yang mencintai Ammar selama 3 tahun semenjak menginjak bangku SMP. Selama ini Quranisya hanya memendam perasaannya saja hingga dia menginjak SMA,dan saat itu Quranisya baru tau jika Ammar akan melanjutkan study-nya di pondok pesantren pilihan orang tuanya.

Selama tidak bertemu dengan Ammar tanpa sadar sedikit demi sedikit perasaan Quranisya berubah kelain hati, ada orang lain yang mengisi hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimas & Ivana

Sudah menjadi kebiasaan baru buat Ranis, saat tiba disekolah dia selalu clingukan mencari keberadaan motor Vian, yang berarti bahwa Ranis mencari keberadaan sang pemilik motor.

Namun sayang pagi ini Ranis belum menemukan motor Vian. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan menuju kelas, melewati koridor banyak yang menyapa Ranis ada yang tulus benar-benar ingin bertegur sapa, ada juga yang hanya cari muka doang.

" Ranis" Citra melambaikan tangan saat melihat Ranis dari kejauhan, berlari kecil menghampiri Ranis.

" Kenapa pake berlari segala sih?" Protes Ranis.

" Alhamdulillah loe udah masuk, kangen gue." Citra memeluk Ranis, dia benar-benar kangen sama sahabatnya.

" Hanya beberapa hari doang" Balas Ranis. " Eh, tumben loe udah di sekolah jam segini?" Tanya Ranis.

" Biasanya juga jam segini." Bantah Citra

Kedua sahabat itu berjalan beriringan menuju kelas, tentu saja dengan obrolan random. Mulai membahas soal bunda Ranis, bahkan merembet soal rumah Ranis, untungnya Ranis buru-buru menstop pembahasan rumah takut ada yang mendengar.

Sesampainya di kelas Ranis masih disambut hangat oleh Yoga dan Dimas. " Nanti gue mau curhat sama loe" Bisik Citra saat mereka sudah duduk di bangku mereka.

" Tumben." Ranis kaget, lantaran yang namanya Citra sahabatnya tidak pernah curhat apapun kepadanya, biasanya juga dia yang selalu memcurahkan isi hatinya.

" Gue lagi ada problem." Serius Citra.

" Gue siap jadi pendengar loe, tenang aja. Nanti gue juga mau cerita sesuatu." Ucap Ranis.

Saat jam pelajaran sudah selasaipun semua siswa seperti biasa tanpa komando langsung pergi kekantin, seperti halnya Ranis dan Citra mereka juga langsung pergi kekantin untuk mengisi perut mereka.

Ternyata disana sudah ada Dimas da Yoga, tanpa Ragu mereka langsung mendudukkan dirinya didepan Dimas Yoga.

" Udah gue pesenin menu faforid kalian." Yoga berucap dengan mulut yang penuh makanan.

" Baik banget sih temen gue." Kata Ranis.

" Free buat kalian." Dimas menambahi.

" Tumben, dapet rejeki dari mana?" Tanya Citra.

" Ini traktiran buat kalian, soalnya Dimas jadian sama Ivana." Yoga menjelaskan sementara Dimas hanya cengar cengir malu.

" Wah kayaknya gue banyak kehilangan moment penting nie." Ranis tersenyum " Selamat ya." Ucapnya kemudian.

Sementara Citra hanya diam saja sembari memutar bola matanya, rasanya ada yang aneh. Tak selang berapa lama, Ivana pun datang menyapa teman - temannya, setelah itu mengambil tempat duduk di sebelah Dimas, membuat Yoga sedikit menggeser duduknya.

" Eh Ran, udah masuk loe? Gue cari'in dari kemaren. Gue udah ngomong sama kakak gue. Maaf ya, kakak gue gak bisa terima loe dia takut pempekerjakan anak sekolahan." Cerocos Ivana tanpa lihat sikon, sementara Ranis hanya menggeleng-gelengkan kepala berharap Ivana mengerti.

" Maksud loe?" Tanya Yoga.

Pertanyaan Yoga membuat Ivana sadar. " Ups." Ivana menutup mulutnya sendiri. " Sorry" Ucapnya kemudian kepada Ranis penuh penyesalan.

" Udah enggak usah di bahas." Kata Ranis.

" Loe cari kerja?" Ini Dimas yang bertanya karena dia tiba-tiba jadi kepo.

Mau di tutupi dari mereka pun tidak mungkin karena mereka sering bersama, toh kalau ada apa-apa mereka juga selalu bantuin Ranis. Akhirnya Ranis memganggukkan kepalanya.

" Siapa yang cari kerja." Tanpa mereka sadari Andre mendengar semua pembicaraan mereka lantaran Andre duduk sendiri di kursi belakang Ranis. Mereka langsung melihat ke arah Andre. Sontak Ranis panik dan berdiri " Kak Andre." Gumamnya.

" Bisa jelaskan." Andre menuntut Ranis untuk menjelaskan.

" Kak, please!" Mohonnya " Jangan bilang kak Vian." Lanjutnya.

" Ada apa ini?" Vian yang baru datang langsung menatap Ranis dan Andre bergantian penuh Curiga. Sementara teman-teman Ranis yang lain langsung fokus pada makana masing-masing.

" Ini Ranis, gue suruh makan malah dia bilang lagi diet." Ranis menoleh ke arah Andre tak menyangka dia akan membuat alasan untuknya.

" Benar Ranis?" Vian mencoba menggali kebenaran.

" I. . . Iya kak." Jawab Ranis dengan gugup

" Awas ya kalian kalo bohong."

" Bohong apaan udah ayok, ada perlu gue sama loe." Andre langsung merangkul Vian untuk pergi dari sana, Andre tidak mau memperkeruh keadaan.

Dan akhirnya Ranis beserta teman-temannya bisa bernafas lega atas ketegangan kecil ini. Setelah selesai dari kantin Ranis dan Citra berjalan beriringan menuju kelas, melewati koridor yang masih ramai akan siswa yang belalu lalang. Di depan sana Ranis melihat beberapa siswa menyapa kepala sekolah yang sedang berjalan bersama seseorang yang dia kenal.

"Siapa?" Tanya Citra yang melihat ekspresi Ranis seakan mengenali orang yang bicara dengan kepala sekolah.

" Papanya kak Vian."

" Ha!?" Citra kaget " Serius loe? Bearti loe udah ketemu camer loe dong." Tanya Citra.

" Mulut loe tolong di jaga ya." Kata Ranis.

Kepala sekolah dan pak Saga berjalan ke arah Ranis, dan Ranis pun semakin tersenyum kepada pak Saga, tentu saja pak Saga membalas dengan senyum yang ramah.

" Siang pak." Sapa Citra kepada kepala sekolah dan juga pak Saga.

" Assallammualaikum,.pak." Sapa Ranis juga.

" Wa'alaikumsallam. Ranis sudah makan?" Tanya pak Saga ramah.

" Bapak kenal sama Ranis?" Kepala sekolah bertanya heran.

" Dia sudah saya anggap anak sendiri Darwin." Jawab pak Saga.

" Alhamdulillah, Ranis sudah makan,pa." Mendengar jawaban Ranis, Citra dan pak Darwin langsung melongo. Panggilan 'Pa' yang disematkan Ranis membuat mereka penasaran sejauh apa hubungan Ranis dan Vian.

" Baguslah, papa mau ngobrol sebentar sama kamu." Kata pak Saga. " Bolehkan kan, Darwin."

" Tentu saja, silahkan." Jawabnya. " Citra tolong ijinkan Ranis ke guru yang mengejar setelah ini ya." Ucap pak Darwin kemudian kepada Citra.

Ranis lalu pergi bersama pak Saga, sementara Citra kembali ke kelas sendiri " Gila! Udah panggil papa aja Ranis sama papanya kak Vian. Fix jadi istri orang kaya temen gue." Gerutunya sembari jalan menuju kelasnya.

***

Di cafe yang dekat dengan sekolah kini pak Saga dan Ranis kini duduk berhadapan yang hanya di sekat oleh meja bundar berukuran kecil. Ranis menyeruput minuman yang dia pesan tanpa rasa sungkan di hadapan pak Saga.

" Ada apa pa?" Tanya Ranis.

" Semalam Vian bilang sama papa, kalo dia tidak mau kuliah di harvard, Katanya tidak mau jauh dari kamu." Ungkap papa Saga to the point.

Ranis menghembuskan nafas pelan. " Nanti Ranis coba bantu bicara sama kak Vian."

" Papa berharap sama kamu."

" Maaf ya pa."

" Kenapa minta maaf."

" Karena Ranis,kak Vian jadi gini."

" Enggak, papa seneng kok Vian kenal sama kamu. Tapi ngomong-ngomong sebenarnya kamu ini ada perasaan enggak sih sama anak papa?"

Ranis menggaruk rambutnya yang terurai, tersenyum. " Rahasia ya pa?"

Pak Saga mengerutkan alisnya karena mendengar jawaban Ranis namun tetap diam menunggu Ranis bicara selanjutnya.

" Awalnya Ranis enggak suka,pa. Karena Ranis sudah mencintai seseorang. Tapi lama-lama Ranis jadi sayang ke kak Vian, rasanya nyaman banget kalo deket kak Vian meski sering berantem sih." Ranis tersenyum saat ini dia sedang membayangkan wajah Vian di benaknya.

" Tapi pa, Ranis enggak mau kak Vian tau kalau Ranis sekarang menyukai dia, jujur Ranis tidak mau dianggap manfaatin kak Vian."

" Kenapa ngomong gitu?"

" Ranis tau, disekolah sebenarnya banyak yang tidak suka sama Ranis karena kedekatan kak Vian dengan Ranis. Makanya Ranis mau buktikan jika Ranis tulus dengan kak Vian. Bukan karena dia anak papa."

Pak Saga tersenyum mendengar jawaban Ranis. Sekarang pak Saga paham jika memang kelak Vian akan bahagia bersama Ranis.

" Baiklah, papa percaya sama kamu. Dan papa serahkan Vian sama kamu. Semoga kamu bisa menyakinkan Vian agar dia mau melanjutkan kuliahnya di harvard"

Ranis mengangguk setuju menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan bisa menyakinkan Vian.

*

*

*

TBC

1
AraaAjaa
bagus BGT thor
AraaAjaa
langsung luluh Vian
AraaAjaa
syuka banget Thor, semangt
AraaAjaa
wkwkwkwk. . . sama kek aku kalo lagi mau ngunci mulut guru sebelum ngomel
AraaAjaa
semangat Ranis
AraaAjaa
tega banget Vian
AraaAjaa
semangat Ranis Citra menjalani masa mos
AraaAjaa
to the point banget/Drool/
AraaAjaa
teringat saat MOS . jamanku dulu disuruh kepang sesuai usia pada saat itu
AraaAjaa
mengingatkan aku pada dia/Frown/
eka aLendRa
selamat Pagii. . .

menurut kalian gimana dengan Ranis? apakah dia berlebihan ? atau malah Vian yang berlebihan kepada Ranis?
eka aLendRa
Hallo readers, apa kalian punya kenanagan yang sama dalam sulitnya mencari tanda tangan Osis?

berbagi cerita yuk.
eka aLendRa
Hay, Ada yang mau berbagi kisah tentang masa Orientasi kalian? kenangan apa yang bikin kalian ingat dan tidak akan lupa sampai sekarang. . .

selamat membaca.
eka aLendRa
Assallammualaikum, readers semua.
sampai saat ini kisah Ranis dan Vian masih adem-adem aja dari pembaca.

kisah mereka lagi proses kontrak,teman-teman. Minta dukungannya selalu ya. . .
Karunia Pangastuti: Hay Thor. aku syuka semangat
total 1 replies
eka aLendRa
ok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!