"Papa, mama jadi hantu," ujar anakku seraya memandang sesosok bayangan putih tepat di depan kami. Hal ini terjadi setelah pesawat yang kami tumpangi jatuh akibat kecelakaan udara yang parah dan tak bisa di atasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Aku melihat pada suatu lokasi, nampak sangat bercahaya. Berkelap- kelip. Terang, seperti ada sesuatu di sana.
Benar ini malam. Makanya cahaya kecil pun sanggup terlihat. Dan mampu memandu jalan kita. Menyusuri lebatnya pepohonan. Dan semak belukar yang tersibak.
Walau tak bisa lurus. Masih sama kasusnya seperti sebelum- sebelum itu. Yang akan terperosok di lubang tak Nampak. Tak seperti keinginan. Yang mesti lurus. Kali ini mesti berbelok, menyimpang, serta mencari yang terbaik.
Dengan acuan serta patokan pada sebuah benda yang mudah kita jadikan tumpuan. Sebab kalau lurus, kembali terlihat, akan jurang yang terjal, batu yang tinggi, juga jalanan yang becek, penuh dengan genangan tak terlintas, serta mungkin saja ada lumpur hisap yang mengerikan. Semakin kita bergerak, maka akan semakin terhisap hingga masuk keseluruhannya tanpa bias terdeteksi lagi.
Sebab setiap gerakan adalah suatu energy dimana bakalan mendorong tanah hingga ke dalam. Dan jika saja pada bagian tersebut berongga, atau setidaknya ada celah supaya bagian atasnya mampu melesak ke dalam, dengan daerah yang tak padat itu menggeser kiri kanan, maka tanah gembur yang lembek itu terlihat tak seperti masuk.
Beda jika rongganya membentuk sebuah goa yang besar, maka secara keseluruhan akan tenggelam. Serta membentuk suatu sumuran alam, yang demikian lebar. Tapi kalau hanya kecil saja, dengan bagian yang sudah penuh, akan tetapi masih ada sesuatu yang tidak padat, maka bagian itu hanya menyibak ke kanan dan kiri, sementara bagian bawahnya juga terdorong ke suatu tempat yang masih berongga. Sehingga tidak Nampak hal yang berkurang, tapi hanya seperti saling mengisi kembali saja.
Itulah makanya tidak langsung terhisap masuk ke dalam dan membentuk semacam sumuran, tapi hanya saling menyerap untuk kembali tenang, kalau taka da energy yang mendesaknya kembali.
Atau terbentur pada sebuah hadangan yang juga hanya remang-remang tak jelas. Serta baru tersadar kala sudah mengalaminya. Yang kan teringat aka suatu sejarah. Kelam. Yang pernah di alami. Sebab masa lalu adalah sejarah. Esok masih misteri. Dan hari ini merupakan karunia. Namun tak begitu pada apa yang ku alami. Saat ini. Yang masih remang. Masih merupakan sesuatu yang tak jelas. Dimana mengalami sesuatu yang pekat.
Dan teringat kembali, ketika bencana itu terjadi. Yang benar-benar menggores menjadi kenangan tak terlupakan, sejak detik kala itu, hingga satu detik sebelum ini. Jadi bukan satu histori yang terbaik dalam kehidupan ini. Walau bagi negeri ini punya sejarah panjang yang sangat indah.
Sehingga mampu menyatukan bangsa yang besar. Dan demikian heroic akan para pahlawannya yang mampu merubah sejarah. Tapi sekarang betul-betul merupakan suatu hal yang masih menggurat di batin. Ingat masa lalu, ingat masa depan, dan bencana yang baru saja terjadi. Sungguh membuat suatu pemikiran panjang yang kerap kali menjadikan apa yang terlintas mengarah pada kejadian tersebut. Sehingga layak untuk melalaikannya. Tapi sangat rumit.
Tak seperti kenangan akan keberhasilan para pemimpin kita, yang bias melanggengkan apa yang sudah di rencanakan, untuk membuat lurus jalan negeri ini, serta segalanya bias tertata dengan baik, melewati banyak rintangan untuk kemudian membangunnya dengan arah terpasti sehingga mensejahterakan semua penduduk yang bersedia mengelola tanah negeri ini sehingga mampu menghasilkan yang akhirnya baik untuk diri pribadi, lingkungan yang lebih jauh buat bangsa ini.
