NovelToon NovelToon
ISTRI ADIPATI

ISTRI ADIPATI

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Transmigrasi
Popularitas:555.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rani

Jatuh ke danau setelah tahu pacarnya berkhianat, Juwita malah dibawa melintasi waktu ke abad sebelumnya. Abad di mana kerajaan masih kokoh berdiri. Peradaban dunia kuno yang masih kental, yang tentunya tidak terjamah oleh teknologi modern sedikitpun.

Di dunia kuno ini, Juwita malah memasuki tubuh seorang putri cantik yang sangat dicintai oleh seorang adipati. Sayangnya, sang putri malah mencintai pria lain. Tidak sedikitpun menganggap indah keberadaan Adipati yang sangat tulus memberikan semua kasih sayang terhadapnya.

Bagaimana kisah hidup Juwita di samping Adipati dunia kuno ini? Akankah Juwita mengikuti apa yang putri kuno ini lakukan? Atau, malah sebaliknya. Berbalik, lalu mencintai Adipati? Atau, adakah hubungannya dunia kuno ini dengan kehidupan Juwita sebelumnya? Ikuti kisah seru Juwi di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode #33

"Istriku."

"Kanda." Juwi malah kembali menghambur ke pelukan Satya sekarang. Rasa bahagia itu tidak bisa ia gambarkan lagi.

"Kenapa menangis, dinda? Kanda baik-baik saja."

"Kanda sudah membuat hati dinda takut. Dinda tidak ingin kehilangan kanda."

"Kanda-- uhuk!" Ucapan Satya tertahankan. Karena kini, dia langsung terbatuk. Darah hitam keluar dari mulutnya.

Baru juga merasa sedikit bahagia akibat kesadaran Satya, Juwi kini dibuat panik lagi karena Satya yang sedang batuk darah di depannya. Sungguh hal yang sangat mengkhawatirkan. Juwi seketika kalang kabut tak karuan. Namun, dia masih ingat apa yang seharusnya ia lakukan. Juwi bergegas memanggil tabib untuk memeriksa keadaan Satya saat ini.

Juwi hanya bisa memanggil dengan cara berteriak. Karena saat ini, Satya tidak melepaskan sedikitpun genggaman tangannya dari tangan Juwi.

"Jangan pergi, istriku. Aku tidak ingin ditinggalkan olehmu, Dinda."

"Kanda tenang, dinda tidak akan meninggalkan kanda."

Tabib yang Juwi panggil pun bergegas masuk. Dia melakukan tugasnya dengan cekatan. Sementara Juwi tidak diizinkan pergi oleh Satya. Tidak sedikitpun diizinkan beranjak dari sisinya.

"Bagaimana tabib? Apa yang terjadi dengan kanda Satya saat ini?"

Wajah panik tabib malah berubah sedikit lega. Hal itu sedikit menguatkan semangat Juwi untuk mendengarkan kondisi Satya saat ini yang akan tabib katakan.

"Sungguh keajaiban, Gusti putri, Gusti adipati. Racun yang ada dalam tubuh gusti adipati malah sudah berkurang sekarang. Darah hitam yang keluar ini membawa racun yang bersarang dalam tubuh Yang mulia. Meskipun tidak semuanya hilang, tapi setidaknya, ini lebih baik."

Akhirnya, kabar bahagia itu terdengar juga. Kabar yang membuat perasaan cemas langsung mereda seketika. Sontak, Juwi menoleh ke arah Satya dengan cepat. Senyum manis penuh kebahagiaan ia perlihatkan, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kanda. Syukurlah."

Usai berucap, Juwi malah langsung melabuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Satya. Dia bahagia, sangat bahagia sekarang. Keluarnya Satya dari bahaya adalah hal yang paling menyenangkan selama ia hidup di dunia asing ini.

"Sudah aku katakan, bukan? Aku baik-baik saja, Dinda. Suamimu ini adalah pria kuat. Jadi, jangan pernah merasa khawatir akan apa yang terjadi pada tubuh ini yah."

"Kanda .... "

Dua anak manusia yang sedang kasmaran ini malah melupakan dunia sekeliling. Bak kata orang-orang, kalau sedang jatuh cinta itu serasa dunia hanya milik berdua saja. Yang lain tidak akan terlihat oleh mata. Seperti yang sedang tabib istana itu rasakan saat ini. Dia malah tak dianggap ada sama sekali oleh kedua junjungannya yang sedang bahagia.

Si tabib malah berasa kalau dirinya bak patung figuran. Padahal, masih ada lagi yang harus ia sampaikan pada Satya dan Juwi seputar kondisi Satya saat ini. Eh ... tapi dia malah tak dianggap ada sekarang. Dua manusia yang saat ini ingin ia ajak bicara malah bermesraan di depannya.

Mau tidak mau, terpaksa ia harus menganggap dirinya tidak ada di kamar ini. Ingin pergi juga tidak bisa. Karena itu akan mengurangi rasa hormatnya sebagai pengikut setia dari kanjeng adipati yang ia junjung tinggi namanya. Lah, sementara mau menganggu malah semakin merasa tidak enak.

Terpaksa, jalan satu-satunya hanyalah menunggu. Berharap, ada yang menyadari keberadaannya yang sedang tak dianggap ada saat ini. Sementara itu, Juwi dan Satya masih berpelukan. Keduanya malah saling melepaskan kebahagiaan dengan cara berpelukan tanpa menghiraukan sekeliling.

Bruk! Puk! Brama lah yang menjadi pengganggu sekarang. Dia yang tidak sabar lagi menunggu di luar, malah langsung masuk tanpa permisi menggunakan ilmu kanuragannya yang bisa menembus pintu tanpa membuka.

Karena masuk tanpa izin, dia yang cemas sebelumnya malah merasa bersalah. Alhasil, dia yang ingin segera pergi malah menjatuhkan barang yang ada di atas meja ketika ia berbalik badan setelah melihat kemesraan Satya dan Juwita.

Tentu saja karena ulah Brama barusan itu kemesraan Juwi dan Satya terganggu. Dua anak manusia yang tidak ingat akan dunia sekeliling langsung melepas pelukan dengan cepat. Tak hanya itu saja, wajah malu pun terlihat di guratan raut Juwi. Sementara Satya, dia malah terlihat kesal karena kemesraan yang sedang ia rasakan di rusak oleh Brama.

Senyum nyengir kuda canggung Brama perlihatkan. "Y-- yang mulia. Maaf."

"Brama ...!"

"Maaf, Gusti. Salah jalan."

"Anu, tabib. Ayo keluar! Ada yang sakit. Ah! Bukan, maksudku, ada yang ingin aku bicarakan dengan tabib, Gusti."

"Mohon diri, Yang mulia."

Seakan paham apa yang Brama maksudkan, tabib itupun dengan bahagia menyambut ajakan Brama untuk pergi. Karena sekarang, dia merasa terselamatkan dengan kehadiran Brama yang memasuki kamar dengan cerobohnya.

"Ampun, Gusti. Hamba undur diri sekarang. Ada yang ingin hamba sampaikan tentang kondisi Gusti nanti."

"Sekarang saja. Katakan sekarang apa yang ingin kamu katakan!"

"A-- ba-- baik, Gusti adipati. Sa-- saya katakan." Gugup tabib gara-gara nada bicara Satya yang mereka takutkan muncul.

Namun, nada itu tidak akan mengusik siapapun sebenarnya. Karena di samping Satya saat ini sudah ada pawangnya. Pawang yang mampu menghentikan segala niat Satya untuk berubah menjadi ganas. Pawang itu juga akan menjinakkan Satya jika berubah menjadi ganas secara tiba-tiba.

"Anu, gusti. Racun yang ada dalam tubuh Gusti adipati sudah bisa menerima penawarnya. Ma-- maksud hamba, racun itu mungkin akan hilang sepenuhnya jika kita memiliki penawar dari racun tersebut."

Mendengar perkataan tabib, yang paling antusias adalah Juwi. Serius sekali dia melihat kearah si tabib karena penjelasan yang ia dengar barusan.

"Apa, Tabib? Jadi maksudnya, racun ini punya penawarnya ya?"

"Iya, Gusti. Racun ini punya penawar. Dan sekarang, tubuh yang mulia sudah bisa menerima penawar dari racun yang ia derita."

"Syukurlah kalau gitu. Tapi, di mana penawarnya?"

Wajah tidak enak langsung tabib perlihatkan. "Penawarnya, saya juga tidak bisa membuatnya, Gusti putri. Hanya saja, saya yakin, si pemilik racun pasti punya penawar dari racun yang ia buat."

Wajah penuh semangat berubah cemas. Juwi merasa kalau harapan untuk menyembuhkan Satya sedikit rumit dan terlalu berat. Sementara itu, Satya yang paham akan apa yang Juwi pikirkan langsung menyentuh tangan Juwi dengan lembut. Tatapan mata teduh tak lupa ia berikan pada Juwita sekarang.

"Jangan berpikir yang macam-macam, Dinda. Jangan berniat untuk mencari penawarnya. Karena yang aku derita adalah racun asmara. Racun yang terbuat dari hati duyung mati karena patah hati. Karena itu, penawarnya mustahil ada selain cinta suci dari orang yang memberikannya."

Seketika, Juwi menatap lekat wajah Satya. Benaknya berputar dengan keras untuk mencerna setiap kata yang Satya ucapkan.

"Cinta suci dari orang yang memberikannya?"

"Iya. Singkatnya seperti itu, Dinda."

Juwi menundukkan wajahnya. Hatinya terasa sedih karena Satya tidak kunjung sembuh. Padahal, dia mungkin sudah mencintai Satya dengan setulus hati.

Satya yang paham akan apa yang saat ini Juwi pikirkan. Ia langsung menyentuh lembut tangan sang istri. Tak lupa, senyum manis ia perlihatkan.

1
Nur Lela
luar biasa
Anonymous
p
Iyas Masriyah
Luar biasa
Rani: makasih buanyak.
total 1 replies
Lolo aries
ceritane mulegg koyo entut
Lolo aries
masa di 2 dunia yg berbeda tetap saja goblokk
ar.belle
Luar biasa
Rani: makasih buanyak🥰🥰🥰
total 1 replies
Ibuk'e Denia
aq mampir thor
Rani: moga betah ya
total 1 replies
Teti Kaka Hotimah
karya mu laur biasa thor....makasih
Rani: makasi buat kamu yang udah mau baca sampai akhir. plus, bilang karya aku luar bisa. ish😭😭😭😭 terharunya
Rani: ya allah😭😭😭😭
makasih banyak. paling terharu aku. 💖💖💖💖💖
total 2 replies
Yuli Yanti
👍👍👍
Rani: 💖💖💖💖💖💖💖
total 1 replies
yudi
❤️
Rani: /Rose/
total 1 replies
Erni Fitriana
salam kenal thor....ku mampir
Rani: salam kenal kembali🌹
moga betah ya
total 1 replies
Dy
Luar biasa
Rani: makasih buanyak🌹💖💖💖😊
total 1 replies
Asmi Pandansari
aku kira Juwita dari masa depan walaupun tidak punyak ilmu Kanuragan tapi dia punya kecerdasan tapi ternyata harapan aku salah Juwita hanyak wanita bodoh yang bisa cuma menangis Tampa memiliki ide apa apa dikepalah kecilnya itu
Rani: 😥😥😥😥😥😥😥😥
total 1 replies
nia kurniawati
Luar biasa
Rani: makasih buanyak😍🥰
total 1 replies
MYZW KEEW
soky enda apa sis
Rani: mmm🤔🤔🤔🤔
total 1 replies
nia kurniawati
Luar biasa
Rani: makasih🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Alirosidin
Lumayan
Rani: thanks 💖💖
total 1 replies
Alirosidin
Biasa
Rani: iya,,,,,,
total 1 replies
Bulan Bintang
bikin nangis cerita ny Thor 😭
Rani: huhuhu .... jangan ih, jangan.
total 1 replies
Supiah Susilawati
Luar biasa
Rani: makasih pake banyak. wek🥰💖
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!