Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangannya, Rubi terpaksa menikahi Rexa, seorang pria luntang lantung yang baru tadi malam dikenalnya secara tak sengaja. Hal itu terjadi lantaran Rubi tak bisa menghindari pernikahannya yang akan diadakan esok hari.
Sementara pria yang bernama, Rexa, iya iya saja saat Rubi menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengannya selama 31 hari, karena dia tak punya tempat tinggal dan tak memiliki uang sepeser pun.
"Deal, 31 hari kita bercerai!" ucap keduanya saling berjabat tangan.
Bagaimana lika liku rumah tangga yang dijalani oleh dua orang asing selama 31 hari?
Dan siapa sebenarnya, Rexa? pria pengangguran yang sering kali disebut mokondo oleh keluarga Rubi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar Rexa
"Jangan lama-lama, Rex," ucap Rubi saat Rexa sedang mengelus benjolan di jidatnya.
"Kenapa?" Tanya Rexa dengan wajah serius.
"Gerah," jawab Rubi singkat.
Rexa mengulum senyum." Apanya yang gerah, Rub? bagian atas apa bagian bawah?"
Bugh
"Aduh...." Rexa meringis dan memegang perutnya yang ditinju Rubi." Sakit, Rub."
"Lagian kamu ngomongnya jorok."
"Jorok! Apa nya yang jorok? Pikiran kamu kali yang jorok."
Mata Rubi melotot." Ih, dasar nyebelin." Lalu 'bugh' Rubi kembali melayangkan tinju ke perut Rexa membuat pria itu kembali meringis. Dan seakan tanpa dosa Rubi beranjak begitu saja. Namun ketika di ambang pintu langkahnya berhenti." Kamu mau makan apa ngga? kalau mau makan ke dapur kalau engga ya udah." Setelah berkata, Rubi kembali melanjutkan langkahnya.
"Dasar cewek aneh." Rexa geleng-geleng kepala lalu menyusul Rubi ke dapur sambil memegang perutnya.
Pukul 05.00 subuh. Rubi dikejutkan oleh kemunculan Rexa, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya.
"Sedang apa, neng?"
Plak
Rubi terperanjat, dan reflek menggeplak Rexa dengan lap kain yang sedang dia pegang. Lap kain bekas mengelap meja makan.
"Duh, tega banget ya, mukul aku pake lap kotor." Rexa protes sambil cengengesan.
Rubi mendengus dan beranjak." Siapa suruh ngagetin aku!" Rubi menyahutinya sambil membersihkan tangannya di wastafel.
Rexa menyengir dan garuk-garuk kepala.
"Ngga ada sih. Tapi..aku ngga ada maksud buat bikin kamu terkejut lho. Kamu aja kali yang sedang melamun. Aku yang seganteng ini dikira hantu. Mikirin apaan sih!"
"Melamun-melamun gundul mu." Rubi mengumpat membuat Rexa tertawa renyah.
"Tumben jam segini udah bangun? Biasanya masih meringkuk di kasur," sindir Rubi, lalu menyender pada meja kompor dan menyilangkan kedua tangannya.
"Kok tau kalau aku tidurnya meringkuk? Jangan-jangan kamu sering ngintip aku tidur ya!"
Rexa balik menyindir membuat Rubi seketika gelagapan. Karena apa yang dikatakan oleh pria itu merupakan rutinitasnya akhir-akhir ini.
"E-enak aja," kilah Rubi, kemudian melempar lap kain ke arah Rexa. Lap yang biasa digunakan untuk mengangkat wajan atau priuk di atas kompor.
Rexa menangkis lap itu dengan senyuman yang tak kunjung pudar. Dan lap itu pun jatuh di atas kakinya.
"Bilang iya aja susah bener, neng." Rexa membungkuk meraih lap yang terjatuh itu. Di saat yang sama, Rubi beranjak begitu saja.
"Lah, kabur dia," kata Rexa saat melihat Rubi sudah melewati ambang pintu dapur.
Rexa mendekati Rubi saat istrinya itu sedang memakai sepatu di teras rumah. Dia ikut duduk di atas lantai.
"Kamu mau berangkat kerja?"
Rubi mengangguk tanpa berucap.
"Masih gelap begini!" Pandangan Rexa mengedar ke pekarangan yang masih nampak gelap karena masih pukul enam subuh.
Rubi kembali mengangguk tanpa berucap. Dan tangannya sibuk mengikat tali-tali sepatunya.
"Kenapa berangkatnya pagi banget? memang jam berapa masuk kerjanya?"
Pertanyaan Rexa yang ketiga kalinya ini membuat Rubi menoleh ke arahnya." Jam 8. Tapi aku harus berangkat sekarang karena harus jalan kaki ke prapatan jalan Raya. Oya, uang untuk kamu sarapan dan makan siang ku simpan di meja ya!"
Kening Rexa mengkerut. Tapi bukan heran karena uang yang Rubi katakan, melainkan tentang keberangkatan kerja Rubi yang tidak biasanya.
"Kenapa jalan kaki? Bukannya biasanya diantar sama adik mu, Danang?"
Rubi menghela nafas disertai gelengan kepala. Menurut Rubi, kelakuan Danang benar-benar keterlaluan. Bukan saja menyangkut soal uangnya yang dicuri adiknya itu, melainkan perilaku Danang seperti yang tak pernah sekolah lalu berprilaku tak bermoral. Padahal adiknya itu disekolahkan sampai tamat SMA. Bahkan pernah mondok di pesantren selama enam bulan.
Sebagai kakak yang turut andil membesarkan Danang, tentu Rubi sangat kecewa. Danang tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku buruk. Bagaimana kalau adiknya itu tak hanya mencuri uang kakaknya saja tapi juga mencuri uang orang lain? Itu yang Rubi khawatirkan.
Sejak dulu, Danang memang sudah kerap kali membuatnya selalu kecewa. Saat Danang masih sekolah, Rubi sering di panggil gurunya gara-gara dia sering bolos sekolah dan sering tawuran. Setelah lulus pun adiknya itu masih saja membuatnya selalu kesal dengan tingkah polahnya. Dan puncak kekesalan Rubi saat itu adalah, ketika Danang menghamili bocah SMP yaitu Lina, istrinya saat ini. Rubi kala itu rasanya ingin sekali merajang Danang hidup-hidup saking kecewanya.
Dan kini, Rubi ingin memberi pelajaran dengan caranya sendiri agar adiknya itu mau berpikir dan berubah lebih baik serta dewasa.
"Aku lagi malas minta antar Danang. Sebenarnya ada motor si Tatung yang nganggur. Seminggu ini dia libur semester. tapi aku ngga bisa bawa motor."
Mendengar keluhan Rubi membuat Rexa diam sejenak sambil berpikir.
"Gimana kalau aku aja yang antar kamu sampai ke tempat kerja mu?" Kata Rexa menawarkan dirinya untuk mengantar Rubi.
Rubi memandangi Rexa tanpa mengedipkan matanya.
"Apa kamu bisa bawa motor?" Tanya Rubi setelah sekian detik memandangi wajah suaminya itu.
Rexa tertawa nyaring.
"Apa karena aku ini gembel sampai kamu meragukan, aku bisa bawa motor apa ngga?"
Kepala Rubi langsung geleng-geleng." Ngga, ngga. Bukan begitu maksudnya. Aku....."
"Ya sudah tidak apa-apa. Dimana kunci motor Tatung?" Potong Rexa. Dia bangkit begitu pula dengan Rubi yang ikut bangkit.
"Aku ambil kunci dulu." Rubi masuk ke dalam rumahnya. Dan beberapa saat kemudian, dia muncul sambil membawa dua helm.
"Ini kuncinya, dan motornya di samping sana." Rubi memberikan kunci motor dan menunjuk ke arah samping rumahnya. Dan di samping itu ada semacam gudang tempat penyimpanan motor atau barang-barang yang tak terpakai.
"Pegangan yang kuat, Rub. Soalnya aku kalau bawa motor diatas kecepatan 100," kata Rexa saat Rubi sudah membonceng di belakangnya dan dia sudah menyalakan mesin motor.
Rubi menuruti perintah Rexa. Dia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Rexa dan merapatkan tubuhnya. Rubi pikir tidak apa-apa dia bersentuhan seperti saat ini, karena mereka pasangan suami istri meski tak saling cinta.
Dibalik helm full face yang di gunakan Rexa, dia tersenyum lebar.
kalo udah tau gimana sifat istri nya dijamin gak bisa berkutik tuh si rexa, sok sok an ngerjain ruby, ruby dilawan gitu loh 😆😆😆💪💪💪semangat lanjuuuuut
gemezzz deh...bikin penisirin.
ih, kenapa jadi gemes sendiri dengan sikap Rexa saat bertemu dengan Rubi, istri yang selama ini dirindukannya.
Rasanya pengen uyel-uyel kepala Rexa deh, hahaha 🤭🤣🤣😂😂