Turun Ranjang
Fawwas, seorang dokter ahli bedah tidak menyangka harus mengalami kejadian yang menyenangkan sekaligus memilukan dalam waktu yang bersamaan. Saat putrinya dilahirkan, sang istri meninggal karena pendarahan hebat.
Ketika rasa kehilangan masih melekat, Fawwas diminta untuk menikahi sang adik ipar. Dia adalah Aara, yang juga merupakan seorang dokter kandungan. Jelas Fawwas menolak keras, belum 40 hari istrinya tiada dia harus menikah lagi. Fawwas yang sangat mencintai istrinya itu bahkan berjanji untuk tidak akan menikah lagi.
Tapi desakan dari keluarga dan mertua yang tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang lain membuat Fawwas terpaksa menerima pernikahan tersebut. Terlebih, itu juga merupakan wasiat terakhir dari sang istri meskipun hanya tersirat.
Bagaimana Fawwas menjalani pernikahan nya?
Apakah dia bisa menerima adik iparnya menjadi istri dan ibu untuk putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IB 33: Fitnah Datang
Beberapa waktu yang lalu, Arsyad pulang atau lebih tepatnya keluar dari rumah sakit. Dia sungguh mengabaikan permintaan Nisya untuk datang ke ER.
Rupanya Arsyad menemui salah seorang kenalannya dalam dunia entertainment. Salah seorang wartawan lepas dibawa oleh temannya itu. Arsyad kemudian memberikan beberapa foto dan bukti mengenai perilaku Fawwas yang " kumpul kebo" dengan Aara adik iparnya sendiri.
" Apakah ini valid, Syad?" tanya teman dari Arsyad.
" Tentu saja, aku mendapatkan dari sumber terpercaya. Lihat lah mereka bahkan tinggal satu rumah. Nah, untuk lebih jelasnya lebih baik kau suruh wartawan mu itu membawa teman-temannya untuk mendatangi kediaman Fawwas. Ah iya, ingat satu hal, jangan munculkan nama ku. Kau paham kan maksudku?" jelas Arsyad.
Pria itu mengangguk paham, Arsyad jelas akan cuci tangan dari hal tersebut. Tapi pria itu tidak peduli. Berita ini adalah berita besar. Semua hal yang menyangkut keluarga Dewandaru, Klan Dwilaga, dan semua yang menyangkut keluarga itu adalah sesuatu hal yang luar biasa. Dan tentu saja akan menjadi sumber berita yang akan menaikkan rating salah satu platform berita, entah itu di media sosial maupun cetak.
Dan, di depan rumah Fawwas saat ini para wartawan itu berada. Beberapa kamera tersorot kepada Aara dan Neida. Beruntung Aara menggendong Neida menghadap ke arahnya sehingga mereka tidak bisa menyorot wajah Neida. Aar terlihat sangat marah saat beberapa mereka mulai mengambil gambar.
" Apa yang kalian lakukan di sini hah!" sinis Aara. Dia sungguh kesal dengan para tamu yang tidak diundang itu.
" Apakah Anda dan Dokter Fawwas berzina?"
" Mengapa Anda berada di rumah dr. Fawwas?"
" Apa sebelum istri dokter meninggal kalian sudah berselingkuh lebih dulu?"
" Apa kematian istri dokter ada sangkut pautnya dengan hubungan perselingkuhan kalian?"
" Bukankah Anda juga adalah seorang dokter? Apakah kalian menjalin hubungan di tempat kerja?"
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari para wartawan. Wajah Aara merah padam menahan marah karena fitnah yang mereka ucapkan. Ingin sekali dia meluapkan emosinya saat ini, tapi dia masih bisa menahannya karena Neida yang berada dalam dekapannya.
Rumah Aara dan Fawwas ini ada di sebuah komplek, dimana setiap rumah memang tidak menggunakan jasa security. Maka dari itu, mereka bisa menerobos masuk ke rumah Fawwas karena rumah mereka juga tidak berpagar. Rupanya keamanan gerbang depan tidaklah terlalu ketat. Bi Am bahkan kesulitan menghalau para wartawan yang menyodorkan mikrofon mereka ke arah Aara.
" Maaf saya tidak akan menjawab satu pun pertanyaan dari saudara semua karena Anda semua sungguh mengganggu ketenangan putri saya. Permisi!"
Brak!
Bi Am langsung menutup pintu rumah degan apat. Bukan hanya itu, wanita paruh baya itu juga berinisiatif untuk menutup semua korden jendela agar para wartawan itu tidak bisa melihat ke dalam. Aara menyukai ide dari Bi Am, ia yakin para pencari berita itu tidak akan pergi dengan mudah dari kediaman mereka.
" Bi, tolong bawa Nei ke kamar dulu ya."
" Bai Non."
Aara menyerahkan Neida kepada Bi Am, ia kemudian mengambil ponselnya dan mencari nomor Fawwas. Maju mundur Aara ingin menghubungi sang suami. Tapi ini bukanlah waktunya dia diam dan memendam semuanya sendiri. Fawwas jelas harus tahu bahwa ada keributan di rumah mereka." Semoga Kak Fawwas sedang tidak sibuk " lirih Aara.
Tuuut tuuuut
Percobaan pertama, telepon darinya tidak dijawab oleh Fawwas. Aara kemudian mencoba untuk yang kedua kalinya, akan tetapi masih sama. Ia berpikir bahwa mungkin saja Fawwas masih sedang dalam operasi. Ia paham betul bahwa Fawwas adalah dokter ahli bedah, maka pasti dirinya akan sangat sibuk. Namun, Aara mencoba untuk meyakini satu hal bahwa mungkin saja Fawwas akan menjawab panggilannya.
" Hallo Ra, Assalamu'alaikum, ada apa?" tanya Fawwas di seberang sana. Rupanya pria itu tadi sedang berada di kamar mandi jadi tidak tahu kalau Aara menelponnya.
" Waalaikumsalam Kak, aku pikir kakak sedang melakukan operasi. Kak, maaf kalau aku mengganggumu, tapi di depan rumah kita sedang ada keributan. Banyak wartawan yang datang, mereka ... ."
Aara menjelaskan setiap detail yang ara wartawan itu tanyakan kepada mereka. Fawwas mengepalkan tangannya erat, rasanya kepalanya mendidih saat ini karena saking marahnya. Baru kali ini dia begitu sangat marah selama hidupnya, keluarga nya diusir, jelas itu tidak membuatnya suka.
" Jangan keluar, diam saja di rumah. Aku akan segera pulang. Ingat, jangan pernah keluar dari rumah. Apa kamu mengerti?"
" Iya kak. Aku mengerti. Maaf sudah menganggu mu waktumu."
" Tidak. Tidak ada yang menggangguku. Kamu tidak menganggu, kita adalah suami istri. Maka dari itu sudah sewajarnya kita saling membantu dana menyelesaikan masalah bersama."
Aara sungguh lega, ternyata Fawwas memang sudah benar-benar menerima pernikahan ini. Awalnya Aara masih ragu, tapi mendengar Fawwas khawatir mengenai para wartawan itu, kini dia sepenuhnya yakin juga untuk menerima Fawwas sebagai suaminya.
Setelah mengakhiri panggilannya dengan Aara, Fawwas menghubungi seseorang yang tentu saja bisa ia mintai tolong untuk kondisi saat ini.
" Halo Nat, apakah boleh minta bantuanmu? Aku butuh beberapa orang untuk menjaga rumahku. Sepertinya ada orang yang ingin mengacaukan keluarga kecilku." Fawwas berkata secara to the poin. Dia tidak ingin bertele-tele dalam meminta bantuan dari keluarganya itu.
" Tentu saja paman kecil. Aku akan mengirimkannya segera, aah iya paman kecil seperti kau sedang jadi viral beberapa menit ini. Media sosial semua tengah mengabarkan tentang dirimu dan Aara. Aku rasa ini adalah ulah satu orang yang sama," papar Nataya. Dia adalah salah satu dokter juga di RSMH, putra dari sepupunya Dr. Radika Tara Dwilaga.
Fawwas langsung membuka portal berita online dan benar saja, berita mengenai dirinya sudah tersebar luas. Semua isi berita itu hampir sama dengan apa yang Aara katakan tadi.
" Bedebah, aku akan membungkam mulut dalang dibalik ini semua jika sudah ketemu. Berani-beraninya dia mengusik keluargaku!"
TBC
kita pasti bisa...
memang betul trauma seseirqng akan susah untuk di lupakan...memakan waktu...
itu juga ku alami sendiri,sampai skrng masih harus pergi kaunseling..untuk menyembuhkan rasa trauma yg sdh 2 thn lbh...hhuuuffzz.../Sweat/
skrng tugasmu untuk memulihkan keadaan...
turun ranjang bro...