Gegei gadis ceria yang sedikit bar-bar terkejut saat mengetahui pria yang akan dijodohkan dengannya adalah teman sekolah kakaknya. Arkanza, pria berprofesi pilot yang paling dia hindari selama 10 tahun terakhir, hingga melakukan berbagai tingkah konyol agar dirinya ditolak.
***
Assalamualaikum!" Ucap Arkan menyodorkan setangkai mawar merah.
"Waalaikumsalam!" Balas Gegei tanpa melepaskan pandangannya.
**
"Kita tidak cocok!"
"Kenapa?"
"Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari keluyuran sama teman, suka pulang malam, suka menghabiskan uang."
"Dan,,,"
"Dan apa?"
Dan kalau kalian tertarik, langsung aja baca ceritanya ya!! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Ev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gegeiii??!!
Arkan tidak bersuara, matanya melihat seisi kolam renang yang kini sudah disulap oleh Gegei seperti sebuah dekor pesta perayaan.
"Wah Arkan, kolam renangnya berubah jadi Ancol." Ucap Haidar melangkah melihat lebih dekat.
"Tangkap bolanya!"
"Hyak!" Menendang bola.
"Hiehieh." bocah itu bermain bola, tertawa dan begitu berisik.
"Ahahha!" Tawa-tawa bocah itu memecah dan menggema memenuhi kolam saat itu.
Beberapa bocah berteriak, tertawa memainkan bola bersama. Beberapa chiki bertaburan dipinggir kolam, bahkan pancingan berjejer memenuhi pinggiran kolam renang. Arkan syok, kakinya lemas melihat isi kolam renangnya. Bagaimana tidak. Kolam renangnya kini dipenuhi ikan koi piaraan Arkan selama bertahun-tahun. Dengan teganya Gegei memasukkan puluhan ikan koi yang berbagai warna kedalam kolam lalu dipasangi pancingan.
Arkan seakan melihat ada 6 Gegei yang bermain memenuhi kolam renangnya saat itu, hatinya memanas, otaknya bahkan mendidih saat itu juga.
"Kakak lihat pancingannya bergerak!" Panggil salah satu bocah berlari, Gegei yang terlihat duduk dipinggir kolam sambil mengayunkan kedua kakinya menikmati chiki ditangan, beranjak menghampiri.
**
"Strake!"
Teriak Gegei mengangkat pancingan, saat itu juga Arkan lemas memundurkan langkah melihat seekor koi berwarna putih dengan titik merah di dahi menggeliat. Haidar yang juga menyaksikan perkara itu hanya mampu melongo dan parah bocah itupun berteriak "HORE!"
Arkan yang selalu tenang, irit bicara mengepalkan kedua tangannya hingga ototnya mengeras.
"GEGEIII??!!"
Teriaknya menggelegar, serasa telinganya mengeluarkan asap yang panas hingga membuat Gegei merasakan guncangan saat itu juga.
**
Kini suasana yang penuh tawa renyah, berisik berubah menjadi sepi mencekam. Suhu ruangan lebih dingin, dinding yang kokoh seakan menghimpit hingga menyisakan kesesakan dan getaran dalam hati.
Gegei berdiri menunduk meremas ujung kemejanya, para bocah ikut berbaris di belakang. Arkan duduk di sofa melipat tangan, tidak berbicara namun tatapannya itu menusuk bahkan lebih tajam dari pisau, saat itu juga Gegei merasa tersayat.
Haidar berjalan pelan mengelilingi, mengamati Gegei. Selain wajahnya yang cantik, sepertinya tidak ada lagi hal bisa dia kagumi dari seorang Gegei. Tak lebih dari gadis pembuat onar. Sangat bertolak belakang dengan sahabatnya yang hampir tidak memiliki emosi. Tapi mengingat tingkah konyolnya yang terkadang diluar nalar, Haidar takjub akan keberanian Gegei dalam mengacak-acak emosi seorang Arkan.
Dia pria tampan terlihat dingin dan cuek, selalu dihampiri gadis-gadis namun tidak membuatnya melirik. Kini dijodohkan dengan gadis berasal dari sebuah kota kecil yang tingkahnya diluar prediksi BMKG, sudah gitu nolak pula. Benar - benar gadis anti mainstream. Kalau semua gadis seperti Gegei, Haidar jadi merasa takut dijodohkan dengan gadis cantik.
**
10 menit berlalu, Arkan masih saja belum angkat bicara. Para bocah itu selain takut juga sudah lelah berdiri. Arkan sendiri berpikir, akan hukuman apa yang dapat membuat Gegei melunak.
"Gegei?" Ucapnya dingin.
Sontak Gegei yang masih dalam posisi hening cipta membelalak, ia berpikir kini Arkan pasti sudah menolak menikahinya hingga ia akan segera pulang ke kampung.
"Kuras air dalam kolam renang menggunakan ember-ember itu!" Ucap Arkan mengejutkan Gegei.
"Hah? Kakak yakin? Kesalahanku cukup besar loh?!" Ucapnya merasa kurang puas, lalu melirik dua ember kecil yang baru saja dibawa oleh Art.
"Lalu kamu mau seperti apa? Atau mau ember-ember ini diganti dengan sendok perak?" Tanya Arkan dengan tegas, dengan cepat Gegei menggeleng. Yah mana mampu dirinya menguras air kolam dengan sendok, dengan ember saja entah butuh berapa lama.
"Jangan pernah ada yang membantunya!" Tegas Arkan kepada security juga Art. Sementara para bocah itu harus mengembalikan ikan-ikan ke tempatnya.
Security bersama Art mulai kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara Gegei menenteng dua ember menuju kolam.
"Kamu yakin menyuruhnya menguras air kolam? Ini sedikit keterlaluan." Bisik Haidar langsung mendapat tatapan dari Arkan, yang ditatap terpaksa tersenyum kering.
"Ih, kak Arkan nyebelin banget sih. Masa ia Gegei yang aktif dan cantik ini disuruh nguras kolam." Gerutunya.
**
Hampir sejam Gegei menimba air kolam, namun volumenya terlihat sama saja. Bukan air kolam yang terkuras melainkan tenaganya, sementara para bocah sudah kembali kerumah mereka begitu juga dengan Haidar yang sudah dijemput oleh supir keluarganya.
Hari semakin sore, kurang dari sejam adzan magrib akan berkumandang. Gegei menarik ember dari kolam yang berisi air dengan sisa tenaganya, lalu diletakkan dipinggir. Gegei menarik napas dengan dada yang terasa berat, menyeka keringat yang membanjir wajahnya sedari tadi.
Arkan yang berada di loteng kamarnya berdiri berpegang pada besi pengaman, memicing melihat Gegei yang mulai kelelahan membuatnya goyah.
**
Gegei sekali lagi mengeluarkan dua ember dari kolam. Tanpa ia sadari Arkan sudah berdiri dibelakangnya.
"Bagaimana?" Tanyanya.
Gegei pun perlahan berbalik dengan wajah lelah, rambutnya lepek tak hentinya keringat bercucuran membasahi pipinya.
"Kakak huaaa." Panggilnya manja seakan ingin menangis dan kali ini ia merasa benar-benar lelah.
"Masuklah!" Gegei berbinar saat satu kata yang paling ditunggu terdengar.
Tak cukup sampai disitu, Arkan meletakkan handuk berukuran sedang diatas kepala Gegei. Gegei melihat wajah Arkan dari balik handuk itu, harus ia akui jika Arkan memang tampan hanya saja kurang humoris.
"Dug."
"Dug."
Kini giliran jantung Gegei yang berdegup kencang. Aneh, rasa itu tidak pernah ia rasa dengan siapapun. Gegei tidak ingin lebih lama lagi berada didekat Arkan, bisa meledak jantungnya nanti hingga memilih berlari. Arkan lagi-lagi tersenyum tipis.
**
Gegei menutup pintu kamar lalu bersandar dibalik pintu, wajah Arkan kembali terlintas sekejap membuat jantungnya tidak aman, memegang kedua pipinya yang mulai memanas. Tanpa ia sadari dirinya mulai tersenyum kecil, hingga adzan magrib benar-benar dikumandangkan.
"Astagfirullah." Ucapnya mengembalikan kewarasannya.
Gegei pun mandi lalu berwudhu dan melaksanakan shalat magrib. Setelah itu ia turun diruang tengah menemui abi dan umi Arkan. Gegei yang masih mengenakan mukena berwarna biru langit duduk berhadapan dengan kedua orang tua Arkan.
"Tadi mba sudah menceritakan, jangan diulangi yah!" Dengan sabar dan lembut umi Arkan menasihati, cukup membuat Gegei merasa bersalah bahkan matanya berkaca-kaca.
Ketimbang merasa bersalah kepada Arkan, ia lebih merasa bersalah kepada orang tua Arkan yang selama ini selalu baik kepadanya. Bahkan setelah kejadian luar biasa yang dilakukan mereka sama sekali tidak memarahi justru memberikan nasihat.
"Gei,,, papa Gegei udah udah setuju dengan pernikahan kalian. Jadi Gegei harus terima yah!" Perkataan Abi Arkan yang begitu tenang menambah rasa bersalahnya. Jika itu orang lain mana mungkin dia akan berdiam diri bahkan menasehati dengan lembut.
**
Usai mendapatkan wejangan dari calon mertua kini Gegei menghampiri Arkan yang berada diruang baca. Terlihat tenang membaca sebuah buku dikedua tangannya.
"Assalamualaikum."
Arkan terdiam mendengar suara yang terdengar lembut dan pelan, cukup menggetarkan hati. Arkan beranjak dari duduknya, menoleh ke sumber suara terpaku saat wajah Gegei menyambutnya dalam balutan mukena berwarna biru langit, cantik dan mungil.
"Waalaikumsalam..." Balasnya menatap lekat.
Bersambung...
,, gadis sekolah kamsudny,, ciwi2 sekolah emang selalu riang dan gembira 🤭🤭
,, marah2 gemas ato giman tuuuhhh /Sneer//Chuckle/
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗