“Baru kali ini aku merasa dekat dengan seseorang yang baru saja aku kenal, apalagi lawan jenis. Selama ini aku menjauhi lawan jenis karena menurutku belum ada sosok yang membuatku tertarik. Meskipun ibu sudah mendesakku untuk mencari pendamping dan ingin menjodohkanku dengan anak teman baiknya. Aku merasa hidupku yang sekarang ini masih baik-baik saja.
Tapi… perasaan apakah ini?”
Novel ini hanya fiktif, jika ada kesamaan tokoh dan cerita murni kebetulan. Tidak ada unsur kesengajaan.. Terima kasih..
Halo teman-teman, ini karya terbaru saya, semoga kalian suka. Jangan lupa like, komen dan share yah.. happy reading..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Mie Gelas
Tak terasa, waktu berjalan sangat cepat. Semua orang tengah sibuk mempersiapkan acara 4 bulanan yang akan di gelar di rumah Ayah Ahmad.
"Mbak Alina kapan berangkat?" tanya Safira.
"Sepertinya besok, Mas Brian masih memiliki beberapa pekerjaan yang perlu diselesaikan sendiri. Saya nitip butik seperti biasa ya Sa. Soal libur bisa kamu atur bersama Lili nanti."
"Baik Mbak Alina, ini laporan minggu ini."
Alina mulai membaca laporan yang telah disusun oleh Safira seperti biasa. Tetapi kali ini ada tambahan laporan, yaitu laporan penjualan live yang akhirnya dilakukan.
Penjualannya memang sangat bagus, tetapi dari pihak e-commerce memberikan target jam live untuk menaikkan popularitas dan menerapkan sistem diskon. Untuk sistem diskon, bagi Alina tidak ada masalah. Hanya saja, waktu live yang masih menjadi kendala karena live yang dilakukan bisa sampai malam hari. Sedangkan butik nya hanya buka sampai pukul 9 malam.
Safira menyarankan untuk menambah karyawan laki-laki khusus live malam, jadi tidak perlu mengkhawatirkan masalah keamanan. Tetapi, Alina masih memikirkannya. Menurutnya waktu live yang ditetapkan oleh platform tersebut terlalu berat.
Kemudian Alina mulai melihat tingkat produksi dan permintaan yang ada. Tingkat produksi masih bisa memenuhi permintaan yang ada karena ia telah menambah karyawan sebelumnya. Akhirnya Alina terpikirkan untuk menawari karyawan laki-laki bagian gudang untuk melakukan live malam hari.
Hal yang menjadi pertimbangannya adalah mereka sudah mengenal produk yang akan dijual dan mereka rata-rata selalu mengambil jam lembur dengan alasan ingin menambah penghasilan. Dengan mengisi live, maka mereka akan dibayar per jam sebesar tiga puluh ribu rupiah. Dan akan meningkat seiring berjalannya waktu.
Safira segera membuat catatan untuk segera ia laksanakan. Ia benar-benar kagum dengan perhitungan Alina. Ia menjadi semakin betah dan semangat bekerja dengan Alina. "Apa mungkin Regis juga seperti ini, makanya dia sangat loyal dengan Pak Brian?" tanyanya dalam hati.
Di perusahaan Brian.
"Kira-kira berapa hari kamu di sana, Bri?" tanya Regis yang sedang menyesuaikan jadwal Brian.
"Jika aku sudah di rumah Ayah, akan sulit bagi ku memastikan kapan kembali. Kamu atur saja seperti biasa, jika perlu kehadiranku bisa saja lewat konferensi." jawab Brian yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Baiklah.." Regis yang sudah terbiasa hanya bisa pasrah.
Selanjutnya mereka berangkat ke beberapa cabang untuk meninjau langsung dan melakukan pertemuan dengan klien. Setelah selesai, barulah Brian pergi menjemput Alina di butik.
Mereka sudah tinggal di rumah yang Brian siapkan selama sebulan ini dan apartemen Alina telah diberikan kepada Bagas. Alina merasa sangat nyaman dengan rumah tersebut.
Rumah 2 lantai yang dilengkapi kolam renang, taman di halaman depan dan halaman belakang yang luas dengan pohon rindang yang membuat susana asri. Terdapat 1 kamar utama dan 1 ruang kerja yang dihubungkan dengan pintu di lantai satu, 4 ruangan yang difungsikan sebagai kamar tamu dan ruang olahraga Brian di lantai 2, dapur yang luas, ruang tamu dan ruang keluarga.
Terlihat minimalis dari luar, tetapi tidak di dalam rumah. Bahkan Brian meletakkan aquarium besar di ruang tamu sebagai pembatas ruang tamu dan ruang keluarga. Penggunaan jendela kaca yang besar di setiap ruangan membuat rumah terang dengan pencahayaan alami.
Seperti biasa, Alina akan tertidur didalam mobil, sehingga Brian akan mengangkatnya ke kamar. Setelah membersihkan diri, Brian menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Ia memang memiliki 2 pembantu dengan tugas utama bersih-bersih dan memasak jika Brian dan Alina tidak sempat memasak. Karena sampai sekarang, keduanya masih bergantian dalam hal memasak.
Brian mulai berkutat di dapur, setelah semua masakan siap ia segera ke kamar untuk membangunkan sang istri.
"Bangun sayang.." Alina perlahan membuka matanya.
"Jam berapa?" tanyanya dengan suara parau.
"Sudah mau maghrib, ayo bangun bersihkan diri mu lalu kita sholat berjamaah setelah itu makan malam. Aku memasak makanan kesukaan mu." Brian membantu Alina untuk duduk dan menuntunnya ke dalam kamar mandi.
Ketika ia ingin membantu Alina melepaskan hijab dan pakaian, tangannya ditahan. Alina mengatakan jika ia bisa mandi sendiri. Brian tersenyum dan meninggalkan kamar mandi.
Mereka telah berada di ruang makan saat ini, tapi sayangnya Alina tidak mau mendekat. Udang tanpa kulit saus padang yang menjadi makanan kesukaannya justru membuatnya mual ketika mencium aroma nya. "Apa mungkin karena pengaruh hormon?" batin Brian.
Akhirnya Brian menanyakan sang istri ingin makan apa, karena ia hanya memasak udang saus padang, sup kepala ikan dan cah kangkung. Alina mengatakan ingin makan mie gelas dengan tambahan sosis dan bakso. Tetapi langsung di tolak oleh Brian karena makanan yang diminta semuanya mengandung bahan pengawet.
Akibat penolakan Brian, Alina seketika menangis sesenggukan membuat Brian kelabakan.
"Maafkan aku sayang. Baiklah, aku izinkan sekali ini saja. Jangan menangis lagi oke." Alina berhenti menangis meskipun masih sedikit sesenggukan karena Brian mau menuruti keinginannya.
Kemudian Brian menanyakan mau dimasak seperti apa. Alina mengatakan keinginannya dengan suara diselingi senggukan kecil. Pertama sosis digoreng, kemudian bakso direbus beserta sawi setelah itu disiram ke dalam gelas mie untuk merendam mie sampai mie matang. Barulah sosis goreng dimasukkan untuk pelengkap.
Meskipun Brian sedikit tidak setuju dengan cara Alina karena air bekas rebusan yang dipakai, tetapi ia tetap menuruti instruksi Alina. Takut jika tidak sesuai dengan instruksi akan membuat sang istri menangis lagi. Akhir-akhir ini Alina hanya menangis jika tidak sesuai dengan kemauannya.
"Sabar Brian, istri kamu sedang hamil. Jika sikapnya tidak seperti biasa, itu pengaruh dari hormon kehamilan yang membuatnya lebih sensitif."
Begitulah nasihat yang ia dapat dari Mama Humaira dan Ibu Azizah. Jadi, sekarang ini ia harus banyak bersabar dan mengalah agar tetap bisa menjaga suasana hati Alina.
Selesai makan, Alina minta untuk di buatkan siomay. Brian mengecek stock kulkas yang ternyata tidak ada stock ikan. Ia pun menawarkan siomay dengan daging ayam, tetapi Alina tidak mau. Brian pun mengajaknya untuk membeli di luar, yang ada Alina justru merajuk dan mengunci pintu kamar.
Brian segera menghubungi Mama Humaira untuk bertanya mengenai sikap Alina dan meminta solusi. Mama Humaira hanya tertawa mendengar penuturan Brian. Kemudian beliau menyarankan untuk menunggu suasana hati Alina mereda terlebih dahulu, karena jikalau Brian membeli bahan dan membuatnya sekarang akan percuma jika suasana hati Alina sudah tidak berselera.
Brian mengerti dan ia mengucapkan Terima kasih sebelum menutup sambungan telepon.
Brian menunggu Alina di ruang kerjanya yang terhubung dengan kamar mereka. Ia menguping dari balik pintu, tetapi tidak mendengar apapun. Dengan perlahan ia membuka pintu penghubung tersebut untuk melihat keadaan Alina.
Dilihatnya Alina yang telah terlelap mengenakan setelan pajamas pendek meringkuk memeluk guling. Perlahan Brian menarik selimut untuk menutupi tubuh Alina, tetapi gerakan tersebut membuat Alina terbangun.
Melihat kehadiran Brian di kamar, Alina sempat ingin marah kepada sang suami karena siomay. Tetapi anehnya ia tidak kuasa marah, justru ingin mencium aroma tubuh sang suami. Akhir-akhir ini ia susah mengatur suasana hatinya karena pengaruh kehamilan. Sehingga Alina hanya bisa mengikuti kata hatinya.
Alina langsung menarik lengan Brian, membuat Brian hilang keseimbangan dan sekarang berada di atas tubuh Alina bertumpu siku. Saat ia hendak menjauh, Alina justru mengalungkan tangannya di leher Brian dan mengecup bibirnya. Dengan adanya provokasi Alina, tidak menunggu lama membuat Brian terpancing. Mereka pun saling menikmati satu sama lain sampai Alina terlelap.
Setelah membantu Alina membersihkan diri, Brian tersenyum melihat wajah pulas sang istri. Baru kali ini ia merasakan sang istri sangat aktif dalam berhubungan. Biasanya memang aktif, tetapi malam ini terasa berbeda baginya. Ia merasa istrinya semakin seksi dan menggairahkan. Jika saja istrinya sedang tidak hamil, mungkin ia akan meminta lebih.
Brian merasa aneh dengan suasana hati sang istri, baru saja merajuk tapi tiba-tiba membuatnya bergairah. Mungkin ini adalah hikmah dari kehamilan Alina. "Terimakasih atas nikmat yang Engkau berikan Ya Allah, lindungilah istri dan calon bayi kami.." doa Brian dalam hati.
Setelah mengecup kening Alina, Brian ikut memejamkan matanya dengan memeluk sang istri.