NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 15 : Langkah Baru di Tengah Hujan

Hujan kecil menyapa Semarang pagi itu, menciptakan irama lembut saat tetesannya menyentuh daun-daun di taman kecil dekat apartemen Aira.

Aira dan Raka duduk berdampingan di sebuah bangku kayu di bawah payung besar, menikmati aroma tanah basah yang khas.

Aira mengenakan mantel tipis berwarna krem, rambutnya di kuncir santai, sementara Raka mengenakan jaket denim favoritnya, tangannya memegang cangkir kopi panas yang mereka beli dari pedagang keliling.

Setelah peluncuran novel Melodi Laut yang sukses, kehidupan mereka terasa lebih penuh makna, tapi juga penuh dengan langkah baru yang harus mereka hadapi bersama.

Aira menatap tetesan hujan yang jatuh ke genangan kecil di trotoar, pikirannya melayang pada rencana-rencana yang dia dan Raka bicarakan semalam.

Setelah acara peluncuran, mereka mulai serius membicarakan masa depan, tentang pernikahan, tentang mimpi-mimpi mereka, dan tentang bagaimana mereka akan menyeimbangkan karier masing-masing.

Aira merasa bahagia, tapi juga ada sedikit ketakutan yang mengintai, takut bahwa perubahan besar ini akan membawa tantangan baru yang belum mereka siapkan.

“Raka, kamu yakin kita bisa jalani semua ini bareng?” tanya Aira tiba-tiba, suaranya lembut tapi penuh keraguan.

Dia menoleh ke arah pria itu, matanya mencari kepastian.

Raka menatap Aira, tersenyum hangat sambil memegang tangannya erat.

“Aira, aku yakin. Kita udah lewatin banyak hal bareng, jarak, tantangan, semua ketakutan kita. Aku tahu pernikahan itu langkah besar, tapi aku pengen kita hadapin bareng. Aku… aku enggak bisa bayangin hidupku tanpa kamu,” katanya, nadanya penuh keyakinan.

Aira tersenyum kecil, merasa ada kehangatan yang menjalar di dadanya.

“Aku juga, Raka. Aku cuma… aku takut kita kehilangan apa yang kita punya sekarang. Aku takut kalau kita nikah, kita malah sibuk sama hal-hal lain dan lupa buat nikmatin momen kecil kayak gini.” Raka menggeleng, tangannya menyentuh pipi Aira dengan lembut.

“Kita enggak bakal lupa, Aira. Aku janji, kita bakal selalu cari waktu buat momen-momen kecil kayak gini, jalan bareng di bawah hujan, minum kopi di taman, atau cuma duduk bareng sambil ceritain hari kita. Aku sayang kamu, dan aku enggak mau kehilangan apa yang kita punya.” Kata-kata Raka membuat Aira merasa lebih tenang.

Dia bersandar di bahu Raka, menutup mata untuk menikmati suara hujan dan kehangatan pria itu.

“Makasih, Raka. Aku… aku juga sayang kamu,” bisiknya, merasa ada harapan baru yang bertunas di hatinya.

Setelah hujan reda, mereka memutuskan untuk pergi ke studio Raka. Raka baru saja mendapat tawaran untuk membuat desain cover untuk novel lain, kali ini dari penerbit lokal di Semarang, dan dia ingin Aira melihat sketsa awal yang sudah dia buat.

Studio kecil itu terasa hangat seperti biasa, dengan dinding penuh sketsa dan foto-foto pemandangan yang Raka ambil.

Meja kerjanya sedikit berantakan, tapi Aira selalu menyukai suasana itu, suasana yang mencerminkan kreativitas Raka.

Raka menunjukkan sketsa cover di tablet grafisnya, sebuah gambar hutan dengan kabut tipis, di mana ada siluet seorang gadis yang berdiri di tengahnya, memegang lentera kecil.

“Novel ini genrenya misteri, Aira. Aku pikir aku mau mainin elemen kabut sama lentera biar suasananya lebih tegang. Kamu pikir gimana?” tanya Raka, matanya penuh rasa ingin tahu.

Aira memandang sketsa itu dengan kagum, jarinya menyentuh layar tablet dengan lembut.

“Raka, ini bagus banget. Aku suka cara kamu bikin kabutnya, keliatan misterius tapi juga indah. Lentera itu juga bikin suasananya lebih hidup. Aku yakin penulisnya bakal suka,” katanya, tersenyum lebar.

Raka tersenyum, merasa lega dengan tanggapan Aira.

“Makasih, Aira. Aku selalu suka denger pendapatmu, kamu bikin aku lebih percaya diri,” katanya, lalu tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh ya, aku mau bilang, aku udah bilang ke penerbit di Jakarta kalau aku cuma mau ambil proyek yang bisa aku kerjain dari Semarang. Aku enggak mau jauh dari kamu lagi.” Aira menatap Raka, matanya membelalak.

“Raka… kamu serius? Tapi… bagaimana kalau mereka nawarin proyek besar lagi? Aku enggak mau jadi penghalang buat kariermu,” katanya, suaranya penuh kekhawatiran.

Raka menggeleng, tangannya memegang tangan Aira.

“Kamu bukan penghalang, Aira. Justru kamu yang bikin aku semangat ngejar karierku. Aku bisa kerja dari mana aja, teknologi sekarang kan udah canggih. Aku cuma… aku enggak mau kita terpisah lagi. Aku pengen kita bareng terus, apalagi sekarang kita mulai rencanain pernikahan.” Aira tersenyum, air mata haru menggenang di matanya.

“Raka… makasih. Aku… aku seneng banget denger kamu bilang gitu. Aku juga pengen kita bareng terus,” katanya, lalu memeluk Raka erat.

Sore itu, mereka menghabiskan waktu di studio, Aira membantu Raka menyempurnakan sketsa cover sementara dia juga mencatat ide-ide baru untuk cerita berikutnya.

Mereka bekerja dengan harmonis, saling melengkapi seperti dua sisi dari koin yang sama. Aira merasa bahwa ini adalah gambaran dari masa depan mereka, saling mendukung, saling menginspirasi, dan saling mencintai dalam setiap langkah yang mereka ambil.

Malam itu, Aira dan Raka memutuskan untuk makan malam di apartemen Aira. Raka menawarkan diri untuk memasak, dan Aira dengan senang hati menerima tawaran itu, meskipun dia bersikeras untuk membantu.

Mereka memasak bersama di dapur kecil Aira, membuat nasi goreng seafood dengan aroma yang menggoda.

Aira memotong bawang dan cabai dengan hati-hati, sesekali tertawa saat Raka menggodanya karena teknik memotongnya yang lambat.

“Raka, jangan ngejek aku, dong! Aku kan bilang aku cuma bisa bantu iris-iris,” protes Aira sambil menyikut lengan Raka pelan, wajahnya memerah karena malu.

Raka tertawa, lalu tiba-tiba memeluk Aira dari belakang, dagunya bersandar di pundak Aira.

“Aku enggak ngejek, kok. Aku suka liat kamu bantu aku, keliatan lucu banget,” katanya, suaranya lembut di telinga Aira.

Aira tersenyum, merasa wajahnya semakin panas.

“Udah, fokus masak, Raka. Nanti nasinya gosong,” balasnya, mencoba menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba muncul.

Mereka akhirnya makan malam bersama, duduk di meja kecil di ruang tamu Aira. Nasi goreng buatan Raka ternyata sangat lezat, dan Aira tidak bisa berhenti memuji keahlian masaknya.

“Raka, aku serius, kamu harus ajarin aku masak. Aku pengen bisa masak buat kamu juga,” katanya, matanya berbinar.

Raka tersenyum, menyesap es tehnya.

“Aku ajarin kapan aja, Aira. Aku seneng masak buat kamu, tapi aku juga pengen coba masakanmu. Siapa tahu, nanti pas kita nikah, kita bisa masak bareng tiap hari,” katanya, nadanya penuh harapan.

Aira tersenyum, membayangkan masa depan mereka bersama.

“Aku suka idenya, Raka. Aku… aku pengen kita punya kehidupan yang sederhana tapi penuh cinta, masak bareng, kerja bareng, dan… mungkin suatu hari nanti, punya anak yang bisa kita ajak ke dermaga,” katanya, suaranya lembut tapi penuh mimpi.

Raka menatap Aira, matanya penuh kasih.

“Aku juga pengen itu, Aira. Aku pengen kita punya keluarga kecil yang bahagia. Aku… aku bakal usaha buat jadi suami yang baik buat kamu, dan ayah yang baik buat anak-anak kita nanti.” Kata-kata Raka membuat Aira tersenyum, air mata bahagia mengalir di pipinya.

“Aku tahu kamu bakal jadi suami yang luar biasa, Raka. Aku… aku enggak sabar buat jalani semua itu sama kamu,” katanya, lalu meraih tangan Raka, meremasnya erat.

Malam itu, setelah makan malam, mereka duduk di balkon apartemen Aira, menatap langit Semarang yang masih meneteskan hujan kecil.

Aira bersandar di dada Raka, mendengarkan detak jantung pria itu yang terasa begitu menenangkan. Hujan, yang dulu menjadi simbol pertemuan mereka, kini terasa seperti simbol dari langkah baru yang mereka ambil bersama, langkah menuju masa depan yang penuh cinta dan harapan.

Di bawah langit yang basah, Aira dan Raka saling berjanji dalam hati untuk terus bersama, menghadapi setiap hujan dan mentari yang akan datang, dengan cinta sebagai payung yang melindungi mereka.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!