Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Hmm... Aku harus menolak dengan cara apalagi kalau seperti ini. Aku sangat tidak enak hati jika harus menumpang di rumah Vita." Gumamnya dalam hati.
"Jangan banyak berfikir, ayo ikut saya." Ucap Tito.
"Ba-baik om, tapi sebentar ya aku siap- siap om." Ucap Elea.
"Ya, cepatlah." Jawab Tito
Selesai bersiap mereka langsung menuju ke rumah Tito.
"Ellll... Akhirnya kamu datang juga." Ucap Vita berhambur ke pelukan Elea.
"Iya. Ini semua berkat kamu, terima kasih dan om Tito yang menyamperi aku."
"Udah Jangan sungkan, kita semua juga keluarga."
"Hai El, akhirnya kamu sampai juga. Ayo makan dulu, kamu pasti lelah." Sapa tante Rena.
"Malam tante, maaf ya sudah merepotkan tante."
"Tidak repot sayang, ini kan juga keluarga kamu." Ucap Rena.
"Terima kasih ya tante, om, vit." Elea tak kuasa membendung air matanya.
"Ehhh kok malah mewek sih, ayo makan malam kamu pasti lapar habis jualan." ucap Vita mengajak sang sahabat untuk makan bersama.
...****************...
"Jadi, kronologinya bagaimana bu?" Tanya pengacara Tito.
"Saya kurang mengerti pak, saya berjualan seperti biasanya seperti seperti yang sudah- sudah. Tapi, tiba- tiba saja seorang pria pelanggan saya mengalami sakit perut. Padahal saya sudah memastikan bahwa dagangan saya bersih dan higienis pak. Dan, beberapa saat kemudian polisi datang dan menemukan botol kecil di sana. Dan saya tidak mengetahui botol apa itu." Siti mencoba menjelaskan dengan detail apa yang dia alami.
"Baik, saya akan melakukan penyelidikan." Jawab sang pengacara.
"Oh iya pak, tolong sampaikan terima kasih saya kepada keluarga pak Tito atas semua kebaikannya."
"Pasti bu." Jawab nya.
Lalu sang pengacara tersebut pergi meninggalkan Siti.
Dalam rumah tahanan, hati Siti terasa teriris bagaimana tidak ia harus menerika cobaan yang tiada hentinya bahkan ia juga meninggalkan anaknya di rumah.
"Maafin ibu nak, belum bisa menjadi ibu yang baik." Ucap Siti lalu ia menyeka air matanya.
"Siti, mengapa bisa kamu masuk sini?" Tanya salah satu napi disana.
"Entahlah, ada yang menjebak dan juga memfitnahku." Jawab Siti dengan lemas.
"Siapa yang sudah menuduhmu?"
"Aku juga tidak tau, biarlah aku akan menghadapi semua cobaan ini dengan ikhlas."
"Sepertinya kamu orang baik, pantas kamu mendapatkan hal ini."
"Ahh tidak, aku bukan orang baik. Aku hanya menjalani hidupku dengan semestinya." Jawab Siti dengan senyum tipisnya.
"Apa kamu punya anak? Dan suami mu kemana?" Tanyanya.
"Suamiku sudah lama meninggal dan aku bersama anakku berjuang bersama untuk bisa bertahan hidup setiap harinya. Anakku sangat baik, bahkan ia rela menghabiskan masa mudanya hanya untuk membantu. Dan sekarang ia tinggal bersama temannya karena aku berada disini." Air mata Siti luruh begitu saja mengingat nama anaknya.
"Kamu yang sabar, semua cobaan pasti ada hikmahnya."
"Lalu mengapa kamu bisa disini?"
"Aku, hmmm... Kerasnya hidup membuatku gelap mata. Aku sering mencuri untuk menghidupi keluargaku dan suatu ketika aku tertangkap." Jawab Napi tersebut.
"Kamu nanti setelah selesai dari sini kamu harus janji ya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kamu harus bekerja halal." Dia pun mengangguk mengerti menerima saran dari Siti.
Kerasnya hidup memberikan banyak pelajaran kepada Siti.
"Iya Sit, aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Ucapnya. Siti menanggapinya dengan anggukan kecil.
"Aku yakin kamu pasti bisa melewati cobaan mu ini sit." Ucapnya.
Sedangkan, disisi lain Elea tengah sedih memikirkan ibunya.
"Bu..aku kangen." Ucap Elea sambil menatap nanar ke arah jendela.
"El... Kamu kenapa? Kok nangis?" tanya Vita yang saat itu tengah masuk kedalam kamar Elea.
"Ehh kamu vit, sejak kapan kamu disini?"
"Barusan, aku ketuk pintu tapi kamu nggak ada jawaban. Jadi, aku masuk aja maaf ya el."
"Nggak apa- apa Vit, maaf ya aku merepotkan."
"Tidak El, kamu jangan sedih terus kita masih mengusahakan yang terbaik untukmu."
"Aku nggak bisa membalas semua kebaikanmu Vit. Terima kasih banyak ya.." Ucap Elea sambil memeluk Vita.
"Heii.. Anak- anak lagi disini. Kok main peluk- pelukan acara apa ini?" Tanya Rena. Elea pun segera menghapus air matanya.
"Ehh... Enggak ada apa- apa kok tante." Jawab Elea.
"Ayo makan dulu makanan sudah siap." Jawab Rena.
"Iya ma, nanti kita makan." Jawab sang anak.
"Yaudah mama keluar dulu ya." Jawab rena.
"Kamu sabar, nanti kita ke kantor polisi kalau kamu kangen ibumu." Elea mengangguk.
"El... Kak jefri telpon." Ucap Vita.
"Yaudah, kamu angkat aja Vit. Barang kali ada yang penting." Jawab Elea.
Vita pun mengangkat telpon dari Jefri yang memang ingin membantu Elea juga.
"...."
Vita terlihat sangat serius menanggapi pembicaraannya dengan Jefri.
Elea hanya menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Gimana Vit?"
"Kata kak Jefri kemungkinan besar Ibumu akan segera bebas."
"Beneran Vit?"
"Iya El, Jefri menjadi saksi bersama dengan Kak Tyas."
"Alhamdulillah... Lalu mengapa polisi membebaskan ibuku?"
"Katanya buktinya kurang kuat, dan Jefri juga membawa semua pelanggan ibumu lainnya sebagai saksi. Itu memperkuat ibumu untuk bebas." Jawab Vita.
"Alhamdulillah, semoga saja ibuku segera bebas. Dan terima kasih banyak atas bantuannya sampai nanti aku nggak akan melupakannya." jawab Elea memeluk Vita.
"Udah dong, jangan terima kasih terus capek banget jawabnya. Ayo makan, jangan sedih terus" Ucap vita.
"Memang teman terbaik." Akhirnya Elea bisa tersenyum bahagia kembali.
"Nah, gitu dong senyum jangan cemberut terus." Ucapnya.
"Hehehe..." Elea pun berjalan merangkul pundak sang sahabat.
"Nahh gitu dong, kalian yang happy semua masalah pasti ada jalan keluarnya." Sahut Tito yang tiba- tiba nimbrung ke ruang makan.
"Papa? Kapan papa pulang?" Tanya Vita bahagia.
"Tadi malam sayang." Jawabnya sambil mengelus pucuk kepala sang anak lalu menciumnya. Elea yang melihat hanya bisa tersenyum melihat kedekatan ayah dan anak yang tidak pernah ia dapatkan selama ini.
"Kamu kenapa El kok menatapku seperti itu?" Tanya Vita.
"Ah tidak Vit." Ucapnya dengan senyuman.
"Ternyata seperti itu ya rasanya memiliki keluarga lengkap yang saling menyayangi." Batin Elea.
"Aku juga bisa menjadi papa mu El, jangan sungkan kalau minta bantuan ya." Ucap Tito dengan senyuman.
"Iya El, aku juga mama kamu. Kamu jangan memikirkan apapun ya. Kami semua disini sayang sama kamu." Jawab Rena.
"Terima kasih ya Om dan Tante, El banyak sekali merepotkan kalian semua." Jawab Elea.
"Tidak El, kamu jangan bilang itu terus." Jawab mereka berdua.
Elea hanya menunduk, ia sangat sungkan sekali dengan keluarga Vita.
Di kantor polisi, Siti tengah menjalankan sholat lima waktunya.
"Dengan saudara Siti..." Ucap pak Polisi.
Ini visual Elea, menurut kalian gimana gaiss? Thank you yang udah stay yaa... Jangan lupa tinggalkan jejak. 🫶🫶🥰