AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

Ratu melirik ke arah pria yang sedang bersama dengan perempuan di depannya itu. Yang terlihat sedang mengobrol cukup serius, dengan diselingi canda tawa mereka. Seolah tidak memedulikan adanya Ratu dan perasaan Ratu. Padahal pria itu sudah tahu, di meja sebelahnya yang cukup dekat sekali ada Ratu di sana. Namun, Sang Pria itu tetap cuek tidak peduli Ratu terus memandanginya.

“Non?” panggil Andra pada Ratu, tapi Ratu hanya diam, fokus melihat pria dan wanita yang mungkin bisa dibilang mereka itu sepasang kekasih.

Andra terseyum tipis melihat Ratu yang seolah cemburu dengan kedekatan orang yang ada di meja sebelahnya itu. Bahkan Andra tahu saat ini hati Ratu tidak baik-baik saja melihat semua itu. Apalagi dengan cuek pasangan itu menunjukkan sisi keromantisannya di depan Ratu dan dirinya.

Andra yakin, Ratu memiliki hubungan dengan Pria yang ada di meja sebelah itu. Mungkin ini pria yang diceritakan Hans pada dirinya. Pria yang sedang dekat dengan Ratu, dan baru saja memutuskan hubungannya dengan Ratu semalam.

Semalam? Ya semalam, tapi hari ini pria itu sudah menggandeng wanita lain, dan berlaku mesra di depan Ratu. Tidak ada rasa rikuh atau apa pun di depan Ratu, pria itu menunjukkan sisi perhatiannya pada wanita yang ada di depannya itu.

Hans memang menceritakan semuanya pada Andra, apa yang sedang putrinya alami saat ini. Kenapa juga Hans memilih Andra yang mengantarkan Ratu hari ini, dan menyuruh Andra menjadi sopir pribadinya, karena Hans sangat mempercayai Andra. Andra adalah orang yang sangat Hans percayai dari dulu.

“Sudah jangan dilihatin begitu. Ini kamu mau pesan apa, Ratu?” tanya Andra pada Ratu dengan memberanikan diri menyentuh tangan Ratu. Bahkan Andra memanggil Ratu hanya dengan nama saja.

Ratu yang mendapat perlakuan itu pun dia sedikit terjingkat. Tidak disangka Andra lebih peka dengan apa yang sekarang dia rasakan. Ratu mencoba terlihat biasa saja, sentuhan tangan Andra seperti menjadi kekuatan di hati Ratu saat ini.

“Ehm ... ma—maaf,” cicit Ratu yang sedikit malu.

“Pak Hans sudah cerita semua sama saya, jadi Non Ratu tidak usah merasa tidak enak,” jawab Andra.

“Papa cerita sama kamu? Kok bisa?” tanya Ratu.

“Ya bisa, saya kan orang spesial untuk Pak Hans, dari banyaknya orang suruhan Pak Hans yang lain?” jawab Andra dengan pede.

“Masa? Aku kok gak percaya, ya? Atau jangan-jangan sebenarnya kamu buka orang suruhan papa? Kamu seperti ya minim nih relasi bisnis papa,” ucap Ratu.

“Terlalu ketinggian Non ini memujinya. Saya itu hanya orang suruhan Pak Hans, Non. Tapi, Pak Hans selalu mempercayakan apa pun pada saya, masalah apa pun ya sekarang Pak Hans pasti yang memintaku menyelesaikannya. Termasuk masalah Non yang sedang patah hati,” jelas Andra.

“Patah hati, ya? Hatiku masih utuh kok gak patah?” ucap Ratu.

“Iya, hatinya masih utuh, tapi rasanya hancur berkeping kan, Non? Sudah kalau memang belum jodohnya mau bagaimana. Biar saja dia begitu dengan perempuan lain, yang penting Non tidak mulai menyakitinya,” tutur Andra.

“Ceritanya rumit, Ndra. Ya sudah deh biar saja, aku tidak mau mengingatnya lagi. Biar saja mereka begitu,” ucap Ratu sambil melirik ke arah Reyfan.

Iya yang ada di sana adalah Reyfan dengan wanita yang entah siapa dia, Ratu tidak tahu.

“Mungkin lebih baik begini, aku ikhlas, Om Rey. Aku tidak menyalahkanmu seperti itu, memang ini yang terbaik untuk kita ke depannya. Kita tidak bisa bersama, jika kita memaksa untuk bersama, banyak hati yang kita sakiti, aku sadar itu. Tidak apa-apa kamu sakit, Ratu. Itu sudah hal biasa bukan? Nanti juga perlahan akan sembuh?” batin Ratu dalam hatinya dengan menatap lekat Reyfan yang di mana Reyfan pun menatap Ratu.

Tatapan sendu mereka saling bertemu, tapi Ratu mencoba tersenyum di depan Reyfan, dan mengisyaratkan kalau dirinya rela Reyfan mencari penggantinya meskipun itu sangat terbilang singkat Reyfan mendapatkan pengganti.

“Non mau pesan apa? Tuh dari tadi pelayannya menunggu?” tanya Andra.

“Caramel Macchiato,” jawab Ratu.“Mau sama apa lagi?”“Udah itu saja, aku Cuma butuh minuman yang dingin, biar suasananya lebih adem, Ndra,” jawab Ratu.“Baiklah.” Andra pun memanggil pelayan cafe lagi. “Caramel Macchiatonya satu, esspreso satu,” ucap Andra.“Baik, Pak. Tunggu sebentar.”Andra masih memerhatikan Ratu yang sedang bermain ponselnya, sepertinya sedang mengetik pesan untuk seseorang. Tak lama setelah Ratu sudah tidak fokus dengan ponselnya. Reyfan yang sekarang giliran membuka ponselnya, karena merasa ada notifikasi pesan masuk. Andra tahu, pasti mereka saling bertukar pesan. Biar saja, Andra tidak mau mengusik lebih jauh, yang penting Andra sudah tahu masalah intinya Ratu dan Reyfan dari Hans.Reyfan menerima pesan dari Ratu. Dia membacanya sambil melirik Ratu yang kini tatapannya sudah tidak lagi ke arah Hans. Ratu lebih memilih menatap ke arah Andra yang kini dia pun sedang sibuk dengan ponselnya.[Aku ikhlas, Om Rey. Aku ikhlas Om bersanding dengan perempuan lain. Memang ini yang terbaik untuk kita, supaya kita tidak banyak menyakiti orang lain karena hubungan kita. Aku tidak menyalahkan Om jika sudah memiliki wanita lain, tapi memang itu harus, dan itu terbaik. Jangan buat main-main ya, Om? Kalau Om memang serius dengan perempuan yang ada di depan Om.] ~Ratu.Sedewasa itu Ratu menyikapi sakit hatinya yang benar-benar sudah tidak bisa ia tolerir lagi. Kalau Ratu mau, dia akan menangis sejadi-jadinya di depan Reyfan, tapi Ratu lebih memilih menahannya sendiri. Reyfan sendiri pun tidak menyangka Ratu akan menuliskan pesan seperti itu padanya, padahal yang Reyfan bayangkan saat tadi melihat Ratu datang, Ratu akan marah-marah dengannya, tapi ternyata diluar dugaan Reyfan. Ratu lebih tenang, mungkin karena ada seorang pria juga di depannya, meski dia bukan siapa-siapa Ratu. Mungkin saja klien nya.[Iya, terima kasih, Ratu. Om juga mau ratu bahagia meski kita tak bersama lagi. Cari laki-laki yang baik, yang bertanggung jawab pada Ratu. Sekali lagi Om minta maaf. Oh iya kalau Om boleh tahu, itu pria di depan kamu siapa? Apa klien kamu?] ~Reyfan.[Dia sopirku, Om. Sopir dadakan yang tadi disuruh Papa, sopir di rumah sibuk semua, jadi Papa meminta orang papa buat antar aku, dan sekalian buat jadi sopir aku. Gantiin sopir lama yang aku suruh berhenti karena dulu ada Om. Sekarang gak ada Om, aku kalau ke luar kota sama siapa kalau gak sama sopir?] ~Ratu.[Sopir kamu keren, ya? Kayak bukan sopir. Om yakin dia bukan orang biasa, Ratu.] ~Reyfan.[Gak tahu, Om. Biar saja aku tidak mau mempermasalahkannya, yang penting ada orang yang bisa antar aku ke mana saja. Om tahu pekerjaanku seperti apa sibuknya, kan? Ya sudah om, lanjut saja ngobrolnya sama wanita di depan om.] ~Ratu.Ratu kembali menyimpan ponselnya, lalu ia meneguk minuman yang sudah dipesannya. Ratu menatap Andra yang kini masih sibuk dengan ponselnya. Iya, kalau dilihat-lihat memang tidak pantas saja Andra jadi sopir. Pantasnya dia itu pengusaha muda. Tapi, biarlah Ratu tidak mau mengurusi hidup orang, masalahnya sendiri saja begitu rumit, malah mau ditambah mengurusi hidup pria yang ada di depannya itu. Tapi, tetap saja Ratu yakin kalau Andra bukan orang biasa saja, dari awal Ratu sudah curiga dengan gerak gerik Andra.