NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Sugar Daddy

Bukan Sekedar Sugar Daddy

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:763.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Tri Haryani

Dia adalah pria yang sangat tampan, namun hidupnya tak bahagia meski memiliki istri berparas cantik karena sejatinya dia adalah pria miskin yang dianggap menumpang hidup pada keluarga sang istri.

Edwin berjuang keras dan membuktikan bila dirinya bisa menjadi orang kaya hingga diusia pernikahan ke-8 tahun dia berhasil menjadi pengusaha kaya, tapi sayangnya semua itu tak merubah apapun yang terjadi.

Edwin bertemu dengan seorang gadis yang ingin menjual kesuciannya demi membiayai pengobatan sang ibu. Karena kasihan Edwin pun menolongnya.

"Bagaimana saya membalas kebaikan anda, Pak?" Andini.

"Jadilah simpananku." Edwin.

Akankah menjadikan Andini simpanan mampu membuat Edwin berpaling dari sang istri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 33 Ampun, Pak!

Andini pulang kuliah mengendarai motornya sendiri karena Edwin tak menjemputnya seperti semalam. Dia tidak tahu bila sejak tadi Angga mengikutinya. Angga ingin tahu di mana Andini tinggal sehingga dia nekat mengikuti Andini.

Andini langsung memarkirkan motornya di basement setelah tiba diapartement membuat Angga menghentikan motornya didepan apartemen tersebut.

"Jadi, kamu tinggal di apartemen ini, Andini," ucap Angga menatap bangunan apartemen di hadapannya.

Angga teringat pada saat dirinya tidak sengaja bertemu dengan Andini di depan supermarket yang letaknya hanya 100 meter dari apartemen ini ternyata tempat tinggal Andini yang baru tak jauh dari supermarket tersebut.

Angga melepas helm dikepalanya lalu turun dari motor kemudian masuk ke dalam lobi apartemen. Angga mengedarkan pandangannya mencari sosok Andini yang tadi masuk ke dalam basement untuk memarkirkan motornya.

Tak lama Angga melihat sosok Andini yang sedang berjalan menuju lift membuatnya diam-diam mengikuti gadis itu. Andini masuk kedalam lift lalu menekan tombol angka 10 disana. Pintu lift tertutup. Angga menghentikan langkah kakinya didepan lift yang tadi Andini masuki.

Pandangannya menatap pada tanda panah berwarna hijau mengarah ke atas dengan angka yang perlahan berganti. Angka 1 ... 2 ... 3 ... terlewatkan hingga angka tersebut berhenti diangka 10 yang artinya Andini berhenti dilantai 10.

Pintu lift terbuka. Angga masuk ke dalam lift tersebut lalu menekan tombol angka 10. Angga kembali mengikuti Andini karena dia benar-benar ingin tahu di mana Andini tinggal.

Tiba di lantai 10 Angga dibingungkan dengan adanya 12 pintu apartement disana namun dia tidak kehabisan ide. Angga menekan salah satu bel pintu apartemen yang ada di lantai itu dan keluarlah wanita paruh baya dari dalam sana namun beliau tidak mengenal Andini saat Angga menanyakannya.

Angga menekan bel pintu apartemen yang lainnya lagi dan keluarlah seorang pria yang baru bangun tidur tapi sayangnya dia juga tidak mengenal Andini.

"Ini fotonya, Bang, yang mana ya apartement punya dia?" tanya Angga.

"Saya tidak pernah melihatnya," jawab Pria itu.

Angga mengangguk tak lupa juga dia mengatakan maaf karena sudah mengganggunya. Karena tidak memungkinkan dirinya menekan semua bel pintu apartemen yang akan mengganggu penghuninya jadilah dia memutuskan untuk pulang dan akan kembali mengikuti Andini esok hari.

...****************...

"Pak, anda tidak ke sini?"

Pesan terkirim namun Edwin belum membalasnya. Sekarang sudah pukul 17.30 dan Andini yakini Edwin sudah pulang bekerja.

Sepulang dari kuliah Andini memasak untuk makan malam, membereskan rumah dan membersihkan diri. Andini mengenakan dress diatas lutut, dia berdandan cantik dan menyemprotkan parfume ke tubuh dan pakaiannya. Andini sudah seperti seorang istri yang akan menyambut suaminya pulang bekerja.

Andini ingin setiap harinya Edwin selalu mengunjunginya menghabiskan waktu bersama dengannya meski dia tahu Edwin ialah suami orang.

Andini menunggu Edwin sembari rebahan disofa dan memainkan ponselnya. Pesan yang dia kirim pada Edwin belum juga dibaca oleh pria itu.

Tak lama Andini mendengar sandi apartemen ditekan oleh seseorang membuatnya buru-buru menghampiri pintu.

Andini yakin yang datang itu adalah Edwin karena hanya dirinyalah dan Edwin yang tahu sandi apartemen ini. Andini bersembunyi di balik pintu, setelah pintu terbuka dan Edwin masuk barulah dia beraksi.

"Doorrr!!"

Edwin terkejut Andini mengagetkannya saat dirinya baru saja masuk apartement. Tubuhnya bahkan terlonjak karena saking kagetnya.

"An ...." Tegur Edwin pada Andini.

Bukannya merasa bersalah Andini justru tertawa kencang melihat ekspresi wajah Edwin yang terkejut baginya sangat lucu.

Edwin menjatuhkan pelan tas kerjanya dilantai. Dia lalu menarik Andini dan menggelitiki perutnya.

"Pak, geli ...."

Andini berhasil lepas dari Edwin, dia berlari menghindari Edwin yang masih ingin menggelitikinya. Edwin tak mau kalah dia mengejar Andini yang menghindarinya, berusaha menangkapnya dan menggelitiki gadis itu. Andini masuk ke dalam kamar dia hendak menutup pintu tapi Edwin lebih dulu masuk.

"Pak ...."

Edwin berhasil menangkap Andini, dia kembali menggelitiki perut dan pinggang gadis itu. Andini kegelian dia tertawa dan memberontak namun Edwin terus menggelitikinya.

Tubuh keduanya jatuh ke ranjang, Edwin lekas mendudukkan tubuhnya dan kembali menggelitiki Andini.

"Hayo ampun tidak?" tanya Edwin dengan tangan menggelitiki pinggang, perut dan ketiak Andini sementara kedua tangan gadis itu dia pegangi menggunakan tangannya yang lain.

"Haha ... tidak!"

"Masih mau ngagetin saya lagi?"

"Masih!"

"An ...."

"Hahaha ... Pak ... geli ...."

"Makanya ampun tidak?"

"Iya iya, ampun, Pak!"

Edwin menghentikan tangannya yang tadi menggelitiki Andini, melepaskan tangan yang tadi memegangi tangan gadis itu. Edwin mengusap sudut mata Andini yang berair karena terlalu banyak tertawa.

"Wajah terkejut anda lucu sekali tadi, Pak," ucap Andini setelah tawanya mereda.

Edwin tersenyum menatap Andini yang masih terlentang diranjang, dress yang dikenakan Andini tersingkap memperlihatkan paha putih mulus gadis itu hingga cellana dallam yang dikenakannya. Edwin membenahi dress Andini agar menutupi paha gadis itu dan sesuatu yang tak sengaja dia lihat.

Andini tersadar bila dirinya tengah memakai dress pendek, dia hendak bangun dari ranjang namun Edwin menahannya. Edwin ikut merebahkan tubuhnya disebelah Andini lalu memeluk gadis itu menariknya mendekat pada tubuhnya.

Hembusan nafas Edwin menerpa leher Andini membuat bulu kuduk gadis itu meremang dengan tubuh berdesir hebat. Andini memejamkan mata merasakan sesuatu yang berbeda di tubuhnya. Andini melepaskan tangan Edwin yang memeluknya lalu membalikkan tubuh menghadap pria itu.

Edwin sedang memejamkan matanya dia juga tengah merasakan tubuhnya yang selalu berdesir saat bersama Andini namun dia selalu menahannya agar tidak melewati batas.

Tanpa Edwin duga Andini mencium bibirnya lebih dulu membuat Edwin membuka mata, lalu membalas ciuman yang Andini berikan. Bibir mereka saling berpagut, bertukar saliva satu sama lain.

Tangan Edwin bergerak mengelus paha Andini yang tadi dia lihat. Mengusapnya naik turun merasakan halusnya kulit paha Andini ditelapak tangannya.

Andini merasakan tangan Edwin semakin liar menjelajah tubuhnya. Edwin menyingkap dress yang Andini kenakan, meremas bokkong Andini yang kencang terus menggerayanginya hingga Andini tak tahan mengeluarkan desahannya.

Andini melepas pagutan bibir mereka.

"Maaf, Pak, saya mencium Anda tanpa izin."

"Tak apa, An, saya menyukainya."

Tangan Edwin masih berada didalam dress Andini, meremas gunung kembar gadis itu, melintir puncaknya dan kembali meremas.

Edwin tersenyum melihat Andini menggigit bibir bawahnya. Dia tahu gadis di hadapannya itu tengah menahan desahannya agar tak lolos keluar dari mulutnya.

"Pak ... tangan anda ...."

"Kenapa dengan tangan saya?" tanya Edwin sengaja menggoda Andini.

"Tangan anda didada saya," ucap Andini.

"Ah, benarkah? Saya tidah sadar melakukannya."

Edwin menarik kembali tangannya yang tadi meremas dada Andini.

"Maaf," katanya.

"Tidak apa-apa, Pak," ucap Andini.

"Tapi saya apa-apa, An."

Andini mengernyit tak paham dengan perkataan Edwin hingga tangannya diarahkan Edwin menyentuh sesuatu yang sudah menegang dibalik celana pria itu.

"Pak ...."

"Kamu yang sudah membangunkannya, An. Jadi ... tanggung jawablah."

1
Swinarni Ryadi
laki2 yg sdh diberikan banyak kenikmatan tp ternyata msh egois, serakah
Anita Nita
lebih naik nikah sirih aja dari pada seperti itu thoor
Anita Nita
edwin nikah sirih aja sama andini...
Swinarni Ryadi
contoh orang tua yang tidak baik, hrsnya klu anak bahagia orang tua ikut bahagia, dan mengajar kan untuk berbakti pd suami dl br orang tua klu sdh bersuami
Dwiyar Ryan
Luar biasa
Reni Fitria Mai
Saya juga setuju dengan perkataan arif, Edwin hanya mencari kenyamanan kepada Andini karena tidak mendapatkan pada Mona, Dia mendapatkan Cinta sejati pada mona, sedangkan kenyamanan pada Andini
Rafly Rafly
Lumayan
Hendra Hermawan
Buruk
Hendra Hermawan
Biasa
Swinarni Ryadi
banyak banget duitnya pak Edwin ya
Swinarni Ryadi
ada ya orang tua yg jahat
Hendra Yustikarini
Luar biasa
Hendra Yustikarini
Kecewa
r i t a
Luar biasa
Greenenly
A+
Greenenly
bagus itu biar Edwin dan istrinya bercerai
Greenenly
kapan dia akan sadar dan mengerti..?
Greenenly
ingin dimengerti tapi tak mau mengerti
Greenenly
klo liat dr bab sebelumnya.. Louis tak akan sperti itu jika mona tdk membangkang... dasar mona nya aja yg egois mungkin karena didikan ortu dan karena ank tunggal
Greenenly
Menjengkelkan sekali.. kek taik kau.. sama aja ngk ada tegas2nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!