Kalista langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Julio, kakak dari sahabatnya yang merupakan seorang CEO muda. Selain memiliki ketampanan dan kerupawanan, Julio juga memiliki karakter yang sangat baik, penyayang dan tidak suka memandang rendah seseorang. Kalista jatuh hati padanya, terutama pada ketampanannya, maka bagaimanapun jalan yang harus ditempuh, Kalista akan mengejar Julio.
Ketampanan dia tidak boleh disia-siakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candradimuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
You Can Do Anything With Money
"Papa, aku mau nanya."
Rahadyan yang tadinya sibuk membaca berita internasional di tabletnya seketika berpaling, memberi perhatian pada Kalista. "Apa, Baby?"
"Papa bakal apa kalo diancem orang?"
Rahadyan langsung tersentak dan melotot. "Siapa yang ngancem kamu? Bilang aja namanya, malem ini juga dia rata tanah!"
Memang tidak bisa kalau bicara dengan Rahadyan tanpa drama. Kalista memutar matanya sebal, melempar kacang polong di mangkuknya kepada Rahadyan, tapi malah ditangkap ke mulut.
"Stike!" seru Rahadyan senang. "Emang pinter sayangnya Papa ngelempar. Kalo ada orang jahat ke kamu, lempar kayak gitu, tapi pastiin ke matanya."
Kalista menatap datar. Sebuah isyarat bagi Rahadyan buat serius.
"Oke, maaf." Rahadyan berdeham. "Siapa yang ngancem kamu? Papa serius soal itu."
"Aku cuma nanya."
"Sayang, kamu enggak nanya kalo enggak ada apa-apa."
Kalista berdecak. "Aku nonton film terus di sana pemeran utama ceweknya diancem orang jahat dan diselametin sama pemeran utama cowok."
Wajah Rahadyan seketika lega. Tapi kemudian dia menghujat. "Halah, bullshiit. Kamu jangan percaya sama film, Sayang. Satu-satunya superhero yang bakal nyelametin kamu itu Papa."
"Kalo Papa enggak jawab serius, aku enggak bakal ngomong sama Papa sampe aku enggak marah lagi. Entah kapan."
Rahadyan seketika kicep.
"Alright, soal diancem? Kalo Papa diancem ... hmmm, Papa ancem balik?"
"Tapi kan kalo di film tokoh utamanya enggak bisa ngelawan balik. Kalo dia ngelawan balik nanti dia kenapa-napa."
"Rumit yah masalah film kamu. Enggak penting banget." Rahadyan mengerutkan kening dan berpikir serius. "Yah, tergantung keadaan. Negosiasi itu penting, terutama. Sama ... jangan terlalu nunjukin kalo kamu takut."
"Kalo yang diancemin misalnya nyawa, kan mau enggak mau dia takut?"
"Ini masalah psikologi, Sayang. Kecuali kamu ngelawan orang gila beneran, baru enggak bisa. Tapi kalo lawan kamu masih waras, jalan negosiasi kebuka, di sana psikologi main."
Lalu Rahadyan melanjutkan, "Misal dia ngancem bakal ngambil lamborghini kamu kalo enggak dia bakal nyakitin kamu. Tunjukin kalo kamu enggak takut sama kekerasan yang bikin dia ngerasa poin yang dia pegang enggak terlalu berharga."
Kalista mengerutkan kening diam-diam. Astrid orang gila tapi dia juga orang waras. Berarti dia bisa diajak bernegosiasi. Masalahnya bahan negosiasi Kalista apa?
"Karena kamu nanya, sekalian Papa ajarin." Rahadyan menjadi semangat. "Gini, Sayang, kalo ada orang ngancem kamu di dunia nyata, tentang apa pun itu dan kamu pengen ngelawan balik, paling pertama cari kelemahan dia. Dia ngancem kamu karena dia punya kelemahan kamu, berarti kamu juga harus punya kelemahan dia."
Kelemahan Astrid yah .... Apa? Sergio, mungkin? Tidak, Sergio saja takut pada Astrid jadi bukan dia.
"Kalo dia keliatan enggak punya kelemahan, gimana?"
"Na, impossible." Rahadyan menggeleng. "Justru makin hebat lawan kamu, makin besar kelemahannya. Bedanya dia nunjukin seakan-akan dia enggak punya. Itu cara pinter bikin orang enggak berani ngelawan kamu. Kamu juga harus kayak gitu. Terutama sama cowok."
Kelemahan, yah? Kalau begitu ....
"Cara nyari kelemahan orang yang keliatan enggak punya gimana?"
Rahadyan tersenyum misterius. "Uang," jawabnya setengah berbisik.
"You literally can do aaaaanything with money, Sweetheart, anything you need to win or happy." [Kamu bisa ngapain aja sama uang, Sayang. Apa aja buat menang atau bahagia.]
Jelas saja Rahadyan mengatakan itu agar anaknya menjadi semakin pintar dan semakin kuat dalam bertindak kedepan. Rahadyan takut jika nanti benar-benar dia diancam, jadi dia harus memanfaatkan aspek paling berguna di tangannya yaitu uang.
Tapi Rahadyan tidak sadar bahwa anaknya ... mendapat ide gila. Perkataan Rahadyan itu memberi Kalista sebuah ide untuk menang dari Astrid, setidaknya mengenai foto tersebut.
Uang, yah? Kalista terkekeh. Kalo itu sih sambil bobo juga ada.
Esok harinya, Kalista minta izin pergi subuh-subuh ke kantor karena mau nge-gym, tapi lamborghini pink itu berhenti di hadapan sebuah gerbang raksasa dengan simbol mawar terpampang jelas di depannya.
Narendra. Tempat di mana Rahadyan dulu membuang uangnya miliaran cuma demi memberikan babysitter ganteng untuk Kalista.
Sepertinya tempat ini cocok untuk mencari kelemahan Astrid.
*
*
*
Kalista turun dari mobilnya dan mendekati gerbang. Karena di sana terdapat sebuah alat yang nampaknya adalah bel, Kalista mau menekannya tapi dihentikan oleh sebuah suara.
"Kamu akan mati tersetrum karena tegangan listrik 5.000 volt jika menyentuh itu."
Kalista langsung menarik tangannya, menyembunyikan itu di belakang. Hampir saja dirinya bunuh diri. Kepalanya menoleh ke samping, pada seorang pemuda tampan yang mempesona, mengingatkan Kalista pada Agas.
"Hai, Kak." Kalista menyengir. "Aku mau ketemu Pak Narendra. Ada urusan bisnis. Boleh bukain gerbangnya, enggak?"
"Bisnis? Aku meragukan itu, Nona Kecil." Pria itu mendekat, mengamati Kalista lekat-lekat. "Aku mengawasi semua orang yang berencana masuk ke Kastel ini dan wajahmu tidak termasuk dalam list tamu hari ini."
Ya, tentu saja mereka seketat ini mengingat mereka sangat kaya. Kalista bahkan belum melihat kediaman Narendra dari gerbang yang menunjukkan seluas apa tanah di dalam.
"Aku Kalista," ucap Kalista memperkenalkan diri. "Anaknya Pak Rahadyan, cucunya Pak Sutomo."
"Aku juga tidak mendengar nama-nama itu sebagai tamu hari ini, Nona."
Dia bicara seperti Agas! Dia mungkin mengenal Agas!
"Aku pernah nyewa pengawal Narendra tiga tahun lalu, namanya Kak Agas. Plis, biarin aku ketemu mereka, Kak. Aku beneran ada urusan bisnis."
"Agas?" Pria itu mengangkat alis. "Maksudmu Agas pengawal Nona Patricia?"
"Eh? Bukannya Lissa?" Kalista mengerjap. "Kak Agas katanya pengawal Lissa Makaria, udah ganti, yah?"
Pria itu tersenyum. "Memang tidak ada manusia bernama Patricia di tempat ini tapi selamat, kamu setidaknya lulus."
Menyebalkan juga orang ini. Memang dia kira Kalista bawa lamborghini buat mengebom mereka?
"Terakhir kali orang sepertimu datang, mereka meledakkan dua sisi tembok." Pria itu bicara sambil memunggungi Kalista. "Tapi waktu itu dia gadis bermobil Ferarri."
Baiklah, mau tak mau Kalista harus mengerti, kalau begitu.
"Identitasmu, Nona?"
Kalista cemberut seraya menyerahkan tasnya sekalian. "Nih, periksa. Cuma ada lipgloss, HP sama—"
"Terima kasih, ini disita sementara." Dia menyambar tas Kalista.
"What?!"
"Kamu orang baru? Kamu bilang pernah menyewa pengawal jadi seharusnya tahu masuk ke kediaman ini tidak boleh dengan ponsel atau alat komunikasi apa pun. Presiden juga melewati prosedur sama, kalau kamu ingin tahu."
Kalista cengo mendengarnya tapi ia lebih cengo ketika pria itu meraih wajahnya, melakukan scanning dengan sebuah alat seolah-olah Kalista memakai kulit palsu, mata palsu dan semuanya palsu.
Kayaknya Kalista mulai paham kenapa Agas dulu dihargai satu miliar sebulan.
"Kamu datang tanpa sepengetahuan orang tuamu?"
"Good God! Gue bukan anak kecil!" teriak Kalista frustrasi.
Dirinya ke sini mau mengambil tindakan balasan, bukan diintrogasi!
*
aaaahhhh sedihnya akuu
knpa harus yg terakhir ini😥😥😪😪
gmna nanti klanjutannya
ganas juga julio kalau dikasurrrr ya
biar uppp😊😃😁😂
plissssss up lagiiii
gmna reaksi sergiooooo😭😭😭😢