Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Masuk kedalam mobilnya tangis Yudha pecah.
Yudha menenggelamkan wajahnya di atas setir kemudi. "Bodoh kau Yudha!" kakinya diiringi dengan derai air mata yang mengalir.
Untuk semua makian, untuk semua prasangka, untuk semua tingkah buruknya, terlebih untuk kesalahan fatalnya telah menganggap Mylea hadir karena kesalahan. Sumpah, Yudha betul-betul menyesal.
Yudha tergugu, akhirnya dia menyesali semua yang telah terjadi setelah memutuskan bercerai dengan Nilam. Tapi di saat sekarang, apa masih ada gunanya? Bukankah semua sudah terlanjur hancur lebur?
"Sumpah, aku benci diriku sendiri!" Raung Yudha di dalam mobilnya yang berkaca gelap.
Malam itu Yudha kacau.
Dengan kecepatan tinggi ia mengendarai mobilnya dan menuju sebuah club' malam.
Ketenangan.
Itu yang Yudha inginkan, tapi dia lupa alkohol bukan menyelesaikan masalah. Tapi sejak dulu dia hanya akan lari pada minuman ketika merasa tidak sanggup berpikir.
Sementara Nilam dan Alfaaro beserta Mylea tengah menikmati kebersamaan mereka.
Tapi setelah waktu cukup larut Alfaaro izin pulang.
Bukan tidak ingin menemani Nilam, tapi dia sadar mereka belum pantas untuk tidur dalam satu ruangan yang sama. Meski ada Mylea tetap berduaan menurutnya.
Sadar imannya tidak terlalu kuat, Alfaaro permisi pulang, sebelumnya dia sudah meminta Nilam untuk menghubungi Lisa.
Dari pola pikir dan cara bersikap saja antara Alfaaro dan Yudha sangat berbeda.
Semakin hari Nilam semakin memiliki keyakinan pada pria itu.
Mungkin belum ada cinta, tapi setidaknya dia mulai ada keinginan membuka diri.
Alfaaro termenung dalam pikirannya sendiri ketika duduk dibalik kemudinya. Saat ini Alfaaro sedang mengemudikan mobilnya di jalanan yang sedikit lenggang.
Suasana kota Jakarta terlihat ramai lancar. Banyak pengendara yang saat ini melintas.
Jam menunjukkan pukul 20.42. Alfaaro menuju kediaman ayahnya setelah mengirimkan pesan singkat pada Lyga.
Mobil tiba didepan pintu pagar rumah ayahnya yang berada di kawasan perumahan elit tengah kota.
Seorang penjaga gerbang segera menarik besi pembatas begitu mendengar suara klakson yang Alfaaro bunyikan.
Alfaaro mulai memasuki halaman rumah dan segera keluar dari mobilnya setelah mematikan mesinnya. Alfaaro terseyum saat Pak Dirman menyambut kedatangannya.
"Assalamualaikum Mas Aro, apa kabar?" sapa ramah tamah yang kerap kali menang selalu menyambutnya.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik Pak Dirman. Hanya masih jomblo saja!" jawab Alfaaro disertai gurauan.
"Terlalu banyak yang ngantri itu, Mas, sampai bingung pilih."
Keduanya terkekeh kemudian.
Alfaaro menyentuh pundak Pak Dirman yang sudah ia anggap keluarga sejak dulu. "Kalau begitu saya masuk dulu ya Pak."
"Iya Mas silahkan."
Alfaaro melangkahkan kakinya memasuki rumah yang menjadi saksi ia tumbuh kembang dan begitu tiba di depan pintu rumahnya, pintu terbuka dari dalam.
Dia Lyga, Kakak Alfaaro yang sudah menyambut kedatangan adiknya dengan senyuman menggoda.
"Cieee..yang abis melepas rindu sama ayang beb." goda Lyga yang dihiraukan oleh Alfaaro.
"Language, Ky!" tegur Alfaaro.
"Apa yang salah? Kan bener yang ku omongin."
Alfaaro melirik kakaknya jengah.
"Noh, udah di tungguin Ayah. Kata ayah kalau memang serius cepat di resmikan, jangan kelamaan. Dosa!"
Alfaaro membiarkan si cerewet jalan duluan sementara dirinya mengekor dibelakang Lyga.
Di sana masih ada tuan Udgam yang tengah menikmati minuman.
"Assalamualaikum, Ayah." sapa Alfaaro begitu ikut duduk di samping ayahnya.
"Waalaikumsalam, kamu di tunggu Nenek."
"Ada Nenek?"
"Tentu harus ada, bukankah kamu ingin membahas masalah serius?" Lyga menyerobot.
Alfaaro terdiam.
Jika itu ayahnya mungkin bisa saja menerima kabar yang ia bawakan, tapi Neneknya? Alfaaro kurang yakin.
"Keputusan tetap ada di tanganmu Aro, Soal hidupmu itu adalah pilihanmu, apapun yang membuatmu bahagia pasti Ayah dukung."
Selalu sebaik itu ayahnya. Dan itu mampu membuat Alfaaro terharu.
Seumur hidupnya belum pernah sekalipun Udgam marah atau bahkan membedakan kasih sayang antara Lyga dan dirinya meskipun Lyga adalah putri kandung pria itu.
"Terimakasih Ayah, tapi sebelum aku bicara sama Nenek, aku ingin ke makam Papa dan Mama besok."
Udgam terseyum teduh. Memberi dukungan untuk Alfaaro.
******
Lisa dan Nilam baru akan beristirahat ketika ponsel Nilam berdering.
"Mau apa mantan mu nelpon?"
Pertanyaan Lisa membuat mata Nilam kembali terbuka. Dia ingat Yudha keluar dari kamar tadi dalam keadaan kesal, Nilam hanya berpikir waspada saja, untuk itu dia segera menerima panggilan.
"Halo,"
Setelah mengakhiri panggilan teleponnya Nilam melihat jam.
Yang menghubunginya adalah seorang bartender yang mengabarkan jika pemilik ponsel ini sudah tak sadarkan diri karena terlalu mabuk.
Pak Kadik.
Itu yang ingin Nilam hubungi untuk bisa menjemput Yudha. Tapi Nilam ragu akan dibawa kemana nantinya.
Kerumah pria itu?
Nilam tidak tahu alamatnya.
Kerumah Maulida?
Itu tidak bisa Nilam lakukan karena akan membuat wanita itu sedih nantinya.
Dasar Yudha bodoh.
Mengapa dia tidak pernah berubah?
"Ada apa sih, Lam?" tanya Lisa pada Nilam yang tampak berpikir.
"Yudha mabuk dan tak sadarkan diri di club'."
"La terus?"
"Aku harus menjemputnya."
"Untuk apa?"
"Lis, bagaimanapun Yudha ayah anakku, aku tidak ingin nama lelaki itu buruk."
Ya, tapi masalahnya ini sudah malam.
"Jadi bagaimana?"
"Aku akan meminta pada Pak Kadik untuk menjemputnya, tapi aku bingung akan ku bawa kemana dia nanti."
Tidak mungkin jika dibawa ke rumah sakit.
"Gelindingkan ke sungai aja gimana?"
Nilam menghela napas panjang mendengar saran tak masuk akal sahabatnya, sementara Lisa justru terkekeh.
"Aku serius Lisa."
"Bawa ke apartemen kalian dulu." ide Lisa.
"Memang masih ada?" tanya Nilam.
"Loh kok malah tanya aku? Meneketehe atu Nilam."
Nilam tampak berpikir, jikapun apartemen mereka masih ada sampai sekarang? Apakah Yudha belum menjualnya? Jikapun belum, apa Yudha tidak mengganti kata sandinya?
******
Klik.
Nilam hampir tak percaya ketika sandi yang ia masukkan berhasil.
Nilam meminta Pak Kadik dan anaknya untuk membawa masuk Yudha.
Sejenak Nilam memperhatikan apartemen yang ia masuki. Semua masih sama, tata letak barang dan segala perabotannya masih sama seperti delapan tahun lalu ketika dia menjadi penghuninya.
Apa Yudha sengaja menjaga apartemen mereka?
Satu yang membuat Nilam tambah terpaku adalah sebuah Poto pengantin yang berukuran 5R di atas rak sepatu.
Itu potret mereka.
Berarti Yudha sengaja membiarkan apartemen ini tetap pada kondisi ketika terakhir kali ia pergi.
Tapi untuk apa?
Bukankah jika dijual akan lebih bermanfaat, ketimbang dibiarkan kosong seperti ini?
Tapi semua terawat dengan baik, semuanya bersih.
Aneh.
*****
Pernikahan empat tahun yang baru saja dirajut oleh Ruliana bersama Yudha mendadak goyah sebab kehadiran seorang anak perempuan yang diakui anak dari sang suami.
Mylea hadir tujuh tahun yang lalu melalui seorang wanita yang pernah menjadi istri sesaat Yudha.
Yudha yang memang sudah menginginkan seorang anak terlihat sangat senang mendapatkan fakta tersebut, bahkan kerap menghabiskan waktu untuk mereka.
Lalu, bagaimana dengan perasaan Ruliana yang remuk redam ketika mendengar fakta mengejutkan ini?
Di tambah tekanan mental karena belum diterima sepenuhnya menjadi menantu, dirinya tak kunjung hamil dan harus membagi waktu sang suami dengan anaknya itu.
Ruliana tak siap.
Dia sakit, dan tidak rela ada yang mengambil waktu Yudha.
Baginya Yudha adalah miliknya seorang, semua yang ada pada Yudha adalah hak nya. Ia tidak mau membaginya dengan orang lain.
#####
I love you all reader.
Author selalu berusaha update tiap hari, tapi karena review nya terganggu jadi maaf jika update nya kadang ngadat ya.
happy reading ❤️
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha