NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:870
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasutan kakak

    Mentari telah lama berganti menjadi rembulan, menerangi jalanan kota yang ramai. Aisyah dan Caca berjalan kaki di pinggir kota, perut mereka keroncongan. Mereka belum memiliki stok makanan sama sekali, dan dompet mereka pun tipis. Udara malam yang sejuk terasa berbeda dengan udara desa mereka. Suara kendaraan berlalu-lalang, lampu-lampu neon yang menyilaukan, dan hiruk pikuk kota menciptakan suasana yang asing namun menarik bagi Aisyah.

"Ca, aku lapar banget. Tapi, di kota ini kayaknya semua mahal, ya kan?" keluh Aisyah, matanya menatap deretan warung makan yang terlihat mewah.

Caca mengangguk. "Iya, nih. Mungkin kita cuma bisa makan nasi goreng pinggir jalan aja, deh. Lebih murah."

Mereka akhirnya menemukan sebuah warung nasi goreng sederhana di pinggir jalan. Aroma nasi goreng yang harum membuat perut mereka semakin lapar. Mereka duduk di kursi plastik sederhana, mengamati menu yang terpampang di sebuah papan kecil.

    "Eh, Ca, lihat harganya!" bisik Aisyah, matanya membulat. "Lima belas ribu! Mahal banget astaga! Di desa, cuma delapan ribu doang!"

Caca mengangguk setuju. "Iya, ya. Tapi, mau gimana lagi? Kita udah lapar banget. Besok-besok kita masak sendiri aja, ya? Beli bahan makanan di pasar tradisional."

    Mereka memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas es teh manis. Sambil menunggu pesanan datang, mereka mengobrol, berbagi cerita tentang pengalaman mereka di kota besar ini.

"Eh eh sya, kamu lihat itu!" Caca tiba-tiba menunjuk ke arah seorang pengamen banci yang sedang bernyanyi dan berjoget di dekat mereka. Pengamen itu mengenakan pakaian yang mencolok dan riasan wajah yang tebal. Gerakan jogetnya lincah dan enerjik, membuat beberapa orang yang lewat berhenti untuk menonton. Di sela-sela jogetnya, ia menyanyikan pantun

    "Budak ciamis kuliah di palembang

   kalo punyo anak gadis jodohkan samo abangggg asekk"

Caca tertawa terbahak-bahak. Aisyah awalnya merasa sedikit syok melihat penampilan pengamen itu, tetapi ia juga merasa terhibur. Caca, tanpa ragu-ragu, ikut berjoget bersama pengamen itu. Ia tertawa lepas, dan bahkan memberikan uang dua ribu rupiah kepada pengamen tersebut. Pengamen itu pun kembali berpantun

   "Beli rambutan, sambil membawa telor

  muka kayak setan, tapi jadi pelakorrrr asekk"

"Ihh Ca, kamu… kamu kok ikutan joget, sih?" tanya Aisyah, sambil menahan tawa. Ia merasa geli melihat kelakuan sahabatnya yang begitu lepas dan ceria.

Caca berhenti berjoget, wajahnya memerah. "Ya ampun, Aisyah! Seru banget, lho! Lagunya asyik, jogetnya juga gokil. Udah lama banget aku nggak ngerasain seneng kayak gini."

"Tapi, Ca, kamu nggak malu, ya? Dia kan… " Aisyah masih ragu-ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.

     Caca tertawa. "Malu? Buat apa malu? Aku kan pake baju. Lagian, dia juga menghibur kita, kan? Kita harus menghargai usaha orang lain."

Aisyah tersenyum. Ia menyadari bahwa sahabatnya benar. Di kota ini, ia harus lebih terbuka dan berani untuk menikmati segala hal yang ada, termasuk hal-hal yang mungkin dianggap tabu di desanya. Ia juga harus lebih berani untuk beradaptasi dan menerima perbedaan. Ia dan Caca saling berpandangan, lalu tertawa bersama, menunggu pesanan nasi goreng mereka datang. Aroma nasi goreng yang semakin menyengat membuat mereka semakin lapar dan bersemangat untuk menikmati makan malam pertama mereka di kota.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam apartemen, Alya sudah mengenakan dress pendek berwarna merah menyala yang memperlihatkan sebagian besar pahanya. Make up tebal di wajahnya membuatnya merasa aneh dan tidak nyaman, namun ia hanya menurut saja pada perintah Luna. Ia memperhatikan kakaknya yang juga berpakaian seksi sebuah mini dress hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya namun terlihat begitu santai dan percaya diri. Alya merasa gugup dan sedikit takut.

"Kak, kita mau ke mana, sih?" tanya Alya, suaranya bergetar. "Aku nggak mau ya kalo ke tempat yang aneh-aneh."

Luna melirik Alya sekilas sambil merapikan rambutnya di depan cermin. "Sabar, Alya. Nanti juga kamu tau. Ini demi kebaikan kita berdua."

Alya menggigit bibirnya. Ia merasa ada yang tidak beres. Perasaan tidak nyaman semakin menguat. Ia ingin menolak, namun ia takut membuat kakaknya marah.

Mereka turun ke lobi apartemen. Sebuah mobil sedan hitam mewah sudah menunggu di sana. Luna langsung berjalan menuju mobil itu, membuka pintu, dan masuk ke dalam. Alya terpaku di tempat, bingung dan takut. Mobil siapa ini? Mau dibawa ke mana?

"Alya! Ayo, masuk!" seru Luna dari dalam mobil. "Ini cuma taksi online, kok. Jangan banyak tanya!"

Alya masih ragu-ragu, namun akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Luna. Mobil itu melaju dengan cepat, meninggalkan kompleks apartemen. Alya semakin cemas.

Sesampainya di depan sebuah club malam besar dan mewah, Alya tercengang. Bangunan megah dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip itu terlihat sangat berbeda dari apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Musik keras terdengar dari dalam club, bercampur dengan suara riuh orang-orang yang sedang berpesta.

"Kak… ini… ini tempat apa?" tanya Alya, suaranya hampir tak terdengar di tengah suara bising dari luar. "Aku nggak mau ke sini!"

Luna tersenyum sinis. "Ini tempat kerja kita, Alya. Jangan pura-pura polos, deh. Di sini, kamu bisa cepat kaya. Bayangkan, Alya, kamu bisa punya iPhone terbaru, baju-baju branded, tas-tas mahal… semua yang kamu inginkan!"

Luna mulai mendoktrin Alya dengan gambaran kemewahan. Ia menggambarkan betapa mudahnya mendapatkan uang di tempat itu, betapa cepatnya ia bisa mendapatkan semua barang-barang mewah yang selama ini hanya ia impikan. Ia membayangkan Alya mengenakan gaun-gaun indah, membawa tas-tas branded, dan menggunakan ponsel tercanggih.

Alya terdiam, pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan barang-barang mewah yang disebutkan Luna. Ia membayangkan dirinya berbelanja di mall-mall besar, mengenakan pakaian-pakaian cantik, dan menjadi pusat perhatian. Keinginan untuk mendapatkan semua itu mengalahkan rasa takut dan keraguannya. Ia mulai terbujuk oleh rayuan Luna.

"Beneran, Kak? Aku bisa mendapatkan semua itu?" tanya Alya, suaranya terdengar penuh harap.

Luna mengangguk mantap. "Tentu saja. Asal kamu mau bekerja keras di sini. Sekarang, ayo masuk. Kita mulai dari sekarang juga."

Dengan hati yang bercampur antara rasa takut dan keinginan, Alya mengikuti Luna masuk ke dalam club malam yang megah itu. Ia berharap, apa yang dijanjikan Luna akan menjadi kenyataan. Ia berharap, ia bisa mendapatkan semua kemewahan yang selama ini hanya ia impikan. Namun, ia juga tidak menyadari bahaya yang mengintainya di balik gemerlap dunia malam itu.

Luna menatap Alya, senyumnya kini lebih tajam dan penuh perhitungan. "Alya, dengar baik-baik. Ada cara yang lebih cepat untuk mendapatkan uang banyak. Cara yang bisa langsung membuatmu kaya raya."

Alya mengerutkan kening, jantungnya berdebar kencang. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

"Cara apa, Kak?" tanya Alya, suaranya gemetar.

Luna berbisik, suaranya menggoda namun juga menakutkan. "Kamu bisa menjual kesuc14nmu.Dengan harga Lima puluh juta. Bayangkan, Alya, lima puluh juta! Kamu bisa langsung mendapatkan semua yang kamu inginkan."

*Deghh*

Alya terbelalak. Lima puluh juta? Jumlah uang itu begitu besar, melebihi apa pun yang pernah ia bayangkan. Ia tercengang, pikirannya kalut. Apakah ia harus merelakan kesuc1annya demi uang sebanyak itu? Ia tergiur, namun di saat bersamaan, rasa takut dan jijik memenuhi hatinya.

Melihat keraguan Alya, Luna mencoba menenangkannya. "Awalnya, aku juga ragu. Aku juga takut. Tapi, setelah merasakan uang sebanyak itu, semuanya terasa berbeda, Alya. Semua rasa takut dan ragu akan hilang. Percayalah padaku."

Alya masih terdiam, pikirannya kacau. Ia bertanya dengan suara lirih, "Kak Luna… apakah… apakah Kakak juga pernah melakukannya?"

Luna tersenyum santai, seolah-olah itu adalah hal yang biasa. "Tentu saja. Aku sudah melakukan ini sejak aku keluar dari desa. Ini adalah cara tercepat untuk mendapatkan uang banyak di kota ini. Dan percayalah, ini jauh lebih mudah daripada bekerja keras seperti yang kita rencanakan sebelumnya."

***Jangan ditiru ya guys⚠️ Cerita ini di buat biar kalian bisa belajar kalo mau hidup enak jangan cari jalan pintas yang haram, karna pasti uang nya bakal cepet habis dan malah menambah dosa***

Jangan Lupa like dan ikuti ya guys❤

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!