Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Aku membaca materi-materi tersebut satu persatu dengan berulang agar bisa mengingat nya besok.
"Aku berharap semoga apa yang kubaca malam ini keluar di soal ujian nanti."
Bi Atum membawa segelas susu karena sebelumnya aku meminta bi Atum buatkan.
"Ini non, susu panasnya."
"Iya makasih bi, taruh saja di atas meja. Nanti aku akan minum."
"Nona serius sekali?"
"Iya bi, besok ada ujian. Makanya aku menyuruh bibi buatkan ku susu, biar malam ini aku semakin semangat belajarnya."
"Berarti nona, sebentar lagi mau naik ke kelas dua dong?"
"Iya bi, doakan Semoga ujian besok berjalan dengan lancar."
"Iya non, bibi akan selalu mendoakan nona."
Bibi Atum sudah seperti ibu kedua bagiku, karena dari kecil dia selalu menemaniku bermain dan membantu ku dalam pelajaran. Bibi memang tidak pernah sekolah, bahkan untuk mengenal huruf saja yang bagiku gampang bibi tidak bisa. Tapi kalau urusan hitung-menghitung bibi juara satunya. Sewaktu aku SD dulu, aku sering meminta bantuan bibi untuk urusan matematika.
"Kalau gitu bibi turun dulu non, masih ada pekerjaan di bawah. Yang semangat belajarnya."
"Iya bi, makasih."
Aku kembali fokus pada bacaan ku.
Kini aku duduk dengan tenang di kursiku. Semua anak juga kelihatan tegang saat pak guru membagikan lembaran soal ujian bahasa IndonesiaIndonesia. Aku bisa mendengar suara seseorang dari belakang ku berbisik kepada yang lainnya meminta bantuan.
"Baca dulu dengan seksama, jika kalian yakin dengan jawaban nya baru diisi. Kalian mendapatkan soalnya masing-masing, jadi saya harap tidak ada suara yang terdengar. Jangan ada yang menyontek, sampai saya dapat ada yang menyontek kalian akan saya laporkan ke kepala sekolah." Kata pak pengawas dengan tegas.
"Kalian paham?"
"Paham pak." Jawab semua siswa di kelas tersebut dengan serentak.
"Sekarang kalian bisa mulai!" Pak guru pengawas kembali ke tempat duduknya.
Anak-anak mulai sibuk membaca soal masing-masing. Leo juga semakin serius dalam mengikuti ujian. Setelah bersama dengan kami dia mulai rajin belajar.
Aku membaca soal-soal tersebut dengan penuh ketelitian. Memang ada nomor-nomor yang begitu sulit, tetapi karena semalam aku belajar, aku rasa aku bisa mengerjakannya.
Srak srak srak
Kini di kelas tersebut hanya terdengar suara lembaran soal dibuka. Sungguh suasana ujian begitu terasa. Bahkan di luar kelas begitu tenang.
Tanpa terasa, waktu berjalan dengan begitu cepat, bunyi bel istirahat jam pertama di mulai. Kami mengumpulkan semua lembar jawaban dan soal satu persatu disaat nama kami dipanggil sesuai urutan. Setelah pak guru meninggalkan kelas, ruangan itu kembali riuh.
Loly dan Sita mendekati ku
"Bagaimana soal tadi?"
"Lumayan, yang kubaca semalam juga keluar di soal."
"Bagus dong, aku nggak sempat belajar semalam." Kata Sita
"Terus gimana kamu kerjainnya?"
"Aku minta jawaban Loly, sisanya pakai jurus andalan ku." Aku tahu yang dimaksud dengan jurus andalan Sita itu apa.
"Bagaimana aku nggak kasih, orang dia disampingku dan memanggilku terus. Ya terpaksa aku ajarin daripada suara nya ketahuan pak pengawas. Terus aku juga yang kena." Aku terkekeh mendengar perkataan Loly.
"Kamu nggak ikhlas ya ajarin aku,"
"Kalau nggak ikhlas mana mungkin ku kasih."
Pertengkaran yang tidak habis-habisnya. Tetapi pertengkaran itu sudah biasa terjadi di lingkaran pertemanan. Meributkan sesuatu yang sebenarnya sederhana tetapi dibesar-besarkan. Mau membela salah satunya juga nggak perlu. Palingan entar reda sendiri.
"Leo, gimana soal tadi? Ada yang sulit nggak?" Tanya ku kepada Leo yang kebetulan duduk menghadap ke arah kami bertiga.
"Biasa saja."
"Leo kayaknya nggak baca soalnya deh. Dia langsung terka-terka saja." Kata Loly.
"Emang kamu tahu?"
"Sudah-sudah, daripada kalian ribut, mending belajar sana, sebentar ujian sejarah."
"Mau belajar apaan, orang aku buku satupun nggak bawah."
"Iya, belajar kan dari rumah. Ya sudah kami ke kantin ya, kalau kalian mau nitip sesuatu bilang saja."
"Nggak ada sih," Aku menatap Leo yang dijawab nya dengan gelengan kepala.
Loly segera menarik tangan Sita untuk keluar dari ruang kelas. Di dalam kelas tersebut hanya tersisa aku dan Leo. Teman-teman pada ke kantin.
"Kamu nggak pergi?" Tanya ku pada Leo yang posisi duduk nya masih menghadap ku.
"Ngapain aku pergi, kalau kamu sendirian di sini."
"Jadi alasanmu nggak pergi, karena mau temanin aku?"
"Nggak juga, karena alasan ku ikut kalian setiap waktu adalah buat jagain kamu."
Aku yang awalnya hanya fokus pada buku belajar ku kini menatap heran akan perkataan Leo yang tiba-tiba. Kata-kata nya terdengar seperti seseorang yang menyatakan cinta bukan. Leo tersenyum saat melihat ekspresi ku.
"Kenapa serius begitu sih." Leo mengusap kepala ku dengan lembut.
"Leo, apa jangan-jangan kamu suka lagi sama aku." Mendengar perkataan ku yang tiba-tiba seperti itu, Leo terkekeh.
"Kenapa kamu tertawa, aku kan serius."
"Kalau aku suka sama kamu gimana?"
"Aku harap perasaan mu nggak lebih, karena aku lebih nyaman kalau kita sahabatan."
Ekspresi Leo sempat kaget, namun setelah itu dia tersenyum. Perubahan ekspresi nya begitu cepat.
"Nggak usah khawatir, ayo lanjutkan belajarmu, aku pingin tidur sebentar. Kalau bel masuk jangan lupa bangunin aku ya."
Leo membenamkan kepalanya di kedua tangannya. Sepertinya dia benar-benar sudah tertidur. Aku kembali berkonsentrasi pada bukuku.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.