NovelToon NovelToon
Diagnosa Cinta Istriku

Diagnosa Cinta Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Identitas Tersembunyi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cchocomoy

Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.

Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.

Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.

Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?

Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?

Atau mereka mengakhiri pernikahannya?

Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dilema Raksa

“A-apa?”

“Iya, Anin minta cerai dariku. Mungkin dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Lima tahun ini aku mengabaikannya. Tentu aku ada alasannya, kalian berdua tau itu. Sekarang aku harus bagaimana?” tanya Raksa yang menatap Bima dan Ardhan secara bergantian.

“Kenapa nggak jujur aja? Aku yakin dia pasti akan mengerti, jika tidak dia tidak akan mungkin bertahan selama ini,” usul Bima.

“Benar, lagi pula kamu sangat mencintainya. Semua yang kamu lakukan juga untuknya, kamu tidak ingin jika dia terkena dampaknya,” imbuh Ardhan.

Raksa hanya menghela nafasnya, mengingat bagaimana wajah Anin saat mengatakan kata cerai, tidak ada keraguan sama sekali. Itulah yang membuat Raksa merasa takut.

Yang artinya Anin benar-benar sudah tidak menginginkan pernikahan ini. Apalagi, pernikahan ini terjadi karena insiden yang tidak pernah mereka duga.

“Aku takut, bagaimana jika sebaliknya? Jika dia tau yang sebenarnya dan itu dijadikan alasan untuk bercerai denganku, aku harus bagaimana?” Raksa sudah sangat frustasi.

“Itu… mungkin bisa aja, tapi menurutku kemungkinannya kecil," kata Ardhan.

“Aku rasa Anin tidak akan melakukannya jika tau yang sebenarnya. Dia seorang dokter, karena itu juga kamu menjauhinya agar dia tidak tau apa yang sedang kamu alami. Kami, para dokter memiliki kode etik yang harus kami jalankan,” lanjut Bima yang sebagaimana ia tau karena dirinya seorang dokter.

“Nah itu yang aku maksud. Kita berdua tidak tau apa yang sedang kamu rasakan. Tapi, tidak ada salahnya memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Mau sampai kapan kamu akan menyembunyikannya dari dia? Cepat atau lambat dia juga pasti akan tau," sahut Ardhan.

“Ardhan benar, lebih baik menyesal karena dia sudah mengetahuinya. Daripada tidak sama sekali. Jika saat dia tau, dan masih kekeh untuk berpisah, itu artinya dia tidak tulus denganmu. Tapi jika kamu terus diam, itu akan membuatnya merasa sangat kecewa karena kamu tidak mempercayainya, apalagi jika kalian benar-benar bercerai, Anin yang paling tersakiti atas ketidaktahuannya.” Bima menjelaskan panjang lebar, berharap agar Raksa mau mempertimbangkan lebih dahulu.

“Aku tidak bisa melakukannya. Karena ini sangat sensitif bagiku.”

“Astaga!!!” Ardhan merasa geram dengan keputusan Raksa. Ingin sekali ia mencabik mulut Raksa, agar sekalian ia tidak bisa berbicara.

“Tahan emosimu Ar!” cegah Bima, karena Ardhan ingin menghampiri Raksa.

“Mana bisa aku diam seperti ini?! Lihatlah dia!!! Dia datang minta saran dari kita apa yang terbaik, tapi dia sama sekali tidak ingin mencobanya!!! Yang bermasalah dia, tapi dia sendiri tidak ingin menyelesaikannya!!!” Ardhan meluapkan kekesalannya.

“Tenanglah, ini juga sulit buat Raksa.”

Raksa melihat kedua sahabatnya yang selalu menjadi tempat keluh kesahnya. “Aku benar-benar bingung. Banyak pertimbangan, dan itu yang membuatku bingung. Aku mencintainya, tapi dia belum tentu mencintaiku. Apalagi sikapku selama ini sudah pasti membuatnya merasa tertekan.”

“Oke, fine!! Situasimu memang tidak bisa disalahkan. Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya kamu rasakan dan pikirkan, maaf sudah membuat suasana ini menjadi panas,” sesal Ardhan.

“Tidak masalah, aku tau kalian juga sangat kesal dengan masalahku. Tapi aku sendiri juga tidak bisa mengatasinya, ini terlalu membingungkan buatku. Apalagi untuk kalian berdua,” ungkap Raksa yang sudah tidak memiliki jalan keluar selain pasrah.

“Kita pikirkan solusinya, pasti ada satu solusi yang mungkin tepat untukmu,” kata Bima yang mencoba menenangkan situasi.

Mereka bertiga diam, mencoba mencari jalan Keluar yang paling aman untuk hubungan Raksa dan Anin. Tentunya yang tidak menyinggung apa yang saat ini sedang dialami oleh Raksa.

Detik berganti menit, sudah setengah jam mereka bertiga tidak ada yang bicara, atau menemukan solusinya.

“Ah iya!!” seru Ardhan, sontak membuat Raksa dan Bima terjingat kaget.

“Ardhan!! bisa lakukan dengan santai?" tegur Bima.

“Sorry-sorry reflek tadi, karena muncul gitu aja di kepalaku.”

“Apa? Sudah ada solusinya?” tanya Raksa yang tidak sabaran.

Raksa dan Bima menunggu apa yang akan dikatakan oleh Ardhan. Namun, Ardhan kembali diam.

“Woy!! Apa solusinya?! Kita udah nungguin juga!” kesal Bima karena Ardhan termenung dan menatap langit-langit ruang kerja Bima.

“Tau kok, cuma nggak yakin aja Raksa mau jalaninnya.” Ardhan melihat ke arah Raksa.

“Maksudnya?”

“Ar, lebih baik beritahu kita apa yang menjadi rencana kamu.”

“Fine!”

Di rumah, Anin yang sedang bersantai mendapat telepon.

“Oke, tunggu disana. Aku akan kesana sekarang. Jangan kemana-mana.” Anin menyambar tasnya dan buru-buru keluar pergi dari rumah.

Anin cukup panik hingga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebisa mungkin Anin harus segera sampai di rumah sakit.

Bukan karena ada pasien, melainkan menemui sahabat sekaligus rekan kerjanya di rumah sakit. Saat ini sahabatnya baru saja mengalami insiden yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit, padahal temannya juga seorang dokter. Meskipun dokter gigi, tapi tetap saja seorang dokter.

Anin melewati lorong rumah sakit dimana tempat sahabatnya dirawat sekaligus tempatnya bekerja.

“Dokter Anin! Apakah ada pasien dadakan?”

“Tidak-tidak, jadwal saya sudah selesai sejak siang tadi. Saya datang untuk menjenguk dokter Larisa,” jawab Anin dengan langkah yang begitu cepat.

“Baiklah, dok. Jika dokter butuh bantuan, bisa hubungi saya.”

Anin mengangguk, “Baiklah, maaf saya buru-buru.” Anin langsung pergi tanpa melihat perawat yang mengajaknya berbicara.

Bukan Anin tidak menghargainya, karena saat ini ia sedang panik, fokusnya karena pada dokter Larisa.

Anin mempercepat langkahnya, dan masuk ke sebuah ruangan VIP. Yang dimana tempat dokter Larisa dirawat.

“Larisa!!” Anin membuka pintu ruangan Larisa dengan kasar.

“Anin!” sentak Larisa karena terkejut.

“Maaf-maaf.” Anin berjalan menghampiri Larisa yang terbaring dengan tangan yang diperban.

Larisa merentangkan tangannya agar Anin memeluknya. Dengan senang hati Anin memeluk Larisa.

“Kenapa bisa sampai seperti ini?” tanya Anin.

Larisa melepaskan pelukannya, “Namanya juga kecelakaan, mana ada yang tau?”

“Baiklah.” Anin menarik kursi agar bisa duduk di dekat Larisa. “Bisa jelaskan kenapa ini bisa terjadi?”

“Tadi saat aku mau menyeberang, ada pasien emergensi datang. Kamu tau bagaimana buru-burunya sopir ambulan mengemudikan mobil. Tapi ini juga salahku, karena tiba-tiba muncul di depan pintu ugd.”

Larisa masih ada satu pasien lagi, tapi ia memutuskan untuk mencari makan. Biasanya ia selalu minta tolong pada satpam atau petugas kebersihan.

Namun kali ini, Laris ingin membelinya sendiri sekaligus untuk menghilangkan rasa stresnya. Apalagi suasana hatinya tidak baik-baik saja karena bertengkar dengan suaminya.

Siapa sangka itu justru membuat tangan dan kakinya terluka. Dan berakhir harus dirawat di ruangan ini.

“Astaga, Larisa! Kenapa kamu ceroboh sekali? Kenapa kamu tidak berpikir dua kali sebelum melakukannya? Biasanya juga kamu minta tolong, kenapa harus pergi sendiri?”

“Maaf, aku juga nggak tau jika bisa sampai seperti ini. Lagipula aku sama dia lagi nggak baik-baik aja.”

“Tunggu, maksudnya suami kamu tidak tau?”

“Itu—”

1
partini
dihhh laki laki ko ngiri nanyakn perempuan dihhhh anehhh
partini
wkwkkwk lima tahun di tahan ya meledak,,aihhh ga boleh lama" yah dosa loh nolak 😂😂
partini
lah malah di suruh menjauh kemarin minta cerai gara" ga di sentuh
partini
hayo 5 tahun loh dr cuekin
partini
dah di persilahkan Kokop mengkokop 😂
partini
👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
bagaimana Rekasi mereka berdua biak bertemu dokter dan pasien pasti seru
partini
penyakit kulit Ampe segitunya penyakit kulit apa Thor
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,
partini
ruwet sekali
partini
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!