NovelToon NovelToon
END

END

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:27.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tomoe

Adena, gadis ceria yang menyukai seorang Melviano Gavin Wajendra.Pria tampan dengan sejuta prestasi.Pria yang ia sukai sejak bangku SMP.

Ia kira,cinta pertamanya akan sirna ketika ia menginjak bangku SMA. Namun, nyatanya takdir mempertemukan mereka kembali sebagai teman satu kelas bahkan menjadi tablemate.

Cinta monyetnya kini makin berkembang bahkan sampai suatu hari ia menyatakan perasaannya pada pria itu.

Namun sayang seribu sayang ia harus mendapatkan penolakan keras dari pria yang ia sukai.

Apalagi ketika munculnya kedatangan gadis yang disukai Gavin.Hal itu mampu membuat Adena makin dilanda kesusahan mendapatkan hati pria itu.

Apakah Adena dapat bertahan dengan perkataan pedas Gavin dan tetap memperjuangkan cintanya?

Semoga saja ia bertahan...

Ya.

Semoga saja Adena mampu bertahan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tomoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[ T I G A P U L U H T I G A ]

Tak mau berprasangka buruk, keesokan harinya Adena berinisiatif datang menjemput Gavin. Pagi pagi sekali gadis itu sudah nangkring di depan gerbang mansion Gavin untunglah sang satpam yang memang mengetahui sosok Adena bagi nyonya-nya itu lantas membukakan gerbang dengan raut wajah bertanya tanya karena pagi pagi sekali gadis itu datang berkunjung.

"Selamat pagi, pak. Saya mau ketemu Gavin. Bisa, kan, pak?"tanyanya langsung mendapatkan anggukan.

"Bisa, non. Tunggu sebentar, saya panggil bodyguard yang lain buat antar nona."

Setelah berkata seperti itu, pria paruh baya itu langsung berlalu pergi meninggalkan Adena yang tengah mengusap usap kedua bahunya merasakan kedinginan dari udara pagi yang berhembus.

Dari kejauhan Adena dapat melihat sang satpam dan sosok pria berbadan berotot yang muncul dengan langkah cepat.

"Maaf menunggu lama, nona. Mari saya antarkan."ujar pria itu sopan langsung melangkah menuju buggy car dan membawa Adena menuju mansion.

Sesampainya disana Adena langsung diberi arahan oleh salah seorang pelayan yang memang sudah menunggunya. Pelayan itu mempersilahkan Adena untuk duduk lalu mulai melangkah pergi setelah mengucapkan beberapa patah kata.

Beberapa menit berlalu barulah sang nyonya rumah muncul dengan piama berwarna hitam. Wanita itu nampaknya baru bangun, hal itu terlihat jelas kala wanita itu melangkah dengan mata yang masih merem melek. Biarpun begitu, wajah wanita nampak cantik dan tak terlihat jelek bahkan wajahnya terlihat glowing sekali.

"Heumm...ternyata Adena, toh. Cari Gavin, ya?"tanya wanita itu to the point setelah mengusap usap kedua matanya agar bisa lebih jelas melihat gadis yang duduk di sofa.

Adena lantas tersenyum malu namun mengangguk." Iya tante. "

"Maaf karena buat tante kebangun gara gara kedatangan saya."ujarnya tak enak hati melihat wajah bantal ibu dari Gavin itu.

Nabila lantas melambaikan tangannya." Nggak usah minta maaf. Memang seharusnya tante biasa bangun pagi pagi sekali, itu semua gara gara papanya Gavin. Dia yang bikin tante nggak bisa tidur."

"Bantuin om kerja, ya?"tanya Adena membuat Nabila lantas tersadar dari ucapan sembrononya tadi.

Wanita itu lantas berdehem sebentar lalu mengangguk dengan cepat." A-ah iyaya betul. Kerja...iya kerjaannya papa Gavin banyak."Ujar wanita itu dengan suara yang makin memelan.

"M-mau ketemu Gavin, kan? Yaudah ke atas saja. Langsung ke kamarnya. Di depan pintunya ada nama jadi kamu langsung saja. Tante ada urusan sebentar dulu."setelah mengatakan hal itu, Nabila lantas melangkah pergi dengan langkah cepat meninggalkan Adena yang kebingungan dengan ucapan Nabila yang terdengar cepat.

Gadis itu segera bangkit berdiri lalu melangkah mendekati salah seorang pelayan.

"Permisi ,mbak."

"Ya?! Ada yang bisa saya bantu, nona?" Pelayan wanita itu cukup kaget akan keberadaan Adena namun dirinya segera menguasai ekspresinya.

"Boleh minta tolong antarin saya ke kamar Gavin?!"

"Saya sudah diijinin sama tante Nabila."Ujar Adena dengan cepat agar tak mau pelayan didepannya berprasangka buruk padanya.

"Mari saya antarkan, nona."

Pelayan itu segara menuntun jalan menuju kamar Gavin. Wah...Adena benar benar dibuat kaget karena merasa kediaman Gavin terlalu luas dan besar bahkan hanya menuju kamar pria itu saja butuh waktu sepuluh menit kalau berjalan kaki tanpa menaiki lift.

"Ini kamarnya tuan muda, nona. "Ujar sang pelayan sambil menunjukkan papan nama yang tertempel di pintu bercat putih itu.

"Terimakasih ya, mbak sudah mau ngantarin saya."

"Sudah kewajiban saya mengantar nona. Kalau begitu saya ke bawah."

Setelah mengucapkan hal itu, pelayan itu lantas berlalu pergi meninggalkan Adena sendirian di depan pintu kamar Gavin.

Kini gadis itu tengah terdiam cukup lama namun segera mengetuk pintu setelah meyakinkan hatinya.

Tok...tok....tok

Setelah mengetuk Adena pun kembali terdiam menunggu sang pemilik keluar namun menit berlalu tetapi pria itu tak kunjung keluar. Gadis itu lantas mengetuk kembali , kembali dan kembali namun tak ada respon. Ia pun jadi kembali gugup di buatnya. Netranya segera jatuh pada gagang pintu, dengan ragu ia pun memegang gagang pintu itu dan...

Klek

****...

Ternyata tidak di kunci. Ah...tau begini, ia bakal nyelonong masuk saja. Eh...tapi kan tidak sopan kalau begitu?! Pokoknya tadi ia sudah mengetuk tapi nggak ada respon, jadilah kini ia terpaksa masuk.

Dengan langkah pelan ia memasuki kamar tersebut. Netranya segera berpencar pada ruangan luas itu lalu terdiam kaku ketika melihat Gavin yang tengah duduk menghadap ke arahnya. Pria itu tak memakai baju dan matanya terlihat cukup merah.

Aduh...Adena bodoh. Ia sepertinya menganggu Gavin deh...

Dengan langkah pelan dan wajah kikuk, Adena lantas melangkah mendekat. Gadis itu segera mengatupkan kedua tangannya di dada tanda minta maaf karena main masuk saja kedalam kamar Gavin.

"Maaf Gav, ak-"

"Nora?! "Panggil Gavin lantas membuat Adena terdiam. Gadis itu begitu kebingungan di buatnya.

Jelas jelas saat ini dihadapan pria itu adalah dirinya namun mengapa pria itu memanggil Nora?

"Nora."

Sekali lagi pria itu memanggil membuat Adena makin di landa kekesalan. Niat baiknya yang ingin meminta maaf lantas kandas seketika netranya lantas berpencar dan menemukan tiga buah botol Vodka ada di atas nakas samping ranjang pria itu. Akhirnya ia tahu mengapa pria di hadapannya ini memanggil dirinya Nora. Pria itu sepertinya masih mabuk.

"Aku bukan Nora, Vin. Aku Ad-"

Belum juga Adena selesai ngomong,tiba tiba saja ia di peluk begitu erat.

Adena shock.

Benar benar shock dibuatnya.

Bola matanya hampir keluar, hampir ya...bukan mau keluar.

"Vin, lepasin. Sesak tau."Ujar Adena berusaha melepas pelukan erat Gavin namun sayang seribu sayang bukannya di lepas Adena tubuhnya malah makin di peluk begitu erat.

Oh...gawat!

Sepertinya Gavin ingin membuat Adena mati muda.

Ah. Adena tidak kuat kalau pagi pagi begini di peluk sama mas pacar.

Dengan berlagak polos seakan akan tak mau, Adena segera mencoba keluar dari rengkuhan erat itu.

"Sumpah, Vin. Lepasin pelukannya, dong. Remuk ini badan aku."Adu Adena merasa sesak luar binasa.

Gavin. Pria itu segera melepas pelukannya sehingga Adena dapat bernafas dengan lega. Belum semenit, Adena dibuat serangan jantung lagi ketika tengkuknya di tarik lalu tak butuh waktu lama bibir Gavin menempel pada bibirnya.

Gawat!

Sepertinya hari ini Adena benar benar mati dibuatnya.

Jantung Adena benar benar berdegup dengan gila gilaan.

Gadis itu hampir terlena dengan ciuman agresif Gavin ditambah dengan rasa alkohol yang begitu kuat masuk kedalam mulutnya, namun sedetik kemudian hatinya segera mencelos ketika mendengar ucapan pria yang sudah mencuri first kissnya itu.

"Nora, jangan tinggalin aku. Aku sayang kamu."

Cuman tujuh kata, tapi pagi itu Adena dibuat sakit hati. Tanpa sadar air matanya segera jatuh. Ia menangis mendengar penuturan Gavin. Ternyata sosok Nora lah penyebab Gavin mabuk, bahkan pria itu begitu berani berciuman karena dalam pandangan pria itu yang diciumnya adalah Nora dan bukan Adena.

Adena benar benar sedih dibuatnya.

Gavin yang memang masih dalam keadaan mabuk bukannya menghentikan ciumannya, pria itu malah makin memperdalam ciuman dan memaksa bibir Adena yang terkatup untuk segera terbuka.

"Astaga!! Gavin!!"

Teriakan nyaring adalah hal terakhir yang Adena dengar sebelum gadis itu jatuh pingsan akibat kehabisan pasokan oksigen ditambah rasa Vodka yang tak sengaja ia kecap saat berciuman dengan Gavin.

1
Maya
⅝ .a
jenny ayu
👍👍👍
Dewi Khanza
buat adena pergi ninggalin gavin thor,,, buat apa suka sama cowok gk tau diri udah tau nora gk mau masih aja di paksa,,,
enjouecollectif
Tuh kan bersambung :( aku nungguinnya kaya nunggu doi yang turun dari langit #Ea sehari berasa seribu tahun~
flower bean
lanjut author sayang 🤣
booksand peonies
Keren kak 🤩🤩 Semangat terus...
Cakrabirawa Tarihoran
next lanjut pliss up up
Prasetya Wibowo
Aku pengen bisa buat cerita kaya kamu Thor. Kamu selalu bikin orang-orang bahagia karena karyamu dibaca orang lain :)
SecretFruity
Fix ceritanya bikin aku kecanduan buat terus baca huah
Respati Wijaya
Huft kok udah abis aja? Yok di next bab lanjutannya yok..
Dewi Khanza
buat adena menjahui gavin thor biar gavin merasa kehilangan
SquigglyMunchkin
Ceritanya menarik, tinggalkan jejak dulu ^^
Dewa Yunani
Sumpah! Sampai lupa waktu bacanya!
Winda Utami
Yo ayo thor! aku selalu mendukungmu dalam doa hehehe
Gadis Sandman
Semangat kak..., ditunggu lagi up terbarunya😊💪🙏
yohan: Terimakasih
total 1 replies
Dewi Khanza
buat adena jangan ngejar2 davin thor
Selamat Saint
Kok ya aku digantung sih…? Lanjut ga thor?! Lanjut ya? Haha
DavidTheDancer
Lanjut dong Thor! Aku mah nangis kalau cerita ini gak lanjut :(
yohan: lanjut kok ceritanya
bersabar ya🤗
total 1 replies
Riri Dwi
nunggu up nya lama,munculnya sedikit🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!