Susah payah Bellinda Baldwig mengubur cintanya pada mantan suami yang sudah menceraikan enam tahun silam. Di saat ia benar-benar sudah hidup tenang, pria itu justru muncul lagi dalam hidupnya.
Arsen Alka, berusaha mendekati mantan istri lagi saat mengetahui ada seorang anak yang mirip dengannya. Padahal, dahulu dirinya yang menyia-nyiakan wanita itu dan mengakhiri semuanya karena tidak bisa menumbuhkan cinta dalam hatinya.
Haruskah mereka kembali menjalin kisah? Atau justru lebih baik tetap berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Ketiganya berjalan kaki menuju sebuah bangunan yang menjual khusus gelato dengan berbagai macam rasa. Tempat itu tidak jauh dari restoran cepat saji CoBell. Colvert memang sering makan di sana.
Masuk ke dalam bangunan yang kental sekali dengan gaya Eropa. Indah, nyaman, dan menenangkan. Untunglah masih dapat meja kosong saat weekend yang tergolong ramai pengunjung.
“Kalian duduk sini, biar aku yang pesankan.” Arsen mendaratkan putranya ke kursi yang ada di paling ujung dekat jendela kaca, hingga mereka bisa menatap lalu lalang di luar.
“Aku saja, apa kau tahu kesukaannya?” Bellinda menahan mantan suami supaya tidak bergerak menuju etalase tempat gelato berjajar rapi di sana.
“Coklat dan cookies and cream. Colvert paling suka itu, kan?” Arsen tersenyum ke arah Bellinda, lalu beralih pada putranya yang kini sudah membuka mata lebar karena gelato yang diinginkan sebentar lagi di depan mata.
Colvert menjawab dengan anggukan. “Aku suka yang manis.”
Pandangan Arsen kembali tersorot ke arah Bellinda. Dia menarik dua sudut bibir ketika mendapati tatapan wanita itu seperti terkejut.
Bagaimana mantan suami bisa tahu? Mungkin sebelum ke sini, Colvert sudah memberi tahu.
Arsen terkekeh seraya memijat pelan ujung kepala Bellinda. Dia menjawab keterkejutan wanita itu. “Aku tahu dari mengamati kebiasaan makannya.”
Bellinda lekas duduk untuk menyudahi gerakan tangan mantan suaminya yang terus berusaha memberikan sentuhan. Tidak aman untuk jantungnya yang berdebar, tapi tetap berusaha ditutupi dengan tenang.
Arsen merasakan kalau mantan istrinya berusaha menghindari apa pun yang ia lakukan. Tapi, tidak masalah, dia akan semakin tak gentar untuk mengambil hati wanita itu lagi.
“Kalau kau? Pasti rasa yang ada strawberry, kan?” tebak Arsen. Dijawab anggukan oleh Bellinda.
“Oke, tunggu di sini sebentar, aku akan segera kembali.” Arsen lekas berjalan menuju kasir untuk memesan.
Bellinda menatap punggung mantan suaminya dengan wajah bingung. Pria itu mendadak berubah. Padahal sebelumnya masih ketus dan sering menuduh dirinya.
“Kenapa melihat tetangga baru terus, Mom? Nanti suka, dan aku cemburu,” ucap Colvert.
Barulah Bellinda mengalihkan pandangan ke putranya. Dia terkekeh mendapati wajah bocah itu sudah merajuk menggemaskan. “Tidak ada yang lebih aku suka daripada kesayanganku yang satu ini.” Dia mencubit pipi Colvert.
Dari tempat Arsen berdiri saat ini, bisa melihat bagaimana interaksi Bellinda dan Colvert. Dua orang itu nampak bahagia dengan senyum merekah. Tak disangka, hanya sekedar memandang pun bisa membuatnya tertular menarik dua sudut bibir hingga terbentuk begitu sempurna.
“Bodohnya aku yang melepaskanmu. Semoga tak terlambat untuk mengajakmu kembali,” gumam Arsen. Dia berhenti memandang saat dua gelato siap.
Kaki si duda yang sedang menjilat ludahnya sendiri itu mulai bergerak mendekati meja Bellinda dan Colvert. “Apa yang kalian bicarakan? Kenapa aku tidak diajak?” tanyanya sembari duduk di samping mantan istri. Sengaja supaya lebih dekat.
“Dih ... mau tahu saja urusan kami,” jawab Colvert sinis. Rasanya memang hubungan Daddy dan anak itu tidak bisa berjalan tanpa kesinisan dan keargonan, bagaikan sudah mendarah daging dalam diri mereka.
“Pasti membicarakan aku, kan?” tebak Arsen. Dia mengangsurkan cone dengan gelato rasa cokelat dan cookies and cream.
“Percaya diri sekali, untuk apa kami membicarakanmu, seperti tak ada topik lain saja.” Colvert menjulurkan lidah. Tangannya menerima gelato yang sudah didambakan sejak kemarin. “Terima kasih.”
Bellinda selalu bergeleng kepala kalau melihat interaksi putranya dengan Arsen. Mirip sekali, ketusnya, arogannya, sinisnya, bahkan wajah juga.
“Ini untukmu.” Arsen memberikan cone satunya pada Bellinda.
Wanita itu menerima dengan kening mengernyit. “Kau tidak beli?” Ia tak melihat satu lagi, Arsen hanya membawa dua.
Si duda menggelengkan kepala. “Aku gampang, yang penting kalian saja.” Padahal, dia sengaja. Ya ... tahulah sedang berusaha modus pada jandanya sendiri.
“Yakin?”
“Iya, nikmati saja gelatonya.” Sejak tadi pandangan Arsen terus tertuju pada wajah cantik Bellinda. Memancarkan sorot mata memuja, terpana, bahkan tahap terpesona.
Sementara si janda tidak mau membalas untuk menatap, pandangan Bellinda tertuju pada Colvert yang asyik sekali menikmati gelato sampai belepotan.
Lidah Bellinda bergerak di atas gelato dalam cone. Padahal biasa saja. Tapi, tidak bagi Arsen. Sialan memang pikiran kotornya mendadak menyerang. Duda satu itu jadi memikirkan hal yang tidak-tidak, sampai membuat celananya mendadak terasa sesak.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣