Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"Bagaimana keadaan Ranum?" tanya Bagas dengan raut wajah yang tidak kalah paniknya dengan Al.
"Dokter kandungan masih menanganinya di dalam," jawab Al singkat.
Bagas merasa kalau janin yang ada di dalam kandungan Ranum tidak akan bisa di selamatkan, sehingga membuat laki-laki itu menjadi sedikit khawatir. "Sebenarnya apa yang terjadi Tuan, sehingga Ranum mengalami ini semua?"
Al mengusap wajahnya dengan kasar ia juga tidak menyangka kalau Ranum akan terpeleset oleh air yang menetes dari seragam SMA gadis itu sendiri. "Dia gadis yang sangat ceroboh, bisa-bisanya pulang ke apartemen dengan seragamnya yang basah sehingga tetesan air itu yang membuatnya terpeleset dan ya, terjadilah seperti sekarang ini." Al menghela nafas. "Apa dia gadis yang begitu b*doh sehingga kolam ikan yang ada di sekolahnya saja dia gunakan untuk mandi?"
"Saya rasa ini semua ada yang tidak beres Tuan, sepertinya saya harus menyelidikinya," kata Bagas secara tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaan Al.
"Jangan terlalu berlebihan, lebih baik kamu urus saja jadwal keberangkatan kita ke Negara A, urusan Ranum kita serahkan saja ke Dokter yang akan menanganinya sampai gadis itu benar-benar pulih total. Kamu pokoknya tidak usah terlalu ikut campur dalam masalah ini jika aku belum memintamu untuk turun tangan, sekarang apa kamu sudah mengerti?" Al menatap Bagas yang sedang duduk di sebelahnya.
"Tapi saya hanya ingin mengetahui benye–"
"Turuti apa yang aku katakan Bagas! Dan aku harap kamu jangan membantah akan hal itu, karena pekerjaan di kantor lebih penting daripada kamu ingin mengurus masalah Ranum ini."
"Tapi Tuan … ."
"Tidak ada kata tapi-tapian Bagas, kamu harus tetap mengikuti apa yang telah aku perintahkan."
Bagas tidak punya pilihan lain selain ia harus menyuruh bawahannya saja untuk menyelidiki ini semua, karena Bagas tidak mau kalau sampai Al marah kepada dirinya hanya karena mengetahui kalau dirinya diam-diam menyelidiki ini semua. Akan tetapi kalau Bagas menggunakan tenaga bawahannya untuk melakukan ini semua maka Al tidak akan mungkin tahu dan Al juga tidak akan mencurigai Bagas.
"Baik Tuan, saya akan menuruti apa yang Anda katakan."
***
Setelah Bagas dan Al menunggu lama di depan kamar rawat inap Ranum akhirnya dokter itu keluar juga, Al dan Bagas yang melihatnya langsung saja berdiri dari duduknya secara bersamaan.
"Tidak perlu khawatir Tuan Al, karena janin yang ada di dalam kandungan Nona Ranum tidak apa-apa, akan tetapi benturan keras saat dia terjatuh itu yang membuatnya mengalami sedikit pendarahan, sekali lagi saya tegaskan Anda jangan khawatir Tuan," kata dokter itu langsung ketika melihat sorot mata Al untuk meminta penjelasan. "Namun, saya melihat ada sedikit memar di bagian tempat tulang ekor Nona Ranum, itu yang membuat Nona Ranum harus dirawat dulu beberapa hari di sini."
"Tidak bisakah Ranum dirawat di rumah saja?" tanya Al yang mau merawat Ranum di rumah saja, tujuannya supaya tidak capek bolak balik dan tidak perlu membuang-buang waktu mengingat jarak kantornya sangat jauh dari rumah sakit. Al juga tidak mungkin menyuruh Bagas karena laki-laki yang menjadi tangan kanannya itu sama-sama orang sibuk seperti dirinya. "Bagaimana Dok, apa bisa?" Al bertanya sekali lagi.
"Bisa saja Tuan, kalau alat medis di rumah Anda lengkap, akan tetapi saya sarankan lebih bagus jika Nona Ranum dirawat di sini saja. Sampai kondisinya benar-benar pulih dan membaik." Dita nama dokter kandungan itu meminta Al untuk membiarkan saja Ranum dirawat di rumah sakit itu saja.
"Bagaimana ini Bagas, kita juga tidak bisa menjaganya mengingat besok pagi kita harus pergi ke negara A," bisik Al di telinga Bagas.
Bagas yang mendengar itu langsung saja kaget karena jadwal keberangkatan ke Negara A masih tinggal satu Minggu lagi akan tetapi Al tiba-tiba mengatakan kalau mereka akan berangkat besok pagi. "Kenapa menjadi mendadak sekali Tuan?"
"Ini gara-gara Daniel si tua bangka itu!" desis Al menjawab pertanyaan Bagas.
"Jadi, gimana Tuan Al, apa Anda akan membawa Nona Ranum pulang?"
Al menatap Bagas memberi kode supaya laki-laki itu memberikan dokter Dita jawaban serta keputusannya. "Biarkan kami berunding dulu Dok, tentang masalah ini setelah itu baru saya sendiri yang memberitahu Anda, tentang keputusan Tuan Al."
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu Tuan, kalau Anda sesuatu tolong datang saja langsung keruangan saya," pamit dokter Dita yang langsung pergi.
***
"Anda tidak usah memikirkan siapa yang akan menjaga Ranum disini Tuan, karena saya sudah meminta Sonia untuk menemaninya disini, bagaimana apa Tuan setuju?"
"Sonia juga pasti pergi sekolah tidak mungkin akan berdiam di sini terus untuk menjaga Ranum, kamu ini bagaimana sih, Bagas memberi solusi tapi malah menjadi begini. Justru masalah semakin menambah jika kamu menyuruh Sonia untuk menjaga Ranum di sini. Mengingat kekasih kamu yang masih bocil itu sangatlah ceroboh juga."
"Istrinya sendiri masih bocil, apa Tuan Al lupa akan hal itu?" Bagas membatin karena ia tidak terima kalau Sonia, kekasih hatinya itu di kira masih bocil sama tuannya sendiri.
"Solusi yang tepat kita bawa saja Ranum pulang, titik tidak ada koma," kata Al, karena ia merasa bahwa lebih baik Ranum dibawa pulang. Dan ketika Al dan Bagas masih membicarakan tentang Ranum tiba-tiba saja Morea entah datang dari mana wanita itu langsung saja memeluk Al dari belakang.
"Sayang, ngapain di rumah sakit, apa kamu mau menjengukku?" tanya Morea dengan percaya diri sekali.
"Lepas!" Al melepas paksa tangan Morea yang melingkar di perutnya. "Kau menjauhlah dariku!" bentak Al yang ternyata ada satu yang ia lupakan bahwa di rumah sakit itu adalah tempat Morea di rawat juga. "Singkirkan wanita yang tidak punya urat malu ini dari hadapanku Bagas!" perintah Al.
Bagas yang mendapat perintah itu akan menarik tangan Morea akan tetapi Daniel yang tiba-tiba saja datang langsung saja memvkvl Bagas sehingga laki-laki itu terpental lalu jatuh tersungkur.
"Jangan sekali-kali menyentuh menantuku, Bagas! Jika kamu tidak ingin tangan ini mendarat di kedua pipimu!" geram Daniel.
Al yang melihat itu tersenyum getir, ia lalu dengan cepat membantu Bagas untuk berdiri sambil berkata, "Semoga saja Mama tidak meminta cerai, kalau Mama sudah tahu kelakuan suaminya di belakang." Al sengaja mengatakan itu, ia cuma ingin melihat raut wajah ayahnya saja yang akan berubah atau tetap terlihat biasa saja. Akan tetapi apa yang diharapkan Al tidak terjadi karena Daniel sama sekali tidak menunjukkan ekspresi raut wajah yang panik. Laki-laki paruh baya itu tetap terlihat tenang tanpa terpancing sedikitpun oleh ucapan Al.
"Kita lebih baik masuk ke dalam kamar rawat inap kamu Morea, biarkan saja hukum alam yang akan berjalan dimana Al sendiri yang nanti akan mengemis-ngemis cinta kepadamu." Daniel lalu meraih tangan Morea untuk segera pergi dari sana.
Sedangkan Morea yang diajak pergi wanita itu menurut saja. Karena ia ingin terlihat seperti seorang wanita yang begitu penurut di mata Al, apalagi yang mengajaknya pergi itu adalah Daniel, mantan mertuanya yang juga menjadi kekasih gelapnya.