Bella mencintai Adrian dengan tulus, sosok pria nyaris sempurna yang Bella yakini juga mencintainya, tapi kenyataan tak seindah yang Bella bayangkan, cintanya bertepuk sebelah tangan dan parahnya sang pria mencintai orang terdekat Bella, merasa terkhianati Bella protes pada orang terdekatnya, namun kenapa sang Ibu yang berharti malaikat malah membelanya dan justru meminta Bella untuk menikahi Kakak Adrian? Akan kah pernikahan itu terjadi? Dan bagaimana nasib perasaan Bella terhadap Adrian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jahat
Bella bertepuk tangan sambil terbahak membayangkan bagaimana reaksi Pamela ketika melihat rumah barunya
“Aku bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajahmu saat melihat rumah itu Bu! Selamat menikmati, sesekali kau memang harus belajar bagaimana rasanya hidup sederhana agar obsesimu terhadap uang dan kemewahan bisa sedikit berkurang” gumam Bella, langkah Bella ringan sambil bersenandung riang ketika ia keluar dari kamarnya
Adrian yang juga baru saja keluar dari kamarnya gugup salah tingkah saat melihat Bella, otaknya ragu untuk menyapa tapi hatinya berkata lain, Adrian menelan salivanya membulatkan tekad untuk menyapa Bella, “K - kau sedang bahagia pagi ini?” Ujarnya ramah ketika Bella melenggang melewatinya
Langkah Bella terhenti, ia lalu menoleh pada Adrian, ada angin apa pria angkuh dan jahat itu tiba - tiba saja bicara padanya dengan hangat, Bella bergidik ngeri dan tanpa basa - basi ia setengah berlari meninggalkan Adrian
“Bel, Bella!” Adrian mencoba menyusul Bella, namun ia kehilangan jejaknya saat turun dari lantai dua, entah kemana Bella berbelok tadi, “Cepat sekali jalannya! kenapa dia sampai menghindariku begitu? Apa dia takut padaku?” Adrian merenungi sikap Bella yang terbirit - birit pergi saat melihatnya
“Atau apa dia masih marah padaku karena aku mencampakannya?” Pikir Adrian, mata Adrian tiba - tiba membulat terkejut dengan pemikirannya sendiri, “Astaga, itu artinya dia masih punya perasaan padaku kan?” Gumam Adrian dengan senyumnya yang lebar, Adrian riang bukan kepalang ia lalu melanjutkan langkahnya untuk mencari Bella, ia ingin mulai mendekati Bella lagi dan mencari celah dimana Bella akan kembali membuka hatinya
“Adrian, kau mencari siapa?” Tanya Brianna ketika ia melihat Adrian celingukan mengedarkan pandangannya mencari sosok Bella
Adrian berdecak kesal, yang dicari siapa tapi yang ia temukan malah singa betina pemburu harta itu, “Bukan urusanmu!” Sahut Adrian ketus, giliran Brianna yang bersungut - sungut kesal, kalau bukan karena situasi yang terjepit sudah pasti ia enggan berbasa - basi pada Adrian, seandainya saja ia lebih hati - hati dalam menghabiskan uang Adrian tentu tak akan begini jadinya, apalagi sekarang Ibunya juga sudah tak punya uang dan malah tinggal di rumah kecil pemberian Adam
“Ayolah Adrian, aku hanya ingin membantumu, tidak bisakah kita seperti biasa?” Rayu Brianna merangsek mendekati Adrian, ia mengulurkan tangannya untuk menggandeng mesra Adrian, sayang Adrian langsung menepisnya dengan kasar
“Jangan berani - berani menyentuhku lagi!” Sengit Adrian, wajahnya bengis menandakan ketidaksukaan, Brianna hanya bisa menggeram marah ketika Adrian meninggalkannya begitu saja
“Brianna!” Pamela yang baru saja datang tergupuh mendekati anaknya itu, napasnya terengah dan wajahnya memerah, setengah mati ia buru - buru menuju kediaman Anderson itu, memburu waktu sebelum keluarga Anderson memulai sarapannya
“Apa yang kau lakukan disini sepagi ini Bu?” Tanya Brianna, Pamela menggandeng tangan Brianna menuju lorong yang sepi, matanya lincah memastikan tidak ada orang yang melihat mereka
“Brianna, Ibu punya rencana untuk membalas perbuatan anak tak tahu terima kasih itu! Tapi Ibu butuh bantuanmu agar nantinya tidak ada yang tahu bahwa kita yang merencanakan semua ini, Brianna mengerutkan keningnya, dan semakin tertekuk saja pelipisnya itu kala melihat apa yang dibawa Pamela dalam tas dan diperlihatkan padanya
“Bu! Apa kau gila?” Brianna nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, ia kenal betul barang yang Pamela bawa
“Apa bedanya dengan yang kau lakukan dulu saat melepaskan anjing besar itu untuk mengejar Bella?” Kilah Pamela, Brianna terkekeh mengingat itu, ia nyaris lupa kalau ia pun sama jahatnya dengan Ibunya
“Apa kau yakin Bella anakmu Bu? Kenapa kau bisa sejahat itu padanya? Seandainya aku punya anak nanti aku pasti tak akan tega berbuat jahat pada darah dagingku sendiri!” Ejek Brianna, Pamela mendelik, matanya nyaris hendak keluar saat menatap anaknya itu
“Kau tak tahu bagaimana rasanya jadi Ibu, Brianna! Setiap hari Ibu harus dihantui oleh bayangan mantan istri Ayahmu saat melihat wajah Bella! Apa kau tahu bagaimana hancurnya hati Ibu saat Ayahmu bilang kalau wajah cantik Bella mirip dengan wajah mantan istrinya?” Sengit Pamela”, Brianna menunduk menyesali omongannya tadi, melihat bagaimana reaksi Pamela, Brianna bisa mengukur seberapa besar rasa sakit hati Pamela, “maaf Bu” ucapnya
“Ibu tahu tak sehari pun Ayahmu bisa melupakan wanita itu, di dalam hati Ayahmu hanya ada dia! Wanita yang tak bisa Ibu hilangkan dari ingatan Ayahmu meskipun Ibu telah berhasil menyingkirkannya!” Tambah Pamela berapi - api, namun kemudian Pamela menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat rahasia kelamnya meluncur begitu saja dari bibirnya
Brianna terhenyak kaget, ia yang tadinya tak mau ambil pusing lagi tentang masa lalu Ibunya kini menatap Ibunya dengan serius, “apa maksud Ibu dengan menyingkirkan mantan istri Ayah?” Cecar Brianna
Apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, kini tak mungkin lagi ia menyembunyikannya dari Brianna, ia tahu betul bagaimana gigihnya anaknya itu saat menginginkan sesuatu, “mantan istri Ayahmu adalah sahabatku, dulu kami bertiga sangat dekat, Ibu dan wanita itu sama - sama bekerja sebagai sekretaris Ayahmu, kami berdua bahkan sering datang ke rumah Ayahmu untuk rapat atau sekedar mengatur jadwalnya untuk esok hari, hingga suatu hari saat berada di rumah Ayahmu, Ibu mendengar Ayahmu menyatakan perasaannya pada wanita itu” Pamela terdiam sesaat, ia menarik napasnya begitu dalam, “Kenyataan pahit yang harus Ibu terima karena Ibu sudah lama jatuh cinta pada Ayahmu, tapi Ayahmu lebih terbius oleh kecantikan dan kecerdasaan wanita berengsek itu! Dan sialnya orang tua Ayahmu pun menyukai wanita itu, sehingga hubungan mereka mulus tanpa hambatan sampai jenjang pernikahan” mata Pamela menerawang meresapi lagi lara yang pernah ia emban dulu
“Kalau Kakek dan Nenek menyetujui hubungan mereka, lantas apa yang terjadi hingga mereka berpisah? Dan bagaimana Ibu bisa sampai menikahi Ayah?” Brianna semakin tertarik pada cerita Pamela
“Meskipun mereka sudah menikah, aku tetap bekerja sebagai sekretaris Ayahmu, tapi hari demi hari kian menyakitkan bagiku! Dan entah kenapa keinginanku untuk memiliki Ayahmu semakin kuat, hingga suatu hari aku sengaja membuat Ayahmu mabuk ketika pesta kantor dan wanita itu tak bisa datang karena dia sedang terbaring sakit, saat itu aku merayu Ayahmu dan memberikan tubuhku padanya” ujar Pamela
Mulut Brianna menganga lebar, demi apa ia mendengar pengakuan Ibunya sendiri yang ternyata serendah itu, “L - lalu apa yang terjadi Bu?”
“Sesuai dengan harapan Ibu, orang tua Ayahmu memergoki kami saat tengah bergumul di ruangan Ayahmu, aku pura - pura menangis dan melimpahkan kesalahan kepada Ayahmu yang tengah mabuk, aku bilang kalau aku akan bunuh diri karena kehormatanku telah dihancurkan begitu saja, tak ingin skandal besar itu terbongkar akhirnya mereka setuju Ayahmu menikahiku” Pamela menyunggingkan senyum mengenang kemenangannya dulu, tapi lalu raut wajahnya berubah sendu kembali, “Sayangnya saat Ayahmu sadar dari mabuknya ia menolak mentah - mentah untuk menikahiku karena ia tak mau kehilangan wanita itu, untungnya wanita itu tak terima pengkhianatan Ayahmu dan aku, ia menolak untuk bersama Ayahmu lagi dan memilih bercerai, dan keesokan harinya wanita itu pergi tanpa pamit dan tanpa ada yang tahu kemana tujuannya, hanya berkas perceraian yang kemudian datang beberapa minggu kemudian, saat itulah aku yakin Ayahmu mutlak menjadi milikku”
Pamela menghela napasnya, “tapi ternyata setelah bertahun - tahun Ayahmu tak juga melupakan wanita itu, bahkan Ayahmu beberapa kali diam - diam menyewa detektif swasta untuk mencari tahu keberadaan mantan istrinya, ia sama sekali tak bisa melupakan mantan istrinya itu hingga akhir hayatnya, dan sialnya setelah kisah dua orang yang saling mencintai itu selesai ternyata masih ada kenangan yang ditinggalkan oleh keduanya untuk ku benci, keberadaan Bella membuatku merasa melihat lagi wanita itu!” Tandas Pamela
Brianna tak bisa berkata - kata, jijik, terkejut, prihatin semua ia rasakan pada Ibunya, apakah sifat Ibunya yang merebut milik orang lain diwariskan padanya? Lihatlah dirinya, dulu ia merebut Adrian dari Bella, dan sekarang giliran Adam yang ingin ia rebut dari istrinya
“Makanya kau tak perlu khawatir, akan ku pastikan Adam jatuh dalam pelukanmu! Kau sudah dengar sendiri bagaimanaa kehebatanku memisahkan suami dari istrinya bukan?” Ujar Pamela bangga, Brianna mengangguk percaya, mau bagaimana lagi, ia tak punya siapa pun yang mendukungnya selain Pamela
Waktu sarapan telah tiba, semua anggota keluarga kecuali Adam yang lebih dulu berangkat ke kantornya kini sudah berada di meja makan, suasana pagi itu hening dan kaku, terlebih untuk Bella, entah kenapa perasaannya tak tenang karena kedatangan Pamela, Bella seperti mencurigai ada hal yang sedang Ibu dan Kakaknya rencanakan melihat Ibunya tenang - tenang saja padahal baru saja mendapatkan kejutan besar dari Bella, Bella pikir Pamela akan mengamuk karena rumah sederhana yang ia berikan, tapi entah apa rencananya kali ini hingga Pamela justru tampak bahagia
Baru saja Bella hendak berdiri meninggalkan meja makan ketika matanya membola karena sakit pada perut yang melandanya begitu hebat, Bella mencoba menggenggam apa saja untuk meredakan sakitnya ia sampai menjatuhkan gelas minumnya sendiri, sontak semua orang kini melihatnya
“Bella, kau kenapa?” Miranda berdiri panik dan memburu Bella yang merintih sakit sambil memegangi perutnya, sedang Pamela dan Brianna saling pandang dan tersenyum kecil melihat kondisi Bella
“Apa yang terjadi? Kenapa dengan perutmu?” William ikut khawatir karena Bella tampak sangat kesakitan, Adrian tak kalah cemasnya ia refleks menghampiri Bella dan bersimpuh di dekatnya,
“Apa yang dia lakukan?” Batin Brianna, Pamela dan Brianna sama - sama terkejut akan sikap Adrian itu
“Apa yang terjadi Bella? Apa perutmu sakit? Apa ada makanan yang tidak cocok untukmu?” Tanya Adrian, kepanikan jelas tampak di wajahnya
“Mom, tolong panggilkan dokter Erick Mom, tolong!” Lirih Bella, ia harus segera mendapat bantuan dari Erick, ia tahu betul ada sesuatu yang terjadi pada kandungannya, tapi belum saatnya ia membuka kehamilannya sekarang, tidak sampai mereka pindah dari rumah itu
Miranda tak membuang waktunya bahkan sedetik pun, ia langsung menghubungi Erick lewat ponselnya, meminta Erick agar datang saat itu juga
“Ya Tuhan Bella kau kenapa? Hiks.. “ Pamela memainkan perannya seolah ia peduli pada Bella
“Adrian tolong gendong Bella ke kamarnya, sebentar lagi Erick akan datang!” Titah Miranda pada Adrian, Adrian tergugup tapi ia sigap dengan senang hendak menggendong Bella
Bella menepis tangan Adrian, “Aku bisa jalan sendiri Mom, aku masih kuat” suara Bella semakin melemah, dahinya telah banjir oleh peluh
“Kuat bagaimana? Kau sudah pucat begitu Bella!” Tukas William, “sudah Adrian cepat gendong Kakak iparmu! Kasihan dia!” Titah William, Adrian mengangguk patuh dengan cekatan ia membopong Bella, dan membawanya menuju kamar Adam
“Bertahanlah” ucap Adrian pada Bella yang meronta lemah hendak turun dari gendongan Adrian, tapi tenaga Bella sudah tak seberapa, ia bahkan tak kuat hanya untuk berucap, perutnya sakit luar biasa, Adrian masih melaju diikuti oleh Miranda dan William di belakangnya
Sementara Pamela dan Brianna yang tak beranjak dari meja makan tertawa puas, rencana mereka dapat dikatakan berhasil
Bersambung…