Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengunjungi Klan Bai
Fenomena spiritual aneh mulai bermunculan di penjuru Benua Tengah.
Tiang-tiang cahaya qi yang melonjak dari tanah kuno, suara gaib dari perut bumi yang menggetarkan medan roh, hingga awan spiritual yang berputar liar membentuk pusaran gelap di langit yang seharusnya tenang—semuanya menjadi pertanda jelas bahwa sesuatu yang besar akan segera terbuka.
Dan mereka yang memiliki mata tajam, tahu betul apa yang sedang mendekat.
Alam rahasia Qianlong.
Gerbang itu kini sudah hampir bangkit dari tidurnya. Energi purba yang tersembunyi di bawah lapisan dunia mulai mendorong lapisan-lapisan qi yang selama ini menyegel pintunya. Waktu tak banyak tersisa.
Setiap kekuatan besar, dari sekte tua hingga kerajaan-kerajaan besar, mulai menggerakkan pion-pion terkuat mereka. Jenius-jenius muda dari berbagai penjuru dunia mulai bermunculan, tak lagi menutupi aura mereka. Mereka adalah harapan terakhir masing-masing kekuatan—mereka yang akan bertaruh nyawa demi harta, kehormatan, dan masa depan.
Kekacauan yang meledak di akhir turnamen agung masih membekas. Bencana yang diakibatkan oleh lima kaisar dan tujuh raja besar tak hanya menghancurkan kepercayaan rakyat, tapi juga mengguncang keseimbangan kekuasaan di Benua Tengah. Oleh karena itu, aturan lama tak lagi berlaku.
Sistem kuota masuk telah dibubarkan. Tak ada lagi pembagian wilayah. Siapa saja yang memenuhi satu syarat utama—usia di bawah lima puluh tahun—berhak memasuki alam rahasia Qianlong jika menemukan pintu masuknya.
Namun, di tengah antusiasme semua kekuatan besar, satu keputusan mengejutkan datang dari Langit Utara.
Pagoda Api Emas, salah satu kekuatan pilar benua tengah, secara resmi menyatakan bahwa mereka tidak akan mengirim satu pun murid mereka ke dalam alam rahasia Qianlong.
Alasannya datang langsung dari Ming Rui, Kaisar Agung Langit Perak.
Semua yang memiliki hubungan dengan Organisasi Sayap Kebebasan dilarang memasuki tempat itu. Termasuk murid-murid dari Pagoda Api Emas sendiri. Pengecualian hanya diberikan kepada satu orang: Zhang Wei, bersama empat orang yang telah ia pilih sebagai tim pendukungnya.
Tak seorang pun tahu alasan pastinya.
Namun, para tetua puncak tahu—ini bukan keputusan biasa.
Ramalan baru telah dibisikkan oleh Yao Wufan dan ramalan itu tidak bisa diabaikan. Satu kesalahan bisa berujung pada kehancuran seluruh tatanan spiritual dunia. Maka untuk menjaga keselamatan sekutu dan mencegah kekuatan besar lain ikut hancur jika sesuatu terjadi… keputusan itu dibuat.
Kini semua hanya tinggal menunggu satu hal:
Dimana gerbang menuju alam rahasia Qianlong akan muncul?
Langit belum memberi jawaban, namun bumi telah mengerang.
Dan para pemuda terpilih… mulai bergerak.
***
ZIIINNNGG——
Kilatan cahaya ungu keperakan merobek langit pagi, memantul di antara aliran qi yang menggulung lembut di udara. Riak energi itu jatuh perlahan ke tanah bebatuan, tepat di depan sepasang gerbang raksasa berukir pola-pola pedang yang menyilang dalam formasi naga langit. Inilah pintu utama menuju Klan Bai—klan pedang tertua dan paling dihormati di seluruh Benua Tengah.
Kabut teleportasi memudar, dan satu sosok berdiri di hadapan gerbang itu.
Zhang Wei.
Jubah panjangnya bergelombang perlahan dihembus angin dari utara. Warna abu-abu gelap yang menutupi tubuhnya tampak seperti kabut kelam yang selalu menyelimuti langit sebelum badai. Rambutnya dibiarkan sebagian tergerai, sebagian lainnya diikat dengan pita qi. Di punggungnya, pedang kelabu yang telah menyatu dengan jiwanya terpasang diam. Diam… tapi penuh tekanan. Setiap gerakannya membuat udara di sekitar terlipat samar.
Mata kelabunya memandang lurus ke gerbang yang berdiri menjulang. Tidak ada rasa gugup, tidak ada kekaguman. Hanya keheningan dalam tatapannya—seolah ia tengah membaca masa lalu dan masa depan dari ukiran batu di depannya.
Tiga penjaga gerbang yang mengenakan baju tempur berlapis pedang qi segera tersentak. Salah satu dari mereka bahkan sempat salah langkah sebelum menundukkan kepala dengan cepat.
“Tuan Muda Zhang…”
Zhang Wei hanya memberi anggukan kecil. Tanpa perlu banyak bicara, gerbang itu terbuka sendiri. Dua bilah besar dari baja spiritual meluncur perlahan ke samping, memunculkan jalan berbatu yang membelah taman-taman latihan. Setiap sudut klan ini seperti medan pertempuran yang selalu siap—penuh aura pedang. Pohon-pohon tertata simetris, dedaunan jatuh seperti bilah tipis. Bahkan embusan angin di tempat ini pun mengandung tekanan dari niat membunuh terlatih.
Klan Bai.
Tempat berkumpulnya para pendekar pedang terbaik dunia. Dalam sejarahnya, puluhan legenda pedang lahir dari tanah ini. Teknik-teknik ilusi, langkah bayangan, tebasan petir, dan pedang pemurni roh—semuanya dilahirkan dari ruang pelatihan dalam klan ini. Dan hari ini, salah satu pendekar paling berbahaya di generasinya telah kembali menginjakkan kaki di tanah ini.
Zhang Wei berjalan menyusuri koridor panjang yang dikelilingi tiang-tiang merah darah. Di kejauhan, terdengar suara-suara gemerincing bilah saling berbenturan—latihan para murid klan yang tak pernah berhenti. Cahaya matahari yang turun dari celah-celah atap memantulkan siluet pedang di lantai batu giok. Semuanya tajam. Tegas.
Ia datang karena panggilan Bai Huo—qilin tua, sesepuh agung klan Bai. Makhluk kuno yang menyaksikan zaman perang para dewa dan pernah menjadi pelayan dari salah satu Dewa Api Purba. Zhang Wei tahu, Qilin itu menyimpan kunci untuk memahami pecahan-pecahan sejarah yang hingga kini masih tertutup kabut.
Namun bukan hanya itu.
Ada satu alasan pribadi yang mendorong langkahnya. Bai Chen. Jenius muda nomor satu di klan bai yang terobsesi untuk bertarung dengannya. Zhang Wei ingin melihat… apakah tekadnya telah cukup untuk menembus batas yang telah lama membelenggunya? Apakah nyala dalam jiwanya telah menjelma menjadi api sejati?
Udara di sekeliling terasa bergetar halus, seolah merespons aura dari tubuh Zhang Wei. Langit bersih, tapi tanah tempat ia melangkah terasa berat—seperti bumi sendiri tengah mengakui kehadiran seorang pendekar yang lahir bukan untuk tunduk.
Langkahnya terus berlanjut, menuju jantung klan.
Pertemuan yang akan terjadi di sana… mungkin akan membuka satu bagian baru dari teka-teki besar yang tersimpan sejak zaman kuno.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini