NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Hari Lamaran

Yang lebih dulu diantarkan oleh sopir adalah Akbar. Tiba di Tasik hampir tengah malam. Mobil mewah milik Rama berhenti di depan lobi hotel Seruni.

"Rama, Zaky, nginep disini aja yuk. Tenang aja free." Ucap Akbar begitu sliding door terbuka otomatis. Ia belum turun. Menunggu jawaban dua pria teman perjalanan itu. Selama perjalanan jauh itu ada saja pembahasan bergulir mulai dari Zaky yang menceritakan kuliahnya, Rama yang menceritakan trend bisnis, juga dirinya menceritakan kisah sukses akuisisi perusahaan di Malaysia.

"Makasih, Kak. Mau tidur di rumah aja. Udah kangen sama Ibu." Zaky tersenyum simpul.

"Aku mau, Bar. Tapi malam besok ya. Mau ngajak Puput." Rama tersenyum penuh arti.

"Boleh. Selama aku belum balik ke Jakarta, keluarga yang mau nginep di sini free." Akbar pun turun dari mobil usai berucap terima kasih. Ia memasuki lobi diiringi room boy yang membawakan kopernya. Petugas jaga malam mengangguk hormat menyambut kedatangannya.

Mobil melaju ke arah perbatasan Ciamis. Jalanan tengah malam di kota kecil sangat lengang. Hingga tak butuh waktu lama, tiba di depan rumah Ibu Sekar.

Zaky tersenyum lebar. Rasa rindu kampung halaman terutama rumahnya, terlukis jelas di wajahnya. Ia melihat titik cahaya dari kaca ventilasi. Menandakan lampu ruang tamu masih menyala.

"Kak, mau mampir dulu?" Zaky menatap Rama sebelum turun dari mobil.

"Besok aja ya, Ky. Bareng Teh Puput kesininya." Sahut Rama karena sudah terlalu malam.

Zaky melambaikan tangan seiring mobil mulai melaju. Ia melangkah menuju pintu gerbang sambil menenteng koper. Sekali menekan bel, pintu pun dibuka dari dalam.

"Assalamu'alaikum, Ibu." Zaky mencium tangan Ibu Sekar dengan takzim. Kemudian menghambur memeluk dengan erat ibunya yang sepanjang jalan terus memantau lewat chat akan posisinya. "Zaky kangen banget sama Ibu." Ia merangkum bahu Ibu yang segera mengajak masuk karena cuaca di luar sangat dingin.

Ibu Sekar tersenyum dalam keharuan. Memeluk punggung Zaky yang posturnya lebih tinggi. Anak bujangnya semakin dewasa dan pandai merawat diri. Lebih bersih dan makin tampan aslinya, dibanding ketika melihat saat video call.

"Zaky, mau makan? Ibu panasin sayurnya dulu." Ibu Sekar menatap Zaky yang telentang di karpet. Pasti lelah dan ingin meluruskan badan usai perjalanan berjam-jam.

"Gak usah, Bu. Udah makan di jalan. Teh Aul sama Ami udah tidur ya?" Zaky menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam lebih sepuluh menit.

"Iya. Cuma kuat nungguin sampe jam 10 tadi." Ibu Sekar menyuruh Zaky untuk istirahat di kamar. Ngobrolnya dilanjutkan besok saja.

Sementara Rama sudah tiba di rumah Enin. Lampu-lampu masih menyala karena rombongan Papi Krisna pun baru tiba setengah jam yang lalu. Berangkat dari Jakarta beriringan dan terpisah saat harus ke Tasik dulu untuk mengantarkan Akbar.

Rama masuk ke dalam kamar. Melihat Puput yang hati-hati melepas ASI setelah dipastikan baby Rayyan sudah tertidur lagi. Di sisi kepala ranjang, Rasya pun sedang terlelap memeluk guling. Ia leluasa berpelukan dengan sang istri. Melepas rindu.

"Sayang, lanjutin aja tidurnya biar besok fresh. Papa ke kamar mandi dulu." Rama mengecup kening Puput sebelum berlalu kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Pagi hari semua berkumpul di meja makan dalam suasana hangat karena bisa berkumpul keluarga. Nasi goreng buatan Ibu menjadi menu sarapan yang dirindukan Zaky sehingga menyantap dengan penuh semangat dan berselera.

"Aa cuma berdua sama Kak Rama?" Ami antusias mendengarkan cerita Zaky usai sarapan habis. Kakak laki-lakinya itu mulai bercerita tentang perjalanan semalam yang berangkat dua mobil dengan Papi Krisna.

"Bertiga sama Kak Akbar." Zaky meneguk teh hangat penutup sarapannya.

Uhuk-uhuk.

Ami meneguk lagi minumannya setelah batuk terhenti. Mendengar nama Akbar disebut, membuat dirinya yang baru meneguk minum spontan kaget dan tersedak. Seharian kemarin tidak ada kabar dari Panda nya itu. Tahu-tahu sekarang, ternyata berangkat satu mobil dengan Zaky.

"Ish, Kak Akbar tega bener gak ngabarin. Padahal semalam aku galau nunggu kabar. Katanya KTP." Gerutu kecewa Ami di dalam hati.

"Zaky, cobain dulu baju yuk. Katanya BB gak naik, tapi Teteh liat agak gemukan. Bener kan, Mi?" Aul meminta pendapat Ami. Ia lebih dulu beranjak dari kursi yang kemudian di susul Zaky dan Ami.

"Ho oh. BB keliatan agak naik and level gantengnya juga naik dua tingkat lah jadi kayak Oppa." Ucap Ami yang dengan sengaja menilai dengan memutari dulu tubuh Zaky.

Zaky tertawa lepas. Hidungnya kembang kempis karena dipuji sang adik. "Mi, pengen dolar Singapore gak?" ujarnya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Uuhhh mau banget. Aa Ferguso udah ganteng, rajin menabung, dan tidak sombong deh. Mana....mana!" Ami membuka telapak tangannya, menagih.

"MATRE! Ketauan kan mujinya modus!" Zaky memeletkan lidah. Segera berkelit ke samping saat Ami mengeluarkan jurus silat. Kemudian berlari menyusul Aul ke kamarnya sambil tertawa lepas.

"Gak jadi mujinya. Udah diralat ya!" Teriak Ami yang kemudian menyusul ke kamar Aul.

Ibu Sekar hanya geleng-geleng kepala. Suasana rumah ramai lagi oleh keributan dua bersaudara itu.

Zaky berkaca menilik penampilannya mengenakan kemeja warna moka dengan motif bordir di bagian dada. "Pas, Teh. Gak kekecilan. Nyaman nih." Ia mengangkat tangannya dan memperlihatkan bagian ketiak untuk tolak ukur kenyamanan berpakaian.

"Alhamdulillah. Berarti udah aman semua." Aul tersenyum lega.

"Seragam kita pesan dari mana, Teh?" Zaky membuka lagi pakaian yang akan dikenakan nanti selepas Duhur.

"Semuanya dari butik Sundari. Kita gak ngeluarin biaya sepeser pun buat seragam lamaran dan nikahan. Udah jadi urusan Kak Panji." Jelas Aul yang beralih menatap gaunnya yang terpajang di manekin. Hanya tinggal menghitung jam, acara yang diselenggarakan di Cafe Dapoer Ibu akan segera digelar. Semuanya sudah rapih 100% dengan bantuan jasa WO.

"Teh Puput, Teh Aul, jodohnya dari keluarga Enin. Apakah A Zaky juga mau ikutan? Nanti aku jodohin sama Padma, gimana?" Ami tersenyum menyeringai sambil memperhatikan Zaky yang memasang lagi kemejanya di hanger.

"Aa mah mau beda. Made in luar negeri aja. Masa Lebaran berkunjung ke situ-situ aja. Ke Singapore kek, atau ke Inggris." Sahut Zaky yang beralih merebahkan badan di kasurnya Aul.

"Jodoh itu misteri Illahi. Kayak Teteh waktu SMA, naksirnya sama ketua OSIS. Tapi karena rule keluarga kita gak boleh pacaran saat sekolah, jadinya CIDAHA. Tapi pas si doi lulus, jadi lupa kalau dulu pernah naksir. B aja." Aul terkekeh menceritakan masa SMA nya.

"Teh, serius waktu SMA pernah falling in love?" Ami melebarkan mata dan tertarik mendengar cerita Aul.

"Iya. Wajarlah kan waktu itu masa puber. Tapi Ibu suka warning, boleh punya pacar kalau tujuannya sudah siap nikah. Tapi kalau cuma sebagai gaya hidup, yang ada kita bisa terjerumus melakukan hal bebas. Kayak MBA gitu kan kebanyakan akibat sekolah sambil pacaran." Aul melihat ponselnya yang berbunyi notif pesan.

"Tuh dengerin, Marimar. Jangan dulu pacaran! Fokus belajar jangan love-lovean!" Zaky melempar bantal yang sigap ditangkap Ami yang duduk di sofa.

"Nih dengerin, Ferguso! Boleh pacaran kalau sudah siap nikah." Ami melempar balik bantal dan mengenai wajah Zaky yang lengah karena sedang melihat ponselnya yang berbunyi.

"Astaga, atuh kamar Teteh jadi acak-acakan. Awas ah keluar!" Aul seolah mengeluarkan tanduknya melihat kedua adiknya jadi saling lempar bantal dan guling.

***

Jam setengah sebelas, Aul dan keluarga bertolak ke cafe. Karena tim MUA akan merias disana. Sambil menunggu waktu, Ami menemani Zaky berkeliling cafe yang area outdoor nya sudah dihias dekorasi yang elegan. Terakhir, keduanya bersantai di rooftop.

"Aa nanti bisa nonton aku tanding dong." Ami baru saja cerita tentang pertandingan silat tingkat provinsi. Ia berbinar mengetahui Zaky liburan di Ciamis dua bulan.

"InsyaAllah. Mepet ya waktunya. Berarti malamnya Aa berangkat ke Jakarta. Terbang lagi ke Singapore." Zaky menandai kalender di smartphone nya agar tidak lupa dengan acara Ami.

Adzan Duhur terdengar berkumandang. Menandakan pula waktunya bersiap untuk make over. Usai sholat, Ami segera mengenakan gaunnya. Dua keluarga mengenakan warna baju senada yaitu moka. Merupakan rancangan desainer butik Sundari. Aul lebih dulu mendapat sentuhan MUA.

[Hai Cutie, maaf baru berkabar lagi]

[Aku baru sampe di rumah Panji]

[Semalam sampe Tasik midnight. Berangkat bareng Rama n Zaky]

[Disini lagi pada dandan]

[Hm...jadi ngebayangin cantiknya Ami di make over]

[Request, dandan minimalis aja ya Cutie. Kamu tuh udah cantik natural 😉]

Ami menggigit bibir menahan girangnya mendapatkan chat dari Panda. Mata berbinar dengan wajah yang merona. Ingin sekali jingkrak-jingkrak. Apalah situasi yang tidak memungkinkan karena banyak orang.

Ami mendadak deg degan saat menunggu gilirannya dirias oleh MUA. Aul sudah selesai di make over. Nampak aura cantiknya semakin bersinar dan tampil anggun. Sekarang giliran Ibu mulai dirias. Ia beralih duduk dipojok dan memutar kursi membelakangi. Tak ingin senyum-senyumnya diketahui orang-orang.

[Alhamdulillah udah di rumah kak Panji]

[Aku sempat galau nunggu kabar]

[Btw, Kak Akbar pakai seragam juga?]

Balasan dikirim Ami dengan cepat. Ia mengulum senyum melihat semua pesannya centang biru. Dan kini Panda sedang mengetik.

[Dududu ada yang galau? kirain B aja]

[Gak seragaman sama keluarga inti. Aku pakai batik tapi warna senada. Why?]

Ami: [Oh oke sip. Hm, kebayang pasti handsome. Tadinya kirain pakai jas]

Akbar: [Aku tau..pengen Just Be Mine ya?🙂]

Ami: [Ishhh......☺️]

Akbar: [Or pengen Ni......kah Yuk!🙂]

Ami: [Ishhh...ishhh ☺️☺️]

Akbar: [😂😂😂 gemesin deh pengen nyulik]

\[See U in a hour, Cutie\]

Ami mendadak mati inspirasi saat ditodong balik gombalan yang dulu pernah diucapkan. Entah kenapa mengena di hati dan berimbas grogi. Untung Akbar tidak melihat reaksi wajahnya yang kini matang seperti tomat. Ia tak lagi membalas chat terakhir Akbar.

1
Aira Azzahra Humaira
seeerrr tarik mang
Aira Azzahra Humaira
ahhaayyy aku yang kelonjotan serrr
Aira Azzahra Humaira
ah dasaaar cewek gatel
Pudji Widy
ami kan di tinggal ayah nya dr kecil,jadi di suka dan nyaman dg pria dewasa' Krn merindukan kasih sayang bapak nya
Pudji Widy
kenapa yg berasa dag Dig dug aku juga ya? hiss apa aku jatuh cinta sama Akbar?? amii..Akbar ku tikung yaaaa!!!!😀😀
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
3tahun bisa sabar, ehhh 1hari aja gak sanggup sih...
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
ehhh kode tuh...
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
ah camer perhatian amat
Aira Azzahra Humaira
MasyaAllah cutie 🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
pokoknya mah ter Ami amii 🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
Amiin
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
hahhhh bukan matre tapi kebutuhan 🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
selamat ya iko 😘
Aira Azzahra Humaira
hahhhh salam paham kira Anu ehm ehmmm ya sya 😂😂
Aira Azzahra Humaira
percintaan manis penuh dengan senyuman
Aira Azzahra Humaira
bukan mimpi itu Amii emang ayang lg nonton
Aira Azzahra Humaira
akbar jadi SUPORTERNYA Amii
Aira Azzahra Humaira
tuh akbar bijak orangnya suka deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!