NovelToon NovelToon
Ijabah Cinta

Ijabah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reza Ramadhan

[ OST. NADZIRA SAFA - ARAH BERSAMAMU ]

Kejadian menyedihkan di alami seorang Adiyaksa yang harus kehilangan istrinya, meninggalkan sebuah kesedihan mendalam.

Hari - hari yang kelam membuat Adiyaksa terjerumus dalam kesedihan & Keputusasaan

Dengan bantuan orang tua sekaligus mertua dari Adiyaksa, Adiyaksa pun dibawa ke pondok pesantren untuk mengobati luka batinnya.

Dan di sana dia bertemu dengan Safa, anak pemilik pondok pesantren. Rasa kagum dan bahagia pun turut menyertai hati Adiyaksa.

Bagaimanakah lika - liku perjalanan hidup Adiyaksa hingga menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reza Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04

Sebuah mobil bermerek Mercedez Benz tengah melaju kencang, melibas jalanan dan melewati beberapa kendaraan yang terus menghalangi.

Mobil terus melaju hingga membelok ke sebuah jalanan perumahan yang tampak sepi meski berada di siang hari dan tak lama kemudian, mobil memasuki halaman luas sebuah rumah yang besar meski tak bertingkat.

Seorang berpakaian hitam tampak terlihat keluar dari mobil dan mengayunkan langkah, memasuki rumah dengan sangat tergesa - gesa.

Lelaki berkulit sawo matang itu menyusuri lorong - lorong rumah yang membawanya ke sebuah kamar, kamar yang di dalamnya berisi beberapa rak buku besar yang berada di dinding sisi kiri dan kanan dan juga sebuah meja besar yang digunakan untuk bekerja dan terletak di tengah ruangan.

"Brak... "

Lelaki itu segera duduk di meja kerjanya sembari membanting tas kerjanya hingga tergeletak ke atas karpet berbulu.

Terdengar hembusan nafas kasar dari lelaki itu yang merupakan lelaki itu kini menahan amarah yang sedari tadi menumpuk di dalam tubuhnya.

Lelaki itu mengingat kembali sebuah undangan yang di terima oleh kerabatnya hari ini. Undangan yang tertuju pada kerabatnya itu adalah undangan pernikahan dari keluarga Cokroaminoto.

Entah mengapa, ketika dirinya membaca dan menemukan sebuah nama Cokroaminoto, lelaki itu sangat marah dan sangat ingin membuat keluarga Cokroaminoto merasakan kesedihan dan penderitaan.

Terlihat kedua sorot mata kebencian dari lelaki itu dan hembusan nafas yang terdengar semakin memburu. "Aku tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia, lihat saja apa yang akan aku lakukan nanti pada keluarga Cokroaminoto." Monolognya.

...🕌🕌🕌...

Siang hari itu, kesibukan kini terlihat di rumah Adiyaksa. Beberapa ibu - ibu tampak tengah saling membantu menyiapkan berbagai kebutuhan untuk acara pernikahan Adiyaksa dan juga Yulianti.

Terdengar samar - samar para ibu - ibu itu saling melempar pujian untuk kedua mempelai, mereka juga memuji Ibu Laras yang sangat beruntung akan segera punya menantu seperti Yulianti.

Para Ibu - ibu itu tahu bahwa setelah kepergian istri pertama dari Adiyaksa beberapa waktu yang lalu, Adiyaksa mengurus dirinya sendiri dan juga anaknya, Damar.

Tak ada seorang pun yang mendampingi Adiyaksa hingga membuat Ibu Laras dan juga beberapa orang yang melihatnya merasa kasihan pada lelaki itu.

Maka setelah mendapat undangan dan juga kabar mengenai pernikahan Adiyaksa dan juga Yulianti tersebar. Beberapa kerabat dan juga tetangga dari keluarga Cokroaminoto ikut berbahagia dan mendoakan yang terbaik untuk keluarga Cokroaminoto.

Sementara di luar, Pak Cokroaminoto tampak sibuk melihat dan mengamati setiap pekerjaan yang di lakukan oleh para tukang dan beberapa orang lainnya yang kini tengah memasang tenda dan juga hiasan - hiasan lainnya.

Terlihat dari wajah Pak Cokroaminoto yang terlihat puas akan hasil kerja orang - orang. Dirinya juga berharap bahwa acara akad nikah anaknya akan berlangsung lancar.

Di tengah kesibukan orang - orang tersebut tampak dari jauh seorang bertudung hitam berdiri di balik dinding tembok.

Lelaki itu tampak sibuk mengawasi dengan hati - hati setiap apa yang terjadi di rumah Cokroaminoto. Ia lalu mengeluarkan handphone dari balik saku hoodie yang di pakainya.

Lelaki itu segera mengotak - atik handphone sebelum menempelkannya di telinganya. Terdengar dengungan panjang hingga sebuah suara berat dari seseorang di seberang sana membuat lelaki bertudung itu tersenyum.

"Bos, aku sudah berdiri tak jauh dari rumah Cokroaminoto dan seperti yang bos katakan, kesibukan terjadi di rumah itu dan mungkin acara akan segera di laksanakan."

"Baiklah, kalau begitu pantau terus rumah itu dan kabari secepatnya kalau ada kabar baru mengenai keluarga itu." Ucap seseorang yang terdengar dari seberang telepon.

"Siap"

...🕌🕌🕌...

Mobil yang dikemudikan oleh Adiyaksa kini tengah melaju santai. Setelah berkunjung ke sebuah butik langganan ibunya. Mereka lantas ingin pulang dan mengistirahatkan diri karena nanti acara ijab Kabul akan segera di lakukan.

Adiyaksa segera membelokkan kendaraannya ke sebuah jalur yang tak semestinya untuk di lalui menuju rumah Adiyaksa dan hal itu membuat Yulianti yang duduk di sebelahnya mengerutkan alis, perempuan itu berfikir mungkin Adiyaksa sedang melamun.

Yulianti lantas memegang lengan Adiyaksa dan membuat lelaki itu sedikit menatapnya. "Mas, kenapa kau berbelok ke jalan ini, bukankah jalan yang seharusnya menuju ke rumah adalah jalan yang lurus tadi?"

Senyum tersirat di wajah Adiyaksa. "Aku ingin mempertemukan dirimu dengan seseorang sebelum acara akad nikah dilaksanakan nanti sore?"

Yulianti terdiam dan mulai memikirkan siapa yang akan di temui oleh calon suaminya itu. Kedua matanya melirik ke arah spion mobil dan terlihat Damar kini tertidur dan berbaring di belakang.

Hingga mobil yang di kendarai oleh Adiyaksa kini berhenti di depan sebuah gapura. Gapura yang terdapat sebuah nama. "TAMAN PEMAKAMAN MELATI ABADI"

Yulianti lantas tercengang melihat nama yang ada di gapura tersebut. Perempuan itu segera menatap Adiyaksa penuh dengan kecemasan. "Kenapa kau membawaku kemari?"

Senyum tipis kini tersungging di bibir Adiyaksa."Aku tadi bilang padamu bahwa aku akan mempertemukan dirimu dengan seseorang dan ini tempatnya, ayo kita turun."

"Lalu, Damar bagaimana? Apakah dia tidak ikut dengan kita?"

Adiyaksa melirik sebentar Damar yang masih tertidur pulas lantas menggeleng. "Tidak usah, biarkan saja dia tidur. Aku dan kamu saja yang akan menemui seseorang yang akan ku perkenalkan padamu."

Adiyaksa dan Yulianti lantas bergegas masuk ke dalam taman pemakaman. Suasana di pemakaman itu terlihat sunyi dan samar - samar dirasakan oleh kedua orang itu angin yang terkadang berhembus di segala arah.

Mereka berdua berjalan hati - hati melewati beberapa makam dan juga rumput - rumput kecil hingga mereka berhenti di sebuah makam dengan nisan bertuliskan "ADINDA TRI HAPSARI"

Yulianti yang masih belum mengerti tentang pemakaman siapa yang ada di hadapannya segera menanyakan pada Adiyaksa.

"Ini makam siapa, Mas?" Tanya Yulianti. Sebelah tangannya memegang pundak Adiyaksa.

"Ini adalah makam istriku dan juga ibu dari Damar yang telah meninggal beberapa waktu yang lalu." Ucap Adiyaksa pelan. Kedua sorot matanya yang sendu tak lepas dari tempat pembaringan terakhir sang istri.

Adiyaksa lantas mengajak Yulianti duduk berjongkok di samping makam Adinda. "Sebenarnya, aku datang kesini karena aku ingin mengenalkan dirimu pada Adinda sebelum pernikahan kita dilaksanakan nanti sore."

Yulianti kini terdiam lama. Dirinya tak menyangka bahwa Adiyaksa akan membawanya ke tempat peristirahatan terakhir mendiang istrinya.

Kedua mata Yulianti kini berganti memandang pusara Adinda, tangannya terulur dan memegang pusara itu dan di rasakan perempuan itu, hatinya berdebar - debar.

"Selamat siang, mbak. Perkenalkan saya Yulianti dan saya adalah calon istri Mas Adiyaksa dan saya datang kemari karena saya meminta izin pada mbak untuk menjadi seorang istri dari Mas Adiyaksa dan juga ibu dari Damar."

Adiyaksa yang mendengar ucapan itu kini hatinya tiba - tiba tersentuh. Adiyaksa menganggap bahwa dirinya sangat beruntung menemukan sosok yang begitu mengerti.

Tangan Adiyaksa menyentuh punggung tangan Yulianti membuat perempuan itu terkejut dan menatapnya namun segera kembali menatap kembali pusara Adinda ketika Adiyaksa juga sama - sama menatap pusara Adinda.

"Kami di sini mau memberitahu padamu bahwa aku sudah menemukan calon yang tepat untukku dan juga untuk Damar, anak kita. Doakan saja dari sana agar semua urusan di sini lancar."

Angin seketika berhembus kencang dan mengenai wajah Adiyaksa dan juga Yulianti seakan itu adalah jawaban restu dari seorang Adinda yang kini sudah kembali pada penciptanya.

...Bersambung....

1
Andi Budiman
pembuka yang menarik
Sinchan1103: terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
LISA
Sedih bgt..baru nikah istrinya udh dipanggil Tuhan
LISA
Aq mampir Kak
Sinchan1103: terima kasih... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Rowan
Pokoknya ini cerita wajib banget dibaca sama semua orang!❤️
Matilda
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
Kiritsugu Emiya
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!