Demi cita-citanya untuk bisa kuliah di Jakarta, Sella menumpang tinggal di rumah sang kakak. Disya sang kakak selalu sibuk dengan rutinitasnya sebagai wanita karier. Dia meminta Sella untuk mengurus kebutuhan Bagaskara sang kakak ipar, menggantikan peranan sang kakak.
Seiringnya waktu rasa cinta hadir di antara Sella dan Bagaskara. Bagaskara merasa kagum dengan sosok Sella, di tengah kemelut rumah tangga dengan Disya. Hingga akhirnya kejadian di suatu malam, mengubah segalanya. Disya marah besar dan mengusir Sella dari rumahnya membuat hubungan Kakak dan Adik terputus.
Siapakah yang akan Bagas pilih? Ikuti kisah perjalanan cinta mereka dalam karya "Terjerat Pesona Sang Kakak Ipar."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perceraian Disya dengan Bagas
Akhirnya, waktu yang dinanti akhirnya tiba. Bahas tampak sumringah mendengar laporan dari sang pengacara, kalau pihak pengadilan langsung menyetujui gugatan cerai Bagas kepada Disya. Karena bukti perselingkuhan Disya, menguatkan dalam gugatan cerai Bagas kepada Disya.
"Alhamdulillah Ya Allah, engkau telah mengabulkan doa-doa aku. Tak ada lagi penghalang pernikahan kami," ucap Bagas.
Tentu saja Bagas tak ingin merayakan kebahagiaannya sendiri, dia berniat menjemput Sella ke kampus. Bagas ingin memberikan kejutan kepada Sella. Sebelum dirinya berangkat, Bagas berniat berpura-pura menghubungi Sella untuk menanyakan keberadaan Sella saat ini. Kini dirinya sudah berada di parkiran kampus.
"Oh, kamu masih di kampus? Belum pulang? Kamu selesai kuliah jam berapa?" tanya Bagas melalui sambungan telepon.
"Iya, aku masih di kampus. Baru saja selesai kuliahnya, tetapi aku mau makan dulu di kantin kampus. Setelah itu baru aku pulang. Kakak lagi apa?" ucap Sella. Bukannya menjawab, Bagas justru langsung mematikan panggilan dengan Sella. Bagas bergegas untuk segera masuk ke dalam kampus, mencari keberadaan Sella. Dia takut Sella sudah terlanjur memesan makanan.
Sella tampak mengumpat Bagas, merasa kesal dengan sikap seenaknya calon suaminya yang terkadang senang sekali membuat dirinya kesal. Namun, entah mengapa hal itu justru membuatnya kangen.
"Sella," panggil Bagas. Membuat sang pemilik nama menengok ke arah sumber suara.
Dari jauh Bagas sudah terlihat cengar-cengir seperti tak punya salah, padahal dirinya sudah membuat kekasihnya merasa kesal.
"Kok Kakak disini?" tanya Sella.
"Siapa Sel? Kenalin dong sama kita-kita," goda Sita dan Anggi.
"Kenalkan saya calon suaminya Sella. Salam kenal ya," ucap Bagas dengan percaya diri.
"Sella mainannya orang yang sudah mapan loh," sindir Susi yang saat itu mendengar juga. Membuat wajah Sella memerah menahan malu. Berbeda halnya dengan Irwan yang merasa tak suka melihat Bagas datang menghampiri Sella.
Bagas tahu, kalau Sella merasa malu karena mendengar sindiran dari temannya. Membuat Bagas merasa kasihan. Hingga akhirnya, dia langsung mengajak Sella untuk pulang.
"Bagus dong cari yang makan, memangnya kenyang makan cinta. Lebih baik sama yang usianya lebih tua, biasa lebih mengayomi dan tulus. Ayo sayang." Bagas sengaja menyahut ucapan Susi.
Bagas menggandeng tangan Sella keluar dari kampus dengan mesra. Sejak tadi wajah Sella terlihat di tekuk, karena ucapan Susi.
"Tak perlu dengar kata orang, yang akan menjalani hubungan itu aku sama kamu. Lagi pula dong cari yang mapan, memangnya kenyang makan cinta," ucap Bagas dan Sella menganggukkan kepalanya.
"Ingat, semua itu proses. Seperti halnya aku menjalani hubungan dengan kamu. Memulai semuanya dari awal. Meskipun dulu kita sudah dekat, tetapi status kita dulu 'kan berbeda. Kita harus belajar saling memahami dan mengerti. Jika ada hal yang kamu tak suka, lebih baik kamu ungkapan dari pada kamu simpan dalam hati yang nantinya akan timbul menjadi penyakit hati. Yang akan menimbulkan salah paham," jelas Bagas.
"Oh ya, kamu mau makan apa? Aku belum makan, sengaja ingin makan sama kamu," ujar Bagas.
Hingga akhirnya, pilihan mereka jatuh pada restoran ayam kriuk. Sudah lama mereka tak makan ayam kriuk. Bagas menyuruh Sella untuk duduk, dan dia yang akan mengantri.
"Semoga, perasaan kamu ke aku tak akan pernah berubah ya. Aku ingin kamu selalu seperti ini, mencintai aku dengan tulus," ucap Sella dalam hati. Matanya kini menatap ke arah Bagas yang sedang mengantri.
Bagas membawa satu buah nampan berisi dua paket nasi dan juga ayam, 2 gelas lemon tea, 1 buah french fries ukuran large, dan juga es cream sandesh strawberry. Bagas mempersilahkan Sella untuk makan. Sella mulai menikmati makanannya.
"Pelan-pelan makannya, aku tak akan meminta kok," ucap Bagas yang kini menyapu bibir Sella dengan tisu. Membuat wajah Sella memerah.
Dirinya dengan Bagas memang seperti langit dan bumi, memilih banyak perbedaan. Pernikahan menjadikan mereka untuk saling mengenal satu sama lain. Saling menghargai perbedaan pasangan.
"Sel, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu," ucap Bagas dengan wajah yang serius, membuat tubuh Sella menegang dan jantungnya berdegup kencang. Dia takut kalau akhirnya Bagas memutuskan untuk memutuskan hubungan mereka.
"Apa Kak?" tanya Sella. Wajahnya terlihat tegang, menunjukkan perasaan gugupnya.
"Aku dan Disya sudah resmi bercerai. Itu tandanya, kita bisa segera menikah. Tak ada penghalang hubungan kita lagi, rasanya aku sudah tak sabar menanti hari itu. Wajah Bagas terlihat berbinar-binar, dia tampak bahagia.
"Menikah?" Sella mengulang kata-kata menikah.
"Kenapa? Mengapa ekspresi wajah kamu terlihat tegang? Memangnya kamu tak suka, kalau kita segera menikah? Tenang saja, kau tak perlu khawatir! Mba kamu sudah menerimanya, dia tak mempermasalahkan lagi perceraian aku dengannya. Kau tahu? Justru dia adalah orang pertama yang memberi support kepada aku untuk segera menikahi kamu," ungkap Bagas.
"Lantas, kuliah aku gimana Kak? Masa sih aku harus cuti dulu nanti kalau aku hamil. Kakak 'kan sudah menginginkan punya anak," ujar Sella. Sedikit banyak Sella sudah mengetahui permasalahan masa lalu calon suaminya.
"Kita jalani saja ya! Aku akan selalu ada di samping kamu, kamu tak akan merasa hamil sendiri. Karena kamu berjuang untuk kebahagiaan kita," ucap Bagas dan Sella mengiyakan. Sella yakin kalau Bagas adalah laki-laki yang bertanggung jawab, yang akan selalu membuatnya bahagia.
"Aku punya satu permintaan, sebelum kita menikah," ungkap Sella.
"Katakanlah! Apapun itu, aku akan berusaha untuk mewujudkannya," ujar Bagas.
Sebelum mereka menikah, Sella ingin pulang ke Yogyakarta. Dia ingin meminta restu secara langsung kepada Kakak dan kedua orang tuanya. Kebetulan, besok dia sudah mulai libur kuliah. Kesempatan untuknya.
"Tentu saja aku setuju, aku juga ingin bertemu kedua orang tua kamu. Untuk membicarakan masalah pernikahan kita. Rencananya, kita akan menikah dimana. Kalau orang tua aku sih ikut saja, tak ada masalah," sahut Bagas.
"Kak, aku malu kalau kita menikah di rumah. Apa kata tetangga, mereka pasti mengumpat aku. Pasti dia mengira aku telah merebut Kakak dari Mba Disya. Rasanya aku tak sanggup menghadapi semua itu. Aku tak tahan mendengar sindiran orang-orang di kampung aku. Saat mereka tahu, aku menggantikan posisi Mba Disya," ungkap Sella. Bukan hal yang mudah bagi Sella berada di posisi seperti saat ini. Orang yang tak tahu permasalahan mereka, pasti mereka menganggap Sella sebagai pelakor.
"Nanti, kita coba bicarakan sama Bapak dan Ibu, bagaimana baiknya saja ya. Aku sih ikut saja apa kata kalian," ujar Bagas.
"Makasih ya Kak, sudah mencintai aku dengan tulus."
Sambil menunggu up, mampir yuk di karya author Rini Sya