Novel ini merupakan kelanjutan dari cerpen Gara-gara Nolongin Bos Galak versi horor komedih nggak pakai putar.
Rachel nggak akan menyangka kalau pertemuannya dengan bos garang bin gahar malam itu merupakan awal dari segala kesialan dalam hidupnya. Asisten Pribadi yang menjadi jabatan yang paling diincar dan diinginkan para ciwik-ciwik di kantor malah jatuh pada cewek cupu macam Rachel, tapi dengan syarat dia harus mengubah penampilannya. Daaaan atraksinya menyambung rambut di salon malah membuat Rachel terus-terusan di ganggu makhluk halus. Akankah Rachel bisa melepaskan diri dari jeratan teror makhluk tak kasat mata itu? we never know...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina aka dian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sindikat Setan Bodong
Mungkin karena situasi malam ini yang dingin ditambah badanku yang emang capek dan loyo, jadi gampang banget buat tidur.
Sreeeet...!
Sreeeet...!
Sekarang, aku ngerasa ada tangan yang ngebelai-belai sayang, bikin nyaman dan ngantuk lagi. Beuuh, enak banget di elus kayak gini.
Tapi belaian yang awalnya sangat lembut dan penuh perhatian itu, lama-lama kok makin kasar dan bahkan ada ujung kuku yang nusuk ke kulit kepalaku.
"Aaaawkjh...?! sakit tau..?!" aku mengusap rambutku yang membuat tanganku bersentuhan dengan tangan yang lain.
Belaian yang semula halus tapi sedikit menyakitkan kemudia berubah menjadi jambakan dan tusukan di batok kepalaku yang bunder kluwer kayak batok kelapa.
"Awwkkhh!" aku memekik untuk yang kedua kalinya.
Firasat udah kerasa nggak enak nih. Tapi masa iya sesuatu yang aku pikirin itu datang kesini? Tempat yang dibilang aman oleh Mas Liam.
Nggak lama setelah itu, ada lagi yang ngelus aku. Sekarang hiliran di jidat bukan di rambut. Nggak lembut tapi lumayan aja nggak nyakitin, dan disambung dengan suara seorang laki-laki yang manggil namaku berkali-kali.
"Rachel ... Rachel...!" suara itu memanggil dengan nada jauh dari kata lemah lembut apalagi perhatian.
Sekarang pipiku yang ditepokin sambil terus manggilin namaku lagi, "Rachel ... Racheel. Bangun Racheeeel, banguun...?!" ucapnya.
"Astaga, lama sekali buat orang ini sadar!" suara orang itu kedengeran lagi, kali ini ada sensasi ketusnya.
Masih ngantuk, tapi aku mencoba buat buka mata. Dan sosok gahar bin galak nongol gitu aja di depan muka ku. Mataku dan matanya bertemu dalam satu garis lurus, coba aja ambil busur, eh penggaris.
Saking lurus dan dekatnya berasa ada lagu pengiringnya 'mata yang paling
galak, hanya matamu .... uwuwuw' ya kira- kira seperti itu bunyinya dengan suara cempreng khas curut kejepit pintu.
"Sudah sadar? sudah puas melihat pahatan tuhan yang sangat sempurna? hem?" pak Raga memuji dirinya sendiri.
Aku cuma bisa ngangguk, "Eh, nggak!" aku spontan menggeleng.
"Maksud kamu, wajahku tidak sempurna?" tanya pak Raga.
"Iya, eh ... nggak?! sangat sempurnaaah padukaa," ucapku setengah blank.
"Sudah ku duga! karena kamu sudah sadar kita pergi dari tempat ini!" perintah pak Raga.
Aku mencoba buat bangun, tapi aku rasanya lemes. Aku yang lagi dengan sepenuh jiwa dan tekad nuat bangun dari posisi rebahan, di dorong jidatnya pakai telunjuk pak Raga.
"Tapi, tunggu..." ucapnya.
"Kenapa kamu bisa di dalam rumah ini? bagaimana bisa? apa sedekat itu kamu dengan Liam? hem?" cecar pak Raga.
"Hem, bisa, Pak..."
"Ya kenapa bisa? apa kalian dulu sangat dekat? sampai pasword rumah ini saja kamu bisa tau?!" pak Raga nanya lagi.
Duh kepriben kiye Gusti, urang teh kudu kumaha jelaskeun kalau urang teh bisa melihat Liam secara nyata?
"Jadi ini pagi atau malam, Pak?" aku bingung.
"Ini tengah malam, dan kamu sudah tidur seharian!" pak Raga jutek.
"Kalau sudah merasa lebih baik, kita pergi dari sini," ucap pak Raga.
"Pak, sebentar. Ehm, tunggu dulu..." aku memegang lengan. Mata elangnya melihat ke arah tanganku nemplok.
"Ehm, maaf, sengaja..." kataku yang melepaskan tangan dari dirinyaah.
"Berarti ini beneran rumahnya mas Liam?"
"Ya. Dan kamu main nyelonong masuk dan bikin geger pelayan yang rutin datang kemari. Katanya ada penyusup yang datang ke kamarnya Liam. Menyebalkannya setelah di cek, ternyata orang itu ditemukan dalam keadaan pingsan!" jelas pak Raga.
"Maksudnya saya yang pingsan, Pak?"
"Memangnya penyusup di rumah ini ada lagi selain kamu?" pak Raga ketus.
"Ya ampuun saya jangan dimarahin terus, Pak. Saya baru sadar, loh..." aku lemes sambil pegangin kepala.
Akhirnya aku nurut ikut pak Raga keluar dari rumah mas Liam. Tapi anehnya, aku nggak liat mas Liam semenjak aku buka mata.
Mobil pak Raga nggak tau menuju kemana, yang jelas pikiranku lagi mengawang.
"Pak Raga," aku nengok ke bos.
"Hemmm..."
"Semalam saya ketemu sama----" dan cas cis cus aku jelasin kalau aku ketemu sama pemilik rambut yang disambungin ke aku.
Udah bisa ditebak lah ya, pak Raga mana percaya sama omonganku yang biasa dia bilang ngawur dan ngelantur.
"Lagi pula, kenapa kamu sambung rambut punya orang yang sudah mati? kamu mau melakukan pesugihan atau bagaimana?" tanggapan pak Raga.
"Saya mana tau ini rambut orang yang udah metong, Pak. Kan bapak yang minta saya rambutnya dipanjangin. Semua ini salah Bapak, kalau Pak Raga tidak menyuruh saya untuk mengubah penampilan rambut, pasti saya tidak akan diganggu makhluk halus, Pak. Pokoknya saya mau potong rambut ini, saya mau balikin ke yang punya..." aku merepeeet.
Pak Raga nggak ngejawab.
"Pak, saya mau balikin rambut ini...?!" aku agak ngegas.
"Ya sudah, balikin ya tinggal balikin?!! Kenapa harus saya yang repot?!" sahut pak Raga.
Deeuh, pengen banget aku ngejambak rambutnya pak Raga. Nyebelin banget nih orang satu. Semua ini nggak akan terjadi kalau dia nggak minta yang aneh-aneh, ada segala rambut disuruh panjang dalam waktu singkat, emang lu kira kita bisa sulapan adakadabra?
"Jangan berlindung dibalik alasan kalau rambut kamu itu punya orang meninggal, jika kamu mau memotongnya dan kembali ke tampilan awal," kata pak Raga.
"Ya ampun, Pak...?! Coba aja Bapak diteror setan terus-terusan, pasti kesel juga lama-lama,"
Pak Raga menepikan mobilnya di tempat yang gelap dan sunyi.
"Dengar ya, Rachel. Orang yang sudah meninggal ya ada di dalam liang kubur, mereka nggak gentayangan seperti apa yang kamu bilang! Jadi stop bilang kalau kamu ketemu Liam, dan----"
"Dan itu ada setan di depan mobil kita, Paaaaaaaaakkkk?!!" aku menunjuk arah depan.
Ya pemilik asli rambutku ini berdiri di depan mobil kita.
"Ck, setan bodong seperti itu aja kamu takut?!!" pak Raga buka sabuk pengamannya.
"Pak, pak Raga mau kemana?"
"Sini biar aku tunjukkan bagaimana menyingkirkan sindikat setan bodong seperti ini!" pak Raga menggukung kemejanya sebatas siku lalu dia keluar dari mobil.
"Jiwa Ragakuu lagi cari masalah baru nih, pocong mau dilawan?" aku ikutan keluar.
"Pak Ragaaaaaa...!" aku teriak.
Pak Raga cuma nunjukin telapak tangannya, nyuruh aku buat diam ditempat.
Dia pasang kuda-kudaa.
Lalu pak Raga muter nunjukin jurus silatnya.
Daaaaaannn...
Seeeeett!!!!
Dia bil dompet di saku belakangnya dan ngasih uang lembaran seratus ribuan.
Dan..
Plakk!
Pak Raga tempelin duit itu ke jidat si pocong.
Si ochong tadi dia manggut-manggut sambil bilang, "Makasiiiihh,"
Dia kibasin tangannya, "Sana pergi?!" ucapnya enteng.
Pak Raga masukin kembali dompetnya, dan berbalik berjalan mendekat ke arah mobil, "Ayo masuuuk!"
Sedangkan aku masih melongo melihat apa yang dilakukan bos gendengku tadi.
"Ck, ck, dia bisa membedakan mana setan beneran dan mana yang bukan," aku mendadak kagum sama pak Raga.
