Azalea Nazira Al-Basyir, wanita yang berjiwa bebas dan tak kenal basa-basi, sering kali membuat orang-orang di sekitarnya kewalahan menghadapi kelakuannya.
Berbeda jauh dengan Zehaan Akbar Al-Asshofi, pemuda 25 tahun yang berasal dari keluarga terpandang dan merupakan pewaris pondok pesantren Darunnajah.
Suatu malam tahun baru di Bandung, Zehaan mengalami kejadian yang di luar dugaannya. Ia dijebak oleh teman sendiri dan tanpa sadar terlibat dalam sebuah insiden yang mengubah hidupnya dan hidup Azalea. Peristiwa itu membawa aib besar bagi keluarga Zehaan.
Zehaan tak sengaja melecehkan seorang wanita yang tak lain adalah Azalea. Akibat kejadian itu Azalea harus menerima perawatan pisikologi dan Zehaan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan dihukum cambuk dan dinikahkan dengan Azalea untuk menghilangkan aib keluarga tanpa sepengetahuan Azalea.
Apa reaksi Azalea saat mengetahui jika dirinya sudah 1 tahun menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Lea merasakan tungkainya lemas. Ini adalah kedua kalinya dia mendengar kalimat yang sama dan dari orang yang sama dengan jarak waktu tidak jauh berbeda.
Lea menatap serius wajah Gus-nya. Apakah itu benar? Namun wajah Zheaan menunjukkan ke seriusan membuat Lea merasa yakin bahwa apa yang dikatakan Zheaan benar-benar hal yang sebenarnya.
"Lea tidak percaya. Tidak mungkin. Lea tidak pernah menikah, Gus bohong ke Lea," ucap Lea dengan suara serak.
"Apa yang saya katakan itu adalah kenyataannya Lea. Kamu mungkin tidak bisa menerima itu dengan cepat."
"Tapi bagaimana mungkin Gus? Lea tidak pernah menikah!!! Lea sadar selama ini dan Lea tidak pernah menikah!! Gus jangan mau membodohi Lea," ucap Lea dengan suara pelan.
"Saya tidak membodohi kamu Azalea. Apa yang dikatakan saya itu benar. Kamu tau siapa orang yang menodai kamu? Itu saya Azalea!! Maafkan saya, dan karena itu saya menikahi kamu ketika kamu pada saat itu sedang dirawat. Kamu memang tidak tahu tapi teman-teman kamu dan orangtua kamu mengetahui semuanya!"
Air mata Lea jatuh. Dia menatap ke arah dapur. Jadi ibunya selama ini tahu tapi menyembunyikan dari dirinya. Tapi jika Zheaan yang benar sungguh di luar logika.
"Saya tidak percaya."
"Apa yang dikatakan oleh Gus itu benar Lea. Maafkan Bunda tidak memberitahukan kamu Lea."
Lea memandang orangtunya yang sedang berjalan ke arahnya. Lea tak kuasa menahan tangisnya. Dia merasa sangat kecewa.
"Kenapa kalian jahat menyembunyikan dari Lea?"
"Ki tidak ingin kamu kenapa-kenapa saat mengetahui sudah menikah dengan orang yang paling kamu benci."
Lea menatap Zheaan dan tersenyum pahit.
"Kamu jahat Gus. Lea tidak menyangka jika itu Gus. Lea dipermalukan karena Gus!"
Lea berlari ke kamarnya. Zheaan mengejar Lea dan menahan tangan cewek itu.
"Saya mohon dengarkan penjelasan dari kami. Saya tidak ingin ada keslalah pahaman di antara kita Lea."
"Apa yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas? Kamu kan yang lecehin Lea? Kenapa Gus tidak dipenjara? Hah? Kenapa? Lea selama ini menanggung rasa ketakutan dan Gus masih berkeliaran di sini. Sungguh tidak adil untuk Lea!!'
Lea mendorong tubuh Zheaan dengan kasar.
"Lea benci kalian semua!"
Air mata Lea turun dengan deras. Rasa rapuh itu menggelogoti perasaan Lea.
"Saya tahu kamu membenci saya. Tapi kamu jangan benci orangtua kamu Lea."
Lea memandang bundanya. Kenapa sakit sekali? Lea tidak percaya tatkala menatap wajah ibunya yang polos. Wajah polos itu sudah membohongi dirinya dengan sangat dalam.
"Aku tidak akan membenci keluargaku sendiri jika bukan karena Gus."
Zheaan terdiam membisu. Itu artinya dia sudah membawa dampak yang sangat buruk untuk keluarga Lea.
Zheaan menatap Bunda Hana dengan perasaan sangat bersalah.
"Bunda maafkan saya, karena saya Bunda jadi dibenci oleh Lea."
Bunda Hana malah kasian dengan Zheaan yang menjadi serba salah.
"Lea duduklah di sini sebentar."
"Ngapain Lea dengerin yang semuanya udah jelas juga kok."
"Lea mendengarkan pendapat orang lain juga perlu. Jangan memandang dengan hanya satu sisi," pinta bunda Hana pada Lea.
Lea diam dan tidak bis menjawab ibunya. Wanita itu pun patuh dan duduk terlebih dahulu di sofa.
"Cepat katakan."
"Jangan begitu sama Gus sayang. Dia adalah suami kamu. Ayah memutuskan menikahkan kamu dengan Gus karena ingin membersihkan nama baik keuda keluarga. Selain itu Ayah memang pernah berjanji ingin menikahkan kalian dulu. Selain itu Zheaan sudah menerima hukuman yang setimpal dengan ia Nak. Kamu tenang saja, Zheaan sudah mendapatkan hukuman cambuk."
Wajah Lea sudah cukup mewakilkan perasannya. Dia langsung memandang wajah Zheaan sambil meremas tangannya.
"Itu benar Gus?"
Zheaan menunduk lalu mengangguk. Lea mencelos dan dia tidak tahu harus mengatakan apa saking kagetnya dengan sebuah fakta yang baru terkuak sekarang.
"Maafkan saya." Lea pernah dihukum dengan bambu kecil dan sangat kecil sebanyak lima puluh kali.
Itu saja sakitnya minta ampun apalagi Zheaan tangan dicambuk hingga seratus.
"Lea tidak apa-apa. Cukup kamu bis menerima saya dengan baik saya sudah senang Lea."
Lea menatap Zheaan dengan perasaan terharu. Benarkah pria yang ada di depannya ini merupakan suaminya?
Lea merasa apa yang tengah dijalaninya ini sebuah mimpi. Mana mungkin seorang Azalea memiliki suami seperti Zheaan yang sangat sempurna.
Lea hanyalah wanita nakal dan barbar tidak pantas untuk mendapatkan orang yang alim.
"Yang menjadi kekhawatiran saya adalah apakah Gus terima memiliki istri seperti saya. Saya tidak seagamis Nia. Dan Lea juga tidak sebentar orang-orang yang ada di pondok pesantren itu. Lea rasa juga Lea sudah sangat jauh dengan tipe Gus."
"Ketika saya telah mengucapkan ijab Kabul maka tipe saya adalah kamu Azalea. Kamu tidak perlu khawatir, karena saya hanya ingin kamu yang jadi istri saya," ucap Zheaan mantap di depan ibu Lea. Bunda Hana tersenyum melihat betapa berwibawa Zheaan mengucapkan kalimat cintanya di depan wanita yang dicintainya.
Lea merasakan wajahnya bersemu merah. Dia salting dengan kata-kata Zheaan.
"Saya tidak percaya Gus."
"Lea, kamu tidak percaya dengan Gus mu sendiri?"
"Eh ada Bunda."
"Kamu ini sampe lupa ada Bunda di sini," ucap bunda Hana pura-pura merajuk.
"Maaf Bunda."
"Sekarang Bunda tanya apakah kamu ada perasaan dengan Zheaan."
Lea terpaku tidak bisa menjawab pertanyaan ibunya itu. Cewek itu menundukkan kepala karena dia tidak ingin mengutarakan perasaannya. Belum siap, lagian juga Zheaan sudah menjadi suaminya.
___________
Lea menatap Zheaan dengan perasaan tidak enak. Malam ini Zheaan menginap di rumah Lea dan sudah pasti sebagai pasangan suami istri mereka harus tidur sekamar.
Memang mereka sebelumnya sudah pernah tidur bersama tetapi saat ini dengan status berbeda dan Lea sangat malu.
"Kenapa kamu masih di sana. Ayo di sini tidur."
"Gus tidak apa-apa? Kamar Lea berantakan gini."
Zheaan memperhatikan kamar Lea dan menarik napas panjang. Memang hatinya sangat cemburu niat pajangan foto arti Korea yang ada di mana-mana.
"Nanti lain kali saya tidak ingin melihat kamar kamu seperti ini. Harus dipenuhi dengan foto saya. Saya gak kalah ganteng, 'kan?"
"Enggak. Gus itu ganteng banget," ucap Lea gercap.
"Terimakasih. Saya memang ganteng," ucap Zheaan dengan pedenya.
"Gak papa kan yah Lea cuman mau nyenangin hati Gus."
"Kamu jangan begitu Lea. Awas kamu yah," ucap Zheaan dan menatap mata Lea dengan tajam.
Seketika Lea sadar bahwa pasangan suami istri itu bukannya harus melakukan hubungan seperti itu.
Bulu kuduk Lea merinding.
"Gus. Gak lakuin itu kan?"
"Itu apa?"
"Itu lho. Pasangan suami istri."
Zheaan menatap wajah Lea dengan sangat serius.
"Saya tidak akan melakukan itu jika kamu belum siap. Saya juga belum siap Lea."
"Alhamdulillah," syukur Lea.dia kira malam ini bakal di unboxing. Oh tidak Lea sangat malu membayangkannya.
"Jangan aneh-aneh mending kamu sholat."
"Malas."
"Astaghfirullah tidak boleh gitu."
"Lea sudah sholat wajib. Pasti yang disuruh sama Gus itu adalah shat sunah kan?" Lea memicingkan matanya memastikan jawaban yang ia duga itu adalah benar.
"Ya."
"Kalau begitu kalau kamu gak mau saya saja."
"Ya silakan."
Zheaan pun ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Lea menunggu di luar sambil menonton.
Zheaan tersenyum melihat
Istrinya sedang rebahan sambil menonton TV .
"Lea!"
"Hm."
"Yakin tidak mau sholat sama saya?"
"Gak dulu," ucap Lea lalu menarik napas panjang.
Lea membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat penampilan Zheaan benar-benar mas kulin.
Zheaan tampak mempesona dengan rambutnya yang basah jatuh ke depan dan menutupi sebagian keningnya.
"MasyaAllah kali laki gue, Allah emang lagi baik sama gue makannya dikasih laki kaya gini," ucap Lea pelan.
"Yasudah saya sholat dulu."
Zheaan menghamparkan sajadah. Sementara Lea dari tadi tidak bisa melepaskan pandangan dari Zheaan.
"Kenapa gue bisa dapatin orang kaya Gus? Mana gebetan lagu. Betapa bahagianya gue," ujar Lea dan menggigit jari.
Dia terus memperhatikan bagaimana Zheaan sholat hingga Zheaan pun kelar melakukan ibadah sunat.
Dia menoleh ke Lea dan alhasil Lea pun gugup karena ketangkap basah sedang memperhatikan Zheaan dari tadi.
"Maaf Gus."
"Tidak apa-apa. Kamu berhak menatap saya seperti itu," ucap Zheaan dan memandang mata Lea. "Bentar saya doa dulu.
أَصْلِحْ أُمُوْرِيْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ زَوْجَتِيْ، وَأَظْهِرْ مَحَاسِنِيْ لِزَوْجَتِيْ، وَأَظْهِرْ مَحَاسِنَهَا لِيْ، وَاسْتُرْ عُيُوْبِيْ عَنْهَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَهَا عَنِّيْ.
Artinya: Ya Allah, perbaiki segala urusan antara aku dengan istriku, tampakkan kebaikanku padanya dan tampakkan kebaikannya padaku, tutupilah segala aibku darinya dan tutuplah segala aibnya dariku."
"Aamiin!" sahut Lea dan Zheaan tersenyum mendengar sahutan dari Lea. Dia memandang wanita itu dak menyodorkan tangannya agar Lea memberikan salam.
Lea meraih tangan Zheaan dan mencium punggung tangan Zheaan. Berapa bahagianya Zheaan berada di situasi semacam ini.
Lea mendekat dengan Zheaan dan Zheaan langsung merebahkan kepalanya di pangkuan Lea.
"Tidak apa-apa saya rebahan di sini?"
"Tidak apa-apa," ujar Lea sambil menatap wajah Zheaan.
Lea teridam melihat fitur wajah itu yang sangat sempurna. Dengan tangan sedikit bergetar Lea menyentuh wajah Zheaan, kening, mata hidung, pipi, bibir.
"Gus ganteng banget.'
"Benar? Jadi di mata kamu saya ganteng?"
"Tentu di mata saya Gus memang sangat ganteng," ucap Lea dengan sungguh-sungguh.
Zheaan menatap Lea. Dia tersenyum dan menyentuh wajah Lea. Ini kali pertamanya menyentuh wajah selembut sutra itu.
"Kamu juga cantik banget. Saya suka dengan kamu."
"Gus sejak kapan suka dengan Lea?"
"Sudah saya katakan sejak saya mengucapkan kalimat ijab Kabul."
Lea mengangguk puas dengan jawaban Zheaan. Tangan kedua insan itu bertaut.
"Terimakasih sudah menjawab pertanyaan Lea Gus."
"Kenapa berterimakasih?" tanya Zheaan. "Oh iya Lea maafkan saya belum bisa mengambil hati kamu."
"Tidak apa-apa, seharusnya Lea yang minta maaf karena belum bisa mengatakan perasaan Lea bagaimana."
_________
Tbc
Jangan lupa like dan komen setelah membaca