NovelToon NovelToon
Petualangan Danu

Petualangan Danu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan
Popularitas:917
Nilai: 5
Nama Author: mengare

Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.

itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.

Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Pertama

Danu dan Tuan Senja telah di depan pintu rumah Klara, keramaian yang mereka telah buat telah reda sejak mereka tertegun dengan kekayaan keluarga Klara.

Saat ini keduanya sedang berdiri dengan canggung di depan pintu rumah itu.

Danu menarik ujung baju ayahnya, memberikan isyarat untuk segera mengetuk pintu. Tn. Senja menghela nafas sejenak dan mengetuk pintu perlahan, mencoba untuk tidak mengganggu pemilik rumah.

Danu yang ada di sampingnya justru merasa canggung. Dalam batinnya dia mengeluh. "Aduh, bapak ini. Kalau ketukannya sekecil mana kedengaran." Sementara Tn. Senja sendiri sedang berkonflik di dalam pikirannya sendiri.

"Padahal aku sudah pernah lihat yang lebih tapi kok canggung ya.

Apa aku yang terlalu lama di desa ya?

Atau karena terlalu lama hidup melarat?"

Danu mencoba menarik kembali ujung baju ayahnya dengan lebih kuat, tapi ayahnya tidak respon. Pada akhirnya, Danu sendiri yang mengetuk pintu sebelum sempat menyentuhnya.

Prank!!

Tn. Senja dan Danu sangat kaget mendengar suara benda pecah tersebut. Mereka saling pandang dan bertanya-tanya tentang opa yang terjadi di balik pintu itu.

Tn. Senja agak mengeraskan suaranya untuk meminta izin pada orang yang ada di dalam. "Permisi.., saya Tuan Senja. Saya datang bersama anak saya. Boleh kami masuk."

Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan menampakkan Ny. Vivi yang terlihat agak panik sambil membuka pintu perlahan, melihat dengan seksama, dan memastikan identitas orang yang datang.

Tn. Senja yang melihatnya segera menunduk dan memberi salam, sambil memaksa Danu untuk ikut menunduk bersamanya.

Ny. Vivi sempat khawatir dan menghela nafas lega saat tahu kalau datang adalah Tn. Senja dan anaknya.

Ny. Vivi mempersilahkan Tn. Senja dan Danu untuk masuk, suaranya terdengar agak kaku. "Silahkan masuk. Suami saya sedang beres-beres di dalam, silahkan duduk dulu."

    Mereka duduk di ruang tamu yang memiliki lebar sekitar 8 kali 5 meter pda sebuah sofa dari kulit yang empuk.

    Ny. Vivi menuangkan secangkir teh pada Danu dan Tn. Senja, duduk dengan anggun di depan mereka untuk menjamu mereka sambil menunggu suaminya selesai dari kesibukan nya.

    Dia bertanya. "Jadi, apa ada yang bisa kami bantu untuk Tuan Senja, sang pelindung desa?"

    Tuan Senja menjawab dengan agak canggung. "Tidak-tidak, Anda terlalu berlebihan. Saya hanya warga biasa di desa ini, dan kedatangan saya ke sini sebagai orang tua dari Danu."

    Ny. Vivi menyeruput teh nya, melirik Danu dengan seksama.

    "Kami ingin mengucapkan terima kasih atas pemberian kalian sebelumnya." Sambung Tuan Senja

   "Pemberian? Pemberian apa ya, yang anda maksud?" Tanya Ny. Vivi setelah meletakkan cangkir teh nya.

     Tn. Senja tersenyum, menjawab. "Oh itu, kotak berisikan daging ikan dan nasi yang kemarin anak kami terima."

     setelah beberapa perbincangan ringan, Tuan Daniel datang dan berjabat tangan dengan Tuan Senja. Namun, saat Tuan Senja ingin pamit pergi dan menyerahkan sebuah kotak kecil berisi beberapa tanaman herbal, Tuan Daniel mencegahnya. Dia mengajak Tuan Senja duduk lebih lama untuk membahas sesuatu yang penting. Tuan Daniel memanggil putrinya dan menyuruhnya untuk menemani Danu berjalan-jalan.

"Klara, kamu pergi temani Danu bermain di sekitar rumah sebentar. Ada yang perlu papa bicarakan dengan Tuan Senja." pintanya.

Klara mengangguk, berjalan perlahan, menghampiri Danu dengan wajah agak tersipu

Tuan Senja duduk kembali bersama Tuan Daniel dan menyuruh Danu untuk tidak membuat masalah selama bersama Klara.

...

Di halaman belakang rumah Klara,

Terdapat sebuah lapangan yang cukup luas, taman bunga, dan gudang yang cukup besar.

Danu cukup kagum dengan apa yang dilihatnya. Dia belum pernah melihat orang di desanya yang memiliki kekayaan sebesar keluarga Klara.

"Wah.. Apa yang harus aku katakan" batin Klara, kebingungan karena mereka hanya diam saja sejak tadi.

Dia melirik ke arah Danu yang terus memandang ke sekitarnya sampai mereka di tempat latihan Klara.

Klara meremas ujung pakaiannya, dia bisa merasakan jantungnya berdegup kencang karena rasa malu dan gugup.

"A-nu." Klara mencoba untuk membuka pembicaraan tapi hanya kata itulah yang keluar dari mulutnya.

Danu menoleh ke arah Klara.

"Kamu mengatakan sesuatu?" tanya Danu, memastikan.

Klara menggelengkan kepala, wajahnya semakin memerah. Klara benar-benar gugup sampai tidak bisa memikirkan apa-apa. Dia berjalan dengan kaku, berusaha untuk memalingkan wajah dari Danu.

Danu melangkah ke depan, mencoba untuk melihat wajah yang kemerahan.

"hei wajahmu kok merah? kamu sakit ya?" tanya Danu, penasaran.

"Ti tidak, Klara gak apa-apa " jawab Klara, masih memalingkan muka.

"Kalau sakit tidak perlu memaksakan diri, aku bisa jalan-jalan sendiri kok."

Klara diam hingga rasa malunya agak mereda bersamaan dengan memudar nya kemerahan pada wajahnya, tapi tetap berusaha untuk tidak berkontak mata langsung dengan Danu meski Danu mencoba untuk bertatap muka langsung dengannya.

"Kamu tidak suka aku di sini ya?" tanya Danu, merasa kalau kehadirannya tidak di inginkan.

kelopak mata Klara melebar seketika, dia terkejut dengan pertanyaan Danu dan merasa bersalah. Dengan gugup, Klara menjelaskan. "A aku tidak me merasa ka-kamu mengganggu kok, a aku cuma.."

Kalimat Klara terhenti, wajahnya menunjukkan kalau ada banyak hal yang pikirannya, remasan pada ujung pakaiannya semakin kuat, dengan pandangan mata tidak menentu arahnya.

"cuma apa?" tanya Danu.

Klara menatap Danu dengan mata memelas. "Aku takut, kamu membenciku karena warna rambut ku."

"ha?" Danu seolah percaya dengan apa yang didengarnya.

"Habisnya, tidak ada yang mau berteman dengan ku. Mereka bilang rambutku berwarna merah, seperti warna darah. Jadi, aku selalu sendirian." Jawab Klara, kepalanya agak menunduk.

Danu menghela nafas. "Dengar ya, rambut kamu indah kok. Kenapa kamu harus mendengarkan orang gak penting sih?!"

Klara menatap langsung mata Danu untuk memastikan kalau Danu tidak berbohong. Meski Danu merasa canggung karenanya, tapi Danu berusaha tetap tenang dan melanjutkan perkataannya. "Mereka pasti bodoh, masak gadis lemah seperti kamu harus ditakuti sih, memangnya kamu perna ganggu orang?"

Entah mengapa, meski perkataan Danu terdengar sarkas, meski Klara kurang suka dengan perkataan Danu kalau dia lemah tapi dia justru merasa senang jauh di dalam hatinya.

Untuk pertama kalinya, ada orang selain ke dua orang tuanya mau menerima perbedaan dirinya.

Klara benar-benar merasa bahagia, hingga tak terasa ada sesuatu yang hangat mengalir di pipinya.

Saat dia mengusap pipinya, dia sadar kalau dia sedang melinangkan air mata. Danu sempat terdiam sesaat, kemudian menjadi panik saat melihat Klara menangis.

"Lo loh, kok malah nangis?

Hei, kamu gak apa-apa kan?

Aduh jangan nangis dong! Nanti malah ada yang salah faham."

Danu berusaha menenangkannya dengan panik tapi tangisan Klara semakin menjadi.

"ha.. Hiks hiks.. Hiks" Klara berusaha untuk tidak menangis tapi dia tidak dapat menahannya.

"hei namamu Klara kan? lihat aku!" perintah Danu dengan lembut, "hei, aku minta maaf kalau aku bilang kamu lemah, jadi jangan menangis, oke."

Tangisan Klara agak mereda, tapi masih terisak meski reda perlahan.

"Oke, aku salah, jadi aku minta maaf."

Danu berfikir dalam hati. "Kata bapak, kalau melakukan kesalahan aku harus tanggung jawab, tapi kalau membuat gadis menangis tanggung jawabnya bagaimana?

Terserah dia aja deh"

"jadi, kamu mau apa sekarang?" tanya Danu.

Klara mengajukan jari kelingkingnya

"kamu janji ya. Mau jadi teman ku."

Danu tampak bingung saat melihat Klara mengajukan jari kelingkingnya. Dia mengangkat tangan kanannya dan berjanji "iya, aku janji mau jadi teman kamu."

Danu sudah berjanji tapi Klara tetap menunggu Danu untuk saling mengaitkan jari kelingking, sementara Danu tidak tahu harus bagaimana.

"Aku sudah janji tapi kenapa dia masih masang wajah seperti itu sih?" keluh Danu dalam hati karena Klara terlihat ingin menangis kembali.

Akhirnya, Danu mencoba meniru Klara, mengajukan jari kelingking lalu Klara mengaitkan jari kelingking mereka dan tersenyum.

"janji ya~?"

"iya Janji"

Danu merasa sedang dipermainkan.

....

Setelah perbincangan antara Tuan Senja dan Tuan Daniel selesai, mereka berjalan ke halaman belakang untuk melihat Klara dan Danu.

Mereka merasa senang saat melihat Danu yang pasrah saat Klara memasangkan sebuah mahkota dari bunga padanya.

Tuan Senja sampai di tertawa karenanya.

Danu segera melepas mahkota bunga itu saat mendengar tawa ayahnya dan mengembalikannya pada Klara dia pergi dengan segera, mendahului ayahnya pergi pulang tanpa pamit terlebih dahulu.

"Hei mau kemana? Pamit dulu! Danu." tegur ayahnya.

Tuan Daniel berpamitan dan pergi menyusul Danu.

....

Pada malam harinya,

Klara memandang ke luar jendela, melihat bintang-bintang yang bersinar di langit.

Dia mengingat kembali apa yang terjadi setelah dia menangis.

beberapa menit sebelum Tuan Daniel dan Tuan Senja datang,

Danu menyadari kalau Klara jauh lebih pendek darinya, tepatnya Klara setinggi bahunya.

"Klara berapa usia mu?"

Klara menjawab. "sembilan tahun" dengan suara yang lembut sambil meluruskan sembilan jarinya.

"Jadi, kita terpaut tiga tahun, ya. Kalau begitu panggil aku kakak. Mengerti?"

Klara mengangguk, menyanggupi permintaan Danu.

setelah mengingatnya kembali, Klara tersenyum tanpa sadar dan mencoba mengucapkan panggilan itu

"Kakak Danu"

1
Mengare
kadang aku lupa ngasih kata tidak pada tulisan ku😅
Mengare
terima kasih, maaf kemarin aku ada urusan di real life jadi gak sempat nulis
Cleopatra
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
Tsubasa Oozora
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
Mengare: makasih dah komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!