Maura Putri Wijaya, gadis cantik berusia 20 tahun. Putri tunggal dari pengusaha terkenal nan kaya raya, Elgar Wijaya dan Amira Talitha.
Namun, hidup Maura kesepian karena kedua orang tua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Membuat Maura terbawa arus hingga memutuskan menjadi seorang sugar baby dari seorang pria tampan yang usia nya jauh di atasnya.
Daniash Anggara Kim, pria dewasa yang berhasil menjadikan Maura baby nya, bahkan mereka menghabiskan banyak malam bersama. Daniash pria beristrikan seorang artis bernama Herra Yuliana, mereka menikah karena perjodohan.
Apa yang terjadi ketika orang tua Daniash mengetahui kelakuan putra nya dengan gadis lain? Sedangkan mereka tau kalau hubungan rumah tangga keduanya baik-baik saja?
"Aku lelah dengan keadaan aku saat ini, bisakah aku menyerah, Dad?"
"Tidak, aku yang akan memberikan semua nya untukmu. Menjadikan mu gadis paling beruntung!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 - Bertemu Daddy
Keesokan pagi nya, Aryo berpamitan untuk pergi bekerja, sedangkan Nayna masih betah bergulung dalam balutan selimut tebal nya, karena dia masuk siang itu pun hanya satu kelas.
"Daddy kerja dulu ya, Bby."
"Iya Dad, maaf gak nyiapin keperluan Daddy."
"Gapapa baby, tidur aja." Jawab Aryo, dia mengusap rambut Nayna dengan lembut lalu pergi dari apartemen untuk menjemput bos nya.
Di rumah, Daniash sudah siap dengan setelan kerja nya, kemeja berwarna biru langit yang di balut dengan jas mahal berwarna navy. Tapi dia belum bisa berangkat, karena mobilnya di pakai oleh Aryo, jadi dia akan menunggu sekretaris nya menjemput saja.
Herra keluar dari kamar nya dengan sebelah tangan yang menarik koper hitam besar miliknya, langkah nya yang anggun di tunjang dengan proporsi tubuh yang ideal bak model, membuat wanita itu nampak sempurna. Tapi kenyataan nya terbalik, sifat wanita itu jauh dari kata sempurna.
"Aku akan pergi selama satu minggu, syuting drama."
"Pergilah, kalau tak kembali juga aku tak keberatan." Jawab Daniash acuh, tatapan mata nya fokus menatap layar ponsel yang menyala.
"Jangan lupa untuk mentransfer uang bulanan."
"Aku sudah melakukan nya kemarin!" Daniash menyahuti ucapan istrinya tanpa mau menatap nya sedetik pun. Dia terlanjur muak melihat wanita itu.
"Baguslah, kalau begitu aku pergi dulu." Herra melenggang keluar dari rumah besar itu dengan menyeret koper nya, tanpa peduli pada suaminya.
"Pergilah, kalau bisa pergi yang jauh dan jangan kembali. Dengan begitu aku akan jadi duda tanpa harus repot-repot menceraikan mu." Gumam Daniash. Dia memasukan ponsel ke dalam saku celana nya, lalu keluar dari rumah besar nya dengan langkah tegap seperti biasa.
"Selamat pagi Tuan.." sapa Aryo, dia sudah membukakan pintu untuk sang tuan. Daniash memang selalu memilih duduk di depan, di samping Aryo dari pada duduk di belakang.
"Pagi.." balas Daniash, datar seperti biasanya.
Daniash masuk dan memasang seatbelt nya, dia duduk dengan nyaman. Sesekali melirik ke arah jalan raya yang nampak ramai, karena waktu jam kerja. Biasanya suka macet cukup lama.
"Seperti nya akan sedikit terlambat tuan, macet."
"Tak apa, Ar." Jawab Daniash tanpa menatap sekretaris nya barang sedetik pun.
"Tuan, untuk masalah baby yang tuan perintahkan kemarin, teman gadis saya bersedia menjadi baby anda."
"Maksudmu?" Tanya Daniash datar.
"Namanya Maura, usia nya setahun lebih muda dari Nayna, baby saya."
"Apa dia bersih, utuh?" Tanya Daniash lagi, tanpa menatap ke arah Aryo sama sekali. Tatapan pria itu lurus ke depan, entah ada di depan hingga pria itu begitu betah menatap ke depan. Mungkin melihat masa depan kali ya, begitulah isi pikiran Aryo.
"Nayna mengatakan kalau Maura belum pernah berpacaran sekali pun, jadi bisa di pastikan kalau Maura masih bersih seperti yang anda minta." Jelas Aryo.
"Kapan aku bisa menemui nya?"
"Nanti malam?" Tawar Aryo, dia melirik ke arah sang tuan yang masih menunjukan ekspresi datar nya.
"Kau atur saja waktunya."
"Baik tuan, nanti tempat dan waktu nya saya diskusikan dulu dengan Nona Maura."
"Ya." Jawab Daniash singkat, Aryo yang sudah terbiasa dengan sikap dingin bos nya pun maklum. Mood Daniash setiap pagi tak pernah bagus, selalu bad mood dan Aryo yakin dalang dari semua perubahan mood Daniash adalah istrinya sendiri, Herra.
Setelah beberapa menit berkendara bersama kendaraan lain, akhirnya Daniash dan Aryo sampai di perusahaan.
"Selamat bekerja."
"Terimakasih tuan." Jawab Aryo sambil membungkukkan setengah badan nya.
Mereka pun berpisah, masuk ke ruangan masing-masing. Daniash mendudukan tubuhnya di kursi kebesaran nya, menyandarkan punggung nya lalu mendongak menatap langit-langit ruangan nya.
"Huffftt, mari kita mulai pekerjaan ini." Daniash membuka laptop nya dan mulai tenggelam dalam pekerjaan yang tak pernah ada habisnya. Setiap hari, ada saja pekerjaan yang harus di selesaikan. Bahkan bertambah banyak tiap menit nya.
Sedangkan di kampus, Maura baru saja sampai. Dia hampir saja kesiangan karena semalam tak bisa tidur karena memikirkan seperti apa sosok pria yang akan menjadi Daddy nya.
"Hai, bestie.." sapa Nayna dari belakang, membuat Maura menoleh.
"Hmmm.."
"Seperti biasa, bukan Maura kalo gak lemes. Kenapa lagi Lo?" Tanya Nayna, ekspresi kedua gadis itu sangat jauh berbeda. Maura dengan wajah kuyu nya, sedangkan Nayna dengan wajah berbinar nya.
"Kurang tidur gue, Nay. Semalem gak bisa tidur, eehh pas tidur malah udah pagi aja." Jawab Maura sambil meminum kopi, agar tak mengantuk saat menyimak materi pembelajaran nanti pas kelas. Dia tak mau ketularan Nayna yang sering molor saat dosen sedang menerangkan.
"Kenapa? Kepikiran nyokap sama bokap Lo ya?"
"Enggak kok, gue malah kepikiran seperti apa sosok laki yang jadi calon sugar Daddy gue, Nay."
"Elah, pake di pikirin segala. Nanti malem kan ketemu, puas-puasin dah tuh Lo liat muka dia." Celetuk Nayna sambil terkekeh.
"Gak pede gue, Nay."
"Lo cantik anjir, malah gue sering insecure kalo deket sama Lo. Terus gak pede nya dimana nya?" Tanya Nayna sambil menyesap es jeruk miliknya.
"Bantuin gue dandan ya?"
"Siap, serahin masalah itu ke gue." Jawab Nayna sambil terkekeh, begitu juga Maura.
Setelah mengobrol sedikit, akhirnya kedua sahabat itu pergi dari kantin dan masuk ke kelas, karena dosen pembimbing nya sudah masuk.
Sore harinya, mereka pulang bersama namun dengan mobil yang berbeda, karena hari ini Nayna juga membawa mobil kesayangan nya.
Nayna melihat-lihat pakaian yang berderet rapi di dalam walk in closet, Maura memiliki banyak pakaian yang cantik dan berkelas, tentunya dengan harga yang tak main-main.
"Ini aja, Lo pasti cantik deh pake ini."
"Gue cuma ketemu calon Daddy gue, bukan mau ke pesta dansa, next." Pinta Maura, Nayna pun kembali memilih pakaian yang kira nya cocok untuk di pakai Maura malam ini.
"Ini aja, gak terlalu terbuka, panjang nya juga pas. Warna nya kalem juga," Nayna menunjukan dress yang panjang nya di bawah lutut berwarna mint.
"Oke, ini aja deh. Sendal nya? Tapi gue gak suka pake high heels, masa iya pake sepatu ya?"
"Pake ini aja, hak nya gak terlalu tinggi." Nayna menyarankan sebuah sendal dengan warna senada, dengan hak tahu di bawahnya.
"Okey, makasih. Gue suka pilihan Lo, ternyata selera Lo bagus juga." Puji Maura, membuat Nayna tersenyum penuh kebanggaan.
"Ganti sana, nanti gue bantu tata rambut Lo. Kalo make up kan Lo lebih jago dari para gue."
"Okey, gue ganti baju dulu." Maura masuk ke dalam bilik kecil tempat mengganti pakaian, lalu keluar setelah berhasil memakai nya.
"Gimana?"
"Cakep, Lo kayak putri disney, Ra."
"Diemlah, lebay Lo." Ketus Maura, dia pun duduk di depan meja rias, lalu mulai memoles sedikit make up di wajahnya.
"Yuk berangkat." Ajak Nayna setelah melihat Maura sudah selesai memoles wajahnya.
"Duhh, tunggu-tunggu. Kenapa gue deg-degan sih? Berdebar gak karuan gini, sampe mau pipis rasanya."
"Haha, berlebihan Lo. Kan cuma ketemu doang, belum ngamar." Cetus Nayna membuat Maura mendelik sebal.
"Yaudah ayo." Keduanya pun pergi ke cafe tempat dia dan calon Daddy nya akan bertemu. Sepanjang perjalanan, Maura merasa gugup hingga tangan nya basah karena keringat. Sedangkan Nayna lebih memilih fokus mengendarai mobil milik Maura, agar selamat sampai tujuan.
Beberapa kali Nayna menguluum senyum saat melihat raut wajah sahabatnya, wajah Maura terlihat sangat menggemaskan saat sedang di landa kegugupan seperti saat ini.
......
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
bikin karya bagus lainnya saja gak usah nambah.kl kepanjangen bikin males mengikuti.
ku kirim vote ya kak....
Ditunggu judul selanjutnya
rasanya gak rela cepat tamat...
terimakasih banyak Thor sdh menghibur kami pembaca 🙏🙏
semangat Thor dgn Karya selanjutnya 💪