Mengandung adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Happy Reading. CERITA INI BELUM TAMAT DAN SANGAT SLOW UPDATE.
Mencoba meraih kebenaran atas kematian ibunya, ternyata membuat Laura terjebak dalam pernikahan dengan seorang mafia. Namun, kehidupan mereka tidak semudah yang dibayangkan. Karena bagi seorang mafia, wanita tidak boleh menjadi sebuah kelemahan.
"Jangan harap kau bisa melarikan diri dariku!"
Akankah kisah kasih Laura dan Michael berakhir bahagia? Bagaimana mereka menjalani setiap masalah yang ada? Lantas sekuat apakah sosok Laura hingga berhasil meraih hati Michael, padahal dia sendiri sudah berusaha menutupi identitasnya?
Yukk kepoin, jangan cari wanita lemah di sini! Karena wanita itu sejatinya sosok yang kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33: Kenyataan Pahit
Berbeda halnya dengan Laura yang sudah tiba di negara lain. Michael menutup semua akses sang ayah, setelah berhasil menyelamatkannya bersama Nathan. Kedua saudara tersebut lantas menutupi kasus dengan memilih memberitahu pada publik dan keluarga jika seorang Argon Wilson telah tewas dalam kebakaran.
Keputusan ini bukan semata-mata diambil secara sepihak, tetapi karena Nathan melihat sendiri apa yang terjadi pada sang ayah dan menceritakan hal tersebut pada kakaknya.
"Bagaimana?" tanya Michael pada seseorang ahli forensik.
"Kemungkinan mayat itu bukanlah istrimu. Karena berdasarkan hasil autopsi wanita tersebut sudah meninggal sebelumnya. Artinya dia terbakar dalam kondisi memang sudah tak bernyawa."
Laporan pria itu membuat Michael meremas kertas yang diterima. Untuk kali ini dia merasa terlalu ceroboh. Tidak menyangka jika gadis penyelamat yang dahulu merupakan sosok lembut kini cukup kejam hingga tak segan-segan merencanakan pembakaran dengan begitu epik seolah semua adalah kecelakaan.
Michael menatap ruang di mana ayahnya dirawat. Pria itu masih hidup, tetapi belum sadarkan diri karena kondisi yang cukup parah. "Apa yang terjadi di antara kalian?" batin Michael.
Hanya Nathan dan Michael yang tahu kondisi sang ayah saat ini. Namun, untuk saat ini adiknya itu tengah kembali dengan membawa seguci abu palsu sebagai bukti jika ayah mereka telah dikremasi.
Tak lama kemudian, seseorang datang lagi menghampiri Michael. "Master."
"Di mana dia?"
"Kediaman James Whale."
"Apa?" Rona merah padam terpampang jelas di wajah Michael. Satu kesalahan fatal yang dia lakukan karena memercayai Laura yang ternyata kini berada di pihak James. Maka kemungkinan gadis itu juga yang menyerangnya beberapa minggu yang lalu. "Berani-beraninya dia!" geram Michael meninju dinding tak bersalah di sebelahnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Master?"
"Kita berangkat hari ini juga."
________
Di sisi lain, Laura yang tercengang akan kenyataan barusan memilih diam dan kembali ke kamarnya. Sosok yang awalnya dia anggap sebagai penyelamat nyatanya hanya memanfaatkan dirinya demi keuntungan mereka.
"Michael pasti tahu gadis itu ada di sini sekarang. Kita bisa menjadikannya umpan untuk menghabisi pria itu sekalian. Persiapkan semuanya dari sekarang, Michael yang marah pasti sedang memburu Laura. Kita bisa memanfaatkan kebencian keduanya." Sebuah kalimat terakhir yang Laura dengar dari mulut James membuat gadis tersebut merasa sedikit gusar.
Laura menatap kejauhan, dia tidak bisa bertindak gegabah dan akhirnya malah menguntungkan bagi mereka. Tepukan di pundak membuatnya seketika terhenyak. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Catherine.
Untuk sesaat Laura terdiam, benar-benar tidak ada satu pun orang yang bisa dia percaya saat ini. Namun, dengan cepat dia tersenyum seolah tidak tahu apapun. "Tidak apa-apa. Aku hanya merindukan ibuku. Aku pergi dulu."
"Hati-hati."
Dengan segera Laura bergegas menuju makam. Tempat di mana sang ibu disemayamkan. Kata-kata James selalu terngiang di benaknya saat itu juga. Kebingungan melanda hati dan pikirannya mencerna setiap kalimat. "Jika Argon Wilson adalah ayahku dan mereka memanfaatkanku untuk membalas dendam. Bukankah artinya sejak awal mereka mengetahui siapa aku dan ibu," batin Laura.
"Sial! Sial! Sial!" Dengan kesal gadis tersebut memukul-mukul stir mobil. Kali ini dia merasa sangat dipermainkan. Ternyata kebaikan yang diterimanya hanyalah sebuah sandiwara.
Laura menepi dan menghentikan laju kendaraan. Gadis tersebut meletakkan tangan ke atas stir dan menundukkan kepala. Rasa sakit atas pengkhianatan kepercayaan membuat hatinya hancur. Orang-orang yang telah dia anggap sebagai keluarga tak lebih dari pembohong belaka.
Dia terisak seorang diri. Tubuh Laura bergetar bergerak naik turun seiring dengan pikiran yang kacau. Namun, sesaat kemudian dia sadar tidak hanya menangis dan meratapi kebodohannya. "Jika Argon Wilson adalah ayahku. Apa artinya Michael Kakakku? Tapi kenapa Ibu memintaku untuk tidak mendekati keluarga itu?"
Tak ingin larut, Laura kembali melajukan kendaraan menuju sebuah pemakaman. Dia terdiam di gundukan tanah bertuliskan nama sang ibu untuk waktu yang cukup lama.
"Ibu, benarkah dia ayahku? Apa kau marah karena aku sudah mengirimnya padamu? Tapi kenapa anak buahnya memburu kita? Ibu, apa sebenarnya yang terjadi selama ini?" Laura hanya bertanya dalam hati. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. "Ibu, jika memang aku sudah salah langkah. Ku mohon bawa aku ke jalan yang seharusnya."
To Be Continue…