NovelToon NovelToon
PEMERAN PEMBANTU

PEMERAN PEMBANTU

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mira Akira

Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.

Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.

Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.


Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?

"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DEWA DENEB 5: YANG HARUS DILENYAPKAN

Mengapa sesuatu yang fana bisa seindah itu?

Suara itu menggema dalam kepala Adhara. Adhara semakin terlarut dalam pikirannya sendiri, perlahan tubuh Adhara terasa melayang.

“ADHARA.”

Siapa yang memanggilku? Benarkah dia memanggilku?

"Ini menjengkelkan!"

Ctakk…

“Aww,” Adhara refleks menyentuh darinya yang sakit.

Ia bangkit dengan susah payah. Setelah bangun dari pengalaman kebatinannya, Adhara kembali ke tempat aneh tadi.

Dengan jengkel, Adhara mengalihkan pandangan pada bocah albino yang kini sedang asyik bermain dengan sihirnya. Bocah itu bermain jugling dengan bola sihirnya sendiri.

“Kenapa metodemu selalu seperti itu?” tanya Adhara kesal pada bocah sirkus itu. Ia tak lagi menganggap tindakan bocah ini sebagai sesuatu yang tak logis.

Bocah albino itu melambaikan tangannya dengan ekspresi tidak perduli, “Aku hanya tak mau dirimu terlarut dalam perasaan siluman ular itu. Kepribadianmu bisa bercampur dengan emosi darinya.”

Adhara mendelik, “Apa akibatnya jika kepribadianku tercampur dengan emosinya?”

“Mungkin, kepribadian baru akan muncul dalam dirimu. Semakin banyak kau memasuki raga orang lain, kau akan membentuk banyak kepribadian karena itu,” jelas bocah albino itu santai.

Adhara menahan napasnya. Bukankah mengerikan jika ia punya banyak kepribadian nantinya?

Punya satu kepribadian saja kadang Adhara mempertanyakan banyak hal, apalagi multi.

“Tetapi, waktu kematian Agena, kejadiannya tidak sama dengan yang sekarang,” ini yang masih membingungkan Adhara.

“Sebab, Agena sudah meninggal. Mana bisa kau merasuki jiwa orang yang sudah lama pergi. Kau itu jiwa yang berpindah, bukan jiwa yang terombang-ambing. Jadi, kau tidak bisa merasuki orang lain," jelas bocah albino itu dengan mudah.

"Jadi, kenapa aku bisa masuk ke tubuh Adhara?" tanya Adhara bingung.

Sebenarnya, Adhara pernah mempertanyakan hal ini pada saat ia berpindah ke tubuh Adhara pertama kali. Namun karena ia tak bisa menemukan kunjung menemukan jawabannya, ia memilih untuk diam.

"Kemungkinan pertama ialah jiwamu itu tersesat, dan secara acak masuk ke tubuh Adhara."

Wajah Adhara semakin penasaran, "Kemungkinan keduanya?"

"Kemungkinan keduanya ialah kau masuk ke tubuh Adhara secara sengaja."

Sengaja? Bagaimana caranya?

"Kau bisa masuk ke dalam pemikiran siluman ular itu, karena kau punya jantungnya. Begitu juga dengan permaisuri itu, kau punya jepit gioknya. Dengan kata lain, ada pemicu yang membuatmu terlempar ke sini."

Ia menepuk tangannya. Pasti novel sampah itulah pemicunya. Ia membuang novel itu ke tempat sampah, dan ia meninggal karena tersetrum.

"Atau ada kemungkinan ketiga," lanjut bocah albino itu dengan wajah yang sama bingungnya.

Ada lagi?

"Pemanggilan jiwa."

Mulut Adhara menganga. Jika benar itu pemanggilan jiwa, tetapi kenapa? Mengapa ia bisa dengan konyolnya meninggal, lalu masuk ke dunia novel? Siapa yang memanggilnya?

Eh, memangnya ada faedah jika ia dipanggil ke dunia novel ini?

"Mungkin saja itu kebetulan," jawab Adhara menanggapi.

Bocah albino itu mendelik, "Kau pikir ada berapa banyak kebetulan di dunia ini? Yang ada bukanlah kebetulan, tetapi kemungkinan. Ada tindakan, lalu kebetulan itu muncul. Seperti aku membuang uang di jalan, dan kau mungkin bisa menemukannya. Jika aku tak membuang uang, apa kau bisa menemukannya?"

Adhara mengangkat tangannya, "Maaf, aku bodoh!"

Hal yang bisa Adhara tangkap, keberadaannya di dunia ini punya banyak kemungkinan. Pemicunya ialah novel itu. Ada sesuatu hal yang membuatnya terlempar ke dunia ini, dan menjelma menjadi Adhara.

Entah mengapa ia merasa bahwa, ini ada hubungannya dengan Adhara yang asli.

Adhara merenung. Apakah mungkin dia dikutuk karena menghina novel sampah itu?

"Kau hanya perlu mengingat satu hal, ada banyak hal yang rumit dalam kehidupanmu ini. Salah satunya ialah kaisar itu."

Jantung Adhara berdegup dengan kencang. Apa maksudnya?

Wajah bocah albino itu mengkerut seolah meragukan pemikirannya sendiri, “Kaisar itu, jiwanya sedikit aneh. Jiwa kaisar itu seperti telah mengalami beribu kali kematian.”

“Jadi, Aldebaran juga bukan berasal dari dunia ini?”

Tetapi, Aldebaran hanyalah tokoh antagonis dalam novel “Keajaiban Cinta Capella”.

“Mana aku tahu!”

Bocah albino itu mendecak kesal saat harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Adhara, “Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu, apa hal yang sedang kau hadapi. Ini bukan persoalan dewa yang marah atau mengutuk.”

“Apakah kita harus membiarkan siluman ular itu mengambil jantungnya kembali dari Lyra?” tanya Adhara ragu.

Bagaimana Adhara bisa mengambil kehidupan dari gadis bernama Lyra itu?

Sudah Adhara bilang, ia tak mau memupuk dosa di dunia novel ini. Namun jika jantungnya tak kembali pada siluman ular, air hitam akan terus ada.

Mereka harus mengorbankan satu orang untuk kedamaian satu desa, atau membiarkan satu orang tetap hidup, tetapi satu desa akan menjadi korbannya.

Akan tetapi, ini bukan persoalan yang mudah. Nyawa itu begitu berharga, dan tidak ada satu pun yang bisa mengorbankan nyawa orang lain.

Saat Adhara berputar-putar dalam pikirannya, suara ketus bocah albino itu menghampiri pendengarannya, “Jantung itu tak akan bisa diambil lagi.”

Huh?

“Sekarang sudah sangat terlambat untuk mengembalikan jantung itu kembali. Ular itu harus dilenyapkan,” bocah albino itu menatap lekat pada sekumpulan awan di hadapannya.

Mereka, mau tak mau, harus melenyapkan siluman ular yang menjadi penyebab malapetaka di Deneb.

***

Srett…

Adhara tersentak bangun dari tidurnya dengan tiba-tiba. Rasa sakit itu kembali datang padanya. Ia nyaris terjatuh dari kasur tempat ia berbaring karena tubuhnya terasa lemah.

“Adhara,” suara Rigel terdengar di telinganya.

Tangan Rigel dengan erat menyangga Adhara yang lemah. Adhara memperhatikan di sekelilingnya, dan menyadari bahwa ia sudah kembali. Adhara juga melihat Spica dan Regor yang mendekat kearahnya.

Baru saja Adhara ingin membuka mulut, rasa sakit itu kembali menderanya dengan kencang. Kali ini lebih parah dari sebelumnya, Adhara nyaris ingin menarik jantung yang ada dalam tubuhnya.

“Ughh..”

Darah lagi-lagi keluar dari mulut Adhara. Membasahi gaunnya yang ternyata telah diganti, namun kini gaun itu telah kotor kembali. Semua fungsi tubuh Adhara menumpul tiba-tiba. Rasanya sangat sakit.

Inilah yang selama ini siluman ular itu rasakan. Apa karena rasa sakit yang tak tertahan lagi, makanya siluman ular itu meminjam jantungnya? Dan yang lebih penting lagi, apa siluman ular itu tak akan mengembalikan jantungnya?

“Aku akan mengembalikan jantungmu, ” suara itu adalah suara siluman ular.

Bagaimana bisa ia mendengar suara siluman ular itu dalam benaknya?

“Aku berada di pikiranmu.”

Mata Adhara membelalak ketakutan. Dengan keras Adhara menepuk kepalanya sendiri, “Pergi!”

Rigel dengan panik mengguncang tubuh Adhara untuk menyadarkannya.

“Jangan panik. Aku tak berniat buruk padamu, tetapi kau sendiri sudah memasuki pemikiranku. Itu memudahkanku untuk memasuki pikiranmu kembali.”

Adhara merasa dirinya sudah dibaringkan kembali oleh Rigel. Rasa sakit di jantungnya agak berkurang, Adhara tak tahu itu karena apa. Mungkin saja karena kehadiran dari siluman ular itu.

“Aku meminjam jantungmu karena aku memerlukannya untuk sementara.”

Napas Adhara perlahan menjadi teratur. Ia memejamkan matanya, bukan untuk tertidur, tetapi memfokuskan pikirannya yang tercerai-berai, “Sampai kapan?”

Adhara tak bertanya langsung, itu hanyalah sesuatu yang diucapkannya melalui benaknya sendiri untuk berkomunikasi dengan siluman ular.

“Aku tahu bahwa darahku telah menyebabkan malapetaka. Namun aku selalu berusaha untuk membunuh diriku sendiri, tetapi tak bisa. Pada akhirnya, aku hanya membuat air hitam itu semakin bertambah karena darahku.”

“Kau perlu jantungmu kembali?” tanya Adhara lagi.

Hening sejenak. Adhara tak mendengar suara dari benaknya. Baru saja ia ingin bertanya kembali, suara itu datang lagi padanya,“Tidak perlu. Aku meminjam jantungmu bukan untuk bertahan hidup, tetapi agar bisa berkomunikasi denganmu. Maaf karena kau harus merasakan sakit yang aku miliki.”

Adhara menghela napasnya, “Apa yang ingin kau katakan padaku?”

“Aku hanya bisa dibunuh oleh gadis itu. Permataku ada padanya. Jika dia menghancurkan permata itu, aku juga akan hancur. Ini mungkin sudah beberapa tahun berlalu, jantung yang ku berikan padanya mungkin sudah menyatu dengan dirinya. Jadi, permata itu tak lagi ia perlukan.”

Adhara tersenyum kecut, “Bukankah kau akan menghilang?”

Suara desahan napas terdengar dalam benak Adhara, “Aku sudah lama hidup di dunia ini. Jika aku harus menghilang, itu tidak masalah.”

Adhara tak pernah mengerti tentang ini. Sebuah perasaan yang membuat seseorang ingin memberikan segalanya, Adhara tak pernah mengetahuinya.

Bukankah perasaan seperti itu hanya akan meninggalkan luka?

“Temanku melihat ada sosok pengantin. Apa gadis itu adalah pengantinmu?” tanya Adhara dengan lemah.

Keheningan kembali datang di antara mereka. Meninggalkan Adhara yang memikirkan banyak hal.

Sebelum Adhara berkata lagi, suara itu kembali, “Mungkin itu hanyalah keinginan yang tanpa sadar muncul dalam diriku.”

Adhara tersenyum pilu, “Apa tidak ada jalan lain? Jalan yang bisa membuat kalian berdua bersama.”

“Manusia, aku sangat takut jika aku bermimpi setinggi itu. Aku bodoh, dan sekarang tak punya kekuatan apa-apa. Kebahagiaan seperti itu, aku tak bisa memberikannya. Dia seharusnya menikah, dan memiliki anak dengan sesama manusia.”

Adhara seperti mendengar helaan napas berat yang dikeluarkan oleh siluman ular itu,“Jika aku diperkenankan untuk bermimpi. Maka impianku ialah melihat gadis yang sangat ku cintai bahagia.”

Siapapun berhak untuk bermimpi. Namun mimpi tak akan terwujud jika hanya berdiam diri. Oleh karena itu,…

“Baiklah.”

Adhara membuka matanya dengan perlahan. Matanya langsung bertatapan dengan Rigel yang tengah membelakanginya. Sepertinya Rigel tengah berbicara dengan orang lain.

Tangan Adhara yang lemah mencoba menyentuh punggung Rigel untuk menarik perhatiannya.

“Kak,” bisik Adhara lemah.

Dengan cepat Rigel membalikkan tubuhnya. Menatap Adhara dengan panik, “Ada apa Adhara? Sakit lagi?”

Adhara menggeleng dengan lemah, “Sepertinya Spica benar. Silum… eh, Dewa Deneb itu menginginkan perayaan pernikahannya. Kita harus menyiapkan pernikahan Dewa Deneb dengan pengantinnya.”

“Apa yang kau lakukan?"

Suara itu menggema dalam benak Adhara, namun Adhara mengabaikannya, “Kita harus membawa pengantinnya kemari. Dia ada di sini.”

Adhara tahu bahwa ia tak salah lihat. Sosok yang dilihat oleh Adhara saat berada di sungai Deneb itu adalah Lyra. Mungkin saja ingatannya telah kembali.

Adhara memang tak memiliki kekuatan apa-apa untuk membuat semua pihak bahagia. Setidaknya, ia bisa membuat impian semu siluman ular menjadi nyata.

***

Selamat membaca :D

Seperti biasa, letakkan jempol pada tempatnya. Sempatkan untuk memberikan semangat bagi authornya.

Semoga para pembaca diberikan kesehatan, dan semangat dalam menjalani hari 😁

Adhios~

1
Bzaa
semoga kaisar menang dr G-star
Bzaa
Wei 😎kerennnnn
Bzaa
makin gak sabar pengen liat akhir si G-star
Bzaa
semangat terus ya kak
Bzaa
ya ampun ternyata G-star itu serius aihhh
Bzaa
tebakanku satupun gak ada yg bener🥲
Bzaa
visualnya mengingatkan drakor, boybefore flowers, 🫢🫢
Bzaa
sedih banget 😭😭
Bzaa
Luar biasa kerennnnn banget 😘🥰😍
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dulu pas awal terbit nih novel pernah baca...
cuman kayaknya belum nyampe sini...

Aku dibuat naik turun perasaan bacanya...

nano nano banget inih
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dikiranya beli barang kali /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
udah ditargetin jadi calon permaisuri rupanya sama si Aldebar /Grin/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
yeehhh
pengen jadi kompor rupanya yh nih si Capella
🍃🥀Fatymah🥀🍃
untungnya Regor gk dibawa /Facepalm/
bisa pada heboh nanti mereka
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Aldebaran menghukum tangan yang sudah berani menampar gadisnya...
bahkan sampai menculiknya /Smug/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
cacar weh
orang zaman dulu mah anggepnya kutukan ya /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
anjlog ya kalau berdiri bersanding sama kaisar /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
beeehhh
jiwa jiwa ghibahnya mulai tumbuh kembali 😆
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Duh Rigel, gitu-gitu juga adekmu loh...
walaupun tubuhnya saja /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
baca ulang dari awal /Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!