Sejak kecil Adrian Pratama Putra hidup di lingkungan keluarga yang menuntut kesempurnaan, dimana Orangtuanya selalu menetapkan standar yang sangat tinggi kepadanya, karena itulah Adrian setiap hari bekerja mati-matian agar bisa menjadi seorang anak yang diinginkan orangtuanya.
Hingga dimana Adrian telah berada dititik keputusasaan total — Telah menyerah dan tidak lagi mengejar dengan apa yang namanya keluarga. Di saat itulah dia mulai mengenal yang namanya novel yang selalu menjadi tempat hati Adrian yang dulunya retak kini mulai terpasang kembali berkat membaca novel.
Mungkin Akibat kebanyakan membaca sebuah novel Reyan tiba-tiba masuk kedalam salah satu novel yang pernah ia baca. Tapi masalahnya novel yang dia masuki itu ... dark fantasi!! Sebuah webnovel yang terakhir kali dia baca.
Terlebih lagi dia masuk kedalam tubuh lemah yang sebentar lagi akan menjemput ajalnya!?
Halo para readers. Ini karya pertamaku, jadi mohon maaf bila banyak kesalahan dan typo yang bersebaran😓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NoxVerse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Terlalu Sulit
“Hah ... hah ... hah ... Kurasa aku akan mati sekarang.” Napas Sean terengah-engah. Gila, dia seperti berada di neraka. Dirinya menjalankan misi yang diberikan oleh Sistem di dalam ruangan kamar.
Kenapa dia tidak melakukannya dilapangan? Karena Sean memang tidak ingin melakukannya di lapangan. Itu terlalu mencolok dan juga dia tidak menyukai adanya keramaian.
“7 ... 8 ... 9 ....”
Brukk!
Tubuh Sean ambruk ke lantai, terengah-engah. Rasanya seperti seluruh tenaganya sudah tersedot habis. Bahkan mengangkat tangannya pun rasanya butuh usaha yang luar biasa.
“Aku, s–sudah tidak kuat lagi sistem ....”
[Ayolah Host, anda baru saja memulai latihan. Masih banyak lagi yang harus anda selesaikan. Ayo semangat host, jangan menyerah, saya akan mendukung anda,] ucap Sistem menyemangati.
Baru memulainya saja dia sudah benar-benar tidak sanggup, apalagi masih ada latihan lain yang menunggunya.
Lyria yang melihat dipojok ruangan menjadi tidak tahan, dia kemudian bangkit dan berjalan ke arah Sean.
“Tuan Muda, tolong jangan paksakan diri anda.” Lyria pergi berjalan cepat kearah Sean, tapi Sean menghentikannya. “Aku tidak apa-apa Lyria, ini hanya latih—“
“Apanya tidak apa-apa!? Jika anda memaksakan tubuh anda melebihi batas Tuan Muda bisa mengalami cedera otot! Itu sangat membahayakan tubuh anda!” Waah, aku tidak tahu jika Lyria bisa marah, dan juga saat marah dia sangat menyeramkan.
“Kenapa juga Tuan Muda ingin melakukan itu? Bagaimana jika anda kembali terluka? Tolong jangan lakukan itu Tuan Muda, saya sudah melalui hal yang sangat menyakitkan itu. Kenapa anda ingin mengulanginya lagi? Saya tidak ingin melihat anda berbaring di tempat tidur dan tidak sadarkan diri dengan waktu yang lama.”
Air kristal bening keluar dari sudut mata Lyria, membasahi kedua pipinya. “Tolong Tuan Muda, saya tidak ingin melihatnya lagi ....” Suaranya bergetar saat menahan isak tangisnya. Lyria benar-benar tidak ingin melihat kejadian itu.
Kejadian yang dimana Tuan yang dia rawat sedari bayi dan sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri hampir mati. Matanya menjadi saksi akan kejadian kelam itu. Tubuhnya bergetar mengingat kejadian itu dengan jelas.
Tubuh Sean berkeringat dingin. Apa ini? Padahal aku hanya melakukan misi yang diberikan oleh Sistem. Kenapa masalahnya sampai ribet begini? Aku juga tidak tahu kalau kejadian itu membawa luka yang begitu dalam bagi Lyria.
Aku harus menenangkannya terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman. “Tenanglah Lyria, aku sebenarnya baik-baik saja. Tubuhku juga terlalu lemah, makanya aku ingin meningkatkan fisikku dengan latihan, dan aku bisa melindungi mu jika aku sudah kuat!”
Sean mengentikan aktivitasnya sejenak lalu melangkah ke arah Lyria, kemudian berjinjit dan membersihkan dan mengusap air mata yang keluar dari Lyria dengan lembut.
“Jadi, tolong jangan marah lagi yah? Aku tidak ingin melihat orang yang kucintai menangis seperti ini.” Sean berkata dengan lembut, memperlihatkan senyumannya yang menawan.
Hening ....
Tidak ada jawaban dari Lyria, wajahnya sangat menunjukkan keterkejutan seolah dia sedang melihat hantu.
“Kenapa Lyria hanya diam saja? Apakah aku melakukan kesalahan? Tolong katakanlah sesuatu agar bisa memecah keheningan ini!” Sean kembali khawatir, apakah dia melakukan kesalahan saat mengucap. Kalau begitu, bagian mananya?
“Umm, Tuan Muda, anda tidak ingin menjadi playboy kan?” cetus Lyria.
“Apa?”
“Pokoknya anda tidak boleh menjadi seorang bajingan kelamin!”
Sean menatap Lyria, matanya menyipit, tidak mengerti kenapa ada pembahasan seperti itu. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Mana mungkin aku mau. Aku bukan tipe pria bajingan seperti itu.”
“Benarkah?” Tatapan Lyria penuh selidik, seolah mencari tahu kebenarannya. Apakah dia jujur atau berbohong.
“kenapa Lyria tidak sepercaya itu? Dan juga kenapa kita membahas hal begini?” ujar Sean menatap Lyria. Dia benar-benar bingung dengan reaksi dari Lyria. Kenapa dia marah? Apakah aku melakukan sebuah kesalahan?
[Itu karena kelakuan Host seperti sudah ahli dalam mengambil hati para wanita.]
Sistem yang sedari tadi diam akhirnya membuka suaranya. Tunggu dulu! Apa itu berarti kelakuanku membuat Lyria salah paham dan mengira aku seperti seorang bajingan.
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Ekspresi Lyria benar-benar berubah menampilkan senyuman, bukan senyuman biasa, aku bisa merasakan bulu kudukku merinding melihat senyuman itu.
Kenapa ekspresi wanita sangat cepat berubah?
‘glup’ aku meneguk ludah. Keringat dingin mengucur dibagian pelipisku, menandakan bahaya akan datang ke arahku.
Dan firasatku ternyata benar. Jari-jari Lyria mencengkram daun telingaku dan memutarnya sedikit.
Aku sedikit meringis menahan cubitannya. “Aduh, aduh. Lyria itu sakit,” ujarku sedikit meringis, merasakan sakitnya.
“Siapa yang mengajari Tuan Muda seperti itu? Padahal anda masih kecil.” Lyria bertanya dengan lemah lembut. Benar, lemah lembut sambil tersenyum mengeluarkan aura intimidasi. Aku yakin, bahkan naga sekalipun akan tunduk jika melihat Lyria marah.
“Aku salah, maafkan aku. Aku cuma berniat menenangkanmu karena kulihat Lyria pasti mengalami banyak kesulitan saat aku tidak sadarkan diri. Dan juga, apakah Lyria bisa melepaskan cubitannya, itu sangat sakit,” mohon Sean dengan pupil matanya seperti meminta ampunan sang Ibu.
Lyria menyadari jika dia bertindak terlalu jauh, melepaskan jemari tangannya yang mencubit daun telinga Sean. “Maafkan saya Tuan, saya sepertinya terlalu berlebihan. Apakah ada yang sakit?” tanya Lyria dengan nada khawatir dan meminta maaf atas kekerasannya yang dia lakukan.
Sean memegangi pipinya yang masih berdenyut sakit. Itu sangat sakit sampai-sampai Sean kira telinganya akan copot. Dia sangat ingin mengatakan itu, tapi mustahil. Dia tidak ingin menambah rasa bersalah pengasuhnya.
“Lyria tenang saja, aku baik-baik saja kok, walaupun masih agak sakit sih.”
‘Aduh mulutku, kenapa kau sangat suka keceplosan.’ Sean benar ingin merutuki dirinya sendiri sekarang. Mempunyai mulut yang tidak bisa diajak kerja sama.
Raut wajah Lyria kembali murung, benar-benar merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan. Aduh Sean kenapa kau selalu membuat wanita menangis. “T-tidak, aku hanya bercanda, lihatkan? telingaku baik-baik saja,” ujar Sean memperlihatkan telinganya kepada Lyria. Berharap pengasuhnya tidak terlalu merasa bersalah.
Lyria memegangi daun telinga Sean yang dia cubit, mengusapnya perlahan dan mulai bercerita.
“Waktu permaisuri kedua masih hidup, beliau sangat bahagia memiliki anak seperti anda, saya sangat ingat itu dimana permaisuri sangat ingin mengumumkan bahwa mengandung anda adalah sebuah berkah baginya. Sangat ingin menanti kelahiran anda dan melihat tawa pertama anda didunia ini,” tutur Lyria disertai wajah yang sangat gembira saat membicarakan Permaisuri. Itu benar-benar sangat mengenang baginya.
Tapi raut wajah berubah sendu, mengingat memori yang membuat hatinya terasa seperti tertusuk ribuan kaca beling yang tidak terlihat.
“Tapi keinginan permaisuri tidak bisa terwujud, karena tubuh beliau waktu itu sudah sakit-sakitan dan tidak tertolong lagi, akhirnya beliau menghembuskan napas terakhirnya saat melahirkan anda,” lanjut Lyria menceritakan masa lalu permaisuri.
Apa ini? Sean merasakan rasa sakit mendengarnya. “Lyria, apakah karena aku ibu sampai harus menerima resiko sebesar itu saat melahirkan ku?” Rasa bersalah muncul dihatiku, sangat aneh, kenapa aku merasakan perasaan tidak nyaman ini? Apa mungkin karena aku masuk ke tubuh ini jadi aku juga bisa merasakan emosi yang dimilikinya.
“Kenapa anda berbicara seperti itu? Melahirkan seorang anak adalah tanggung jawab seorang ibu, saya juga sangat yakin permaisuri sangat mengharapkan anda bahagia, jadi tolong jangan memasang wajah seperti itu Tuan muda. Semua ibu pasti tidak ingin anaknya menderita.”
Semua ibu? Sepertinya itu sedikit lucu, memikirkan dulu ibunya tidak pernah ada disampingnya, bermain dengannya, mengajarinya sesuatu. Dia benar-benar tidak ingin berada didekat anaknya.
Meski begitu Sean tetap menganggukkan kepalanya. “Aku mengerti, terima kasih telah menceritakan tentang ibuku, Lyria. Jika ibu menginginkan kebahagianku maka aku akan menjalani hidup ini dengan baik.” Aku berseru semangat, menggenggam erat tanganku dengan tekad.
Lyria menatap kelakuanku yang kekanakan, mengembangkan senyuman indah. “Apa anda melihat ini permaisuri? Anak anda tumbuh dengan baik sesuai keinginan anda.”
Di saat momen mengharukan itu, Sistem yang sedari tadi diam saja kembali berbicara.
[Host, saya tidak ingin mengganggu waktu anda, tapi sebaiknya anda harus cepat menyelesaikan misi yang saya berikan sekarang. Waktu penyelesaiannya sisa beberapa jam lagi]
Oh iya, ya ampun Sean melupakan misi yang diberikan Sistem, mana dia harus menyelesaikannya sekarang. Dia harus cepat-cepat sebelum mendapat hukuman jika telat mengerjakan misinya yang tadi tertunda.