NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

24

Kania sedang berdiri di antrian kasir kafe, menunggu pesanannya. Kania terlihat mengenakan blazer rapi, terlihat fokus pada gawai ponselnya. Saat Kania berbalik setelah membayar, bahunya tak sengaja bersentuhan dengan seseorang.

“Oh, maaf, saya tidak li…”

Kania terdiam. Di hadapannya berdiri Satya, mantan kekasihnya, yang juga terlihat terkejut. Satya tampak makin sukses, mengenakan setelan jas yang rapi dan membawa tas kerja mahal.

“Kania? Astaga. Sudah lama sekali.”

Kania sedikit kaget, tapi mempertahankan ketenangan. “Satya..Ya ampun, aku tidak menyangka bisa bertemu di sini. Kamu apa kabar?”

“Kabarku sangat baik, Kania. Kudengar kamu pindah ke kampung halaman kakek-mu?”

Kania tersenyum tipis, menghindari pertanyaan tentang kepindahan nya ke desa.

“Iya, sementara aja kok.”

Satya menatap Kania dengan tatapan yang penuh minat, menyadari Kania terlihat lebih dewasa dan tenang. “Kamu terlihat berbeda, Kania. Lebih…tenang.”

Kania mengambil pesanannya dari konter. “Banyak hal yang terjadi membuatku harus lebih dewasa, Satya.”

Mereka berjalan ke sisi kafe yang lebih sepi.

“Aku baru saja selesai meeting di gedung sebelah. Kamu masih tinggal di Seruni? Gimana kalau kita makan malam bersama?”

Kania ragu sejenak. Ia tidak ingin membuka babak lama, tetapi Satya adalah sosok yang familier dari masa lalunya yang stabil, jauh dari drama yang ia tinggalkan di desa Ranu Asri.

Kania mengangguk. “Tentu hubungi aku saja, nomorku masih yang lama kok. Kalau gitu, aku duluan ya, Sat. Senang bertemu denganmu lagi.”

“Aku juga senang bertemu kamu lagi, Kania. Sampai nanti.”

Kania meninggalkan Satya, berjalan cepat menuju mobilnya. Meskipun pertemuan itu singkat, ia merasakan gejolak kecil di hatinya. Kehadiran Satya adalah pengingat akan kehidupan lama sebelum ia ke desa. Keadaan yang sama akibat patah hati, Satya, karena lebih memprioritaskan karier nya sedangkan Bara lebih mengedepankan ego nya, dan memilih kenyamanan lain daripada menyelesaikan masalah yang ada.

************************************

Kania dan Satya duduk berhadapan di meja makan yang elegan. Kania terlihat cantik dan fresh, namun ada sedikit kecemasan di matanya. Satya tampak percaya diri dan lebih dewasa.

Satya tersenyum dengan menawan. “Jujur, Kania. Aku senang kamu mau menerima ajakan makan malam ini.”

Kania menyesap minumannya. “Aku juga tidak menyangka mau menerima ajakan makan malam darimu.”

Satya mengangguk, pandangannya berubah serius. “Kamu tahu, kita putus dulu bukan karena kita tidak cocok, tapi karena kita sama-sama sibuk, dan aku terlalu ambisius dengan karierku. Tapi sekarang, aku sudah stabil.”

“To the point sekali, Sat. So, maksudnya apa?”

“Aku mau kita mencoba dari awal lagi. Aku janji, kamu prioritas utama-ku.” Satya dengan lembut meraih tangan Kania di atas meja.

Kania menatap tangannya yang digenggam Satya. Tawaran Satya tampak meyakinkan, pelabuhan aman setelah badai. Namun, Kania merasa kekosongan, mengenang kembali senja di bukit bintang bersama Bara, janji liontin Kopi yang diberikan Bara, meskipun menyakitkan, terasa lebih hidup daripada hubungan yang di tawarkan Satya.

Kania menarik tangannya perlahan, tersenyum lemah. “Aku akan memikirkan dulu, Sat.”

“Tentu, aku akan memberimu waktu. Tapi ingat, aku ada di sini. Kapan pun kamu siap untuk awal yang baru.”

Kania kini berada di persimpangan jalan; kenangan pahit tentang Bara, dan lembaran baru dari Satya.

***************************************

Bara melangkah keluar dari stasiun. Terdengar suara bising menyambut, klakson mobil yang bising, suara keramaian, pengumuman stasiun, jauh lebih keras dan cepat daripada senyapnya desa.

Bara membawa ransel dan koper kecilnya. Ia tampak gugup oleh kecepatan kota. Pakaiannya, yang sempurna saat di desa, kini terasa canggung di antara kerumunan pekerja kantoran yang terburu-buru.

Bara berhenti sejenak di trotoar yang ramai, berusaha mencerna semua kebisingan dan hiruk pikuk di sekelilingnya. “Ini adalah dunia yang ditempati Kania. Dunia yang ia tinggalkan demi bersamaku. Dunia yang kuabaikan dan kucemburui. Ternyata, dunia ini begitu besar.”

Bara mengeluarkan ponselnya. Ia membuka pesan dari Dini yang berisi alamat area tempat tinggal Kania. “Aku harus menemukan-mu” berbisik pada dirinya sendiri.

Bara menyetop taksi. Perjalanan menuju timpat tinggal Kania terasa lama dan menyesakkan, melewati kemacetan yang panjang.

Bara memutuskan menginap sementara di hotel sederhana yang tidak jauh dari area tempat tinggal Kania. Setelah check-in, bara memutuskan mandi terlebih dahulu, setelah rapi, ia segera keluar, membawa ponsel dan secarik kertas berisi alamat Kania yang dicatat Dini.

Bara berjalan kaki mengikuti arahan yang diberikan maps padanya. Suara riuh terdengar tanpa henti, klakson motor, obrolan keras, suara musik dari warung, kebisingan kota yang tidak berhenti.

“Di desa, aku tahu setiap tikungan, tanjakan, setiap aroma kopi. Di sini, aku merasa buta.”

Setelah beberapa kali salah jalan, Bara akhirnya menemukan alamat yang dimaksud. Bara berhenti di seberang jalan, terkesima. “Kania tidak tinggal di rumah biasa. Ia tinggal di perumahan tertutup dengan pengamanan ketat. Gerbang tinggi, pos keamanan yang dijaga ketat.”

“Ini..rumah Kania” Bara berbisik suaranya tercekat.

Perbedaan status dan lingkungan hidup mereka terasa menampar. Tempat tinggal Kania adalah simbol dari stabilitas dan kesuksesan yang nyata, dan hal yang Kania tinggalkan demi hidup sederhana di Desa Ranu Asri.

Bara melihat ke atas, ke jendela-jendela tinggi yang menampilkan cahaya kehidupan mewah. Bara merasakan keberaniannya menciut.

“Bagaimana mungkin aku, dengan tangan yang beraroma tanah dan kopi, bisa mengetuk pintu di tempat seperti ini? Bagaimana mungkin aku bersaing dengan dunia yang ia jalani di sini?”

Bara ingin berbalik. Ia ingin pulang kembali ke desa, tempat di mana ia adalah raja diantara kebun kopinya. Namun, ia teringat wajah Ibunya dan kata-kata Dini. Ia juga teringat rasa sakit yang ia lihat di mata Kania saat terakhir mereka bertemu.

Bara memantapkan diri, walau takut. “Aku tidak datang untuk memohon. Aku datang untuk bertanggung jawab.”

Bara mengambil napas dalam-dalam. Ia memutuskan untuk menunggu. Ia memutuskan menunggu hingga esok, hingga ia menemukan waktu yang tepat untuk berhadapan dengan Kania.

Keesokan harinya Bara duduk di sebuah bangku publik di seberang jalan, di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Ia sudah berada di sana selama berjam-jam, menunggu Kania. Rasa dingin kota yang lembab mulai menusuk kulitnya.

Terdengar suara mobil mewah memasuki gerbang kompleks, diikuti suara mesin yang di matikan.

Bara mendongak. Ia melihat sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di sebuah rumah. Jantung Bara berdebar kencang. Dari kursi penumpang, Kania keluar. Ia tersenyum, tampak cerah dan glamour dalam balutan gaun yang ia kenakan. Dari kursi pengemudi, keluar pria tampan.

Mata Bara melebar. Ia melihat adegan itu melalui matanya yang penuh prasangka dan kecemburuan. Kania dan pria itu berdiri sebentar di depan pagar yang menjulang tinggi. Mereka tidak berpelukan, tetapi gestur mereka tampak intim dan penuh perhatian. Pria itu memegang lembut bahu Kania sebentar, dan tatapan mata mereka berdua terasa hangat dan lama.

Pria itu membisikkan sesuatu, yang tidak terdengar oleh Bara

“Aku antar sampai dalam..”

“Tidak perlu, Sat. Terima kasih untuk malam ini.”

Bara, dari kejauhan, hanya melihat: kehangatan, kenyamanan, dan senyum bahagia Kania bersama pria itu. Semua keraguan dan kecemburuan Bara langsung menyeruak, jauh lebih kuat daripada rasa penyesalannya. Pikirannya berputar liar.

“Mengapa Kania terlihat begitu bahagia? Apakah dia sudah melupakanku secepat ini? Apakah ini pria yang membuat Kania patah hati dulu?”

Ketika Kania masuk ke dalam gerbang dan pria itu sudah pergi dengan mobilnya, Bara tidak bergerak. Tekadnya hancur. Ia merasa perjalanannya sia-sia dan konyol. Ia kembali merasa tidak pantas berada di dunia Kania.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!