Benih Siapa Di Rahimku

Saat ini kedua orang tua Sonia begitu khawatir, bahkan Wanda dan Nehru berpegangan tangan saling menguatkan satu sama lain, di sini Juna yang baru datang menengok si kecil begitu bingung mendapatkan pandangan yang kurang mengenakkan itu.

  "Om, Tante ada apa?" tanya pria itu.

  "Sonia ... Hiks ... Hiks ....," wanita paruh baya itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya hatinya begitu rapuh melihat kondisi sang anak yang saat ini tengah drop.

  "Om, kenapa dengan Sonia kenapa?" tanya pria itu yang merasa kurang puas dengan pernyataan wanita sepuh tadi.

 "Nak, kondisi anak kami drop pasca melahirkan tadi," cerita Nehru dengan nada lirihnya bahkan nyaris tidak terdengar.

  Di sini Juna bisa merasakan jika hati kedua orang sepuh ini begitu rapuh melihat sang anak yang terbaring lemah diatas bed rumah sakit itu, hari orang tua mana yang tidak sedih melihat anak satu-satunya berjuang menaruhkan nyawanya demi melahirkan seorang bayi.

   "Om, Tante, sabar ya saat ini yang kita butuh hanya berdoa, agar Sang Kuasa memberi kesembuhan untuk Sonia," ucap Juna.

  "Iya Nak, dan terima kasih atas perhatianmu kepada anakku," ucap Nehru.

*****

Di belahan benua eropa sana, saat ini seorang anak remaja begitu cemas entah apa yang saat ini tengah menghantui perasaannya sehingga hatinya merasa tidak karuan bahkan sedari tadi wajah anak itu dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.

"Ya Allah hanya Engkau yang maha tahu segalanya, entah kenapa saat ini pikiranku tertuju kepada Mama, entah apa yang saat ini tengah dirasakan oleh mamaku, yang jelas aku di sini hanya bisa mengirim doa untuk Mama yang berada jauh di sana," ucap Kenzie sambil menekan dadanya.

Sebagai seorang anak Kenzie seolah memiliki firasat yang kuat terhadap ibunya, bahkan saat ini dirinya tidak bisa berkutik di saat hatinya tengah hancur lebur bagaikan pecahan kaca yang begitu menyakitkan jika terkena kulit.

Kenzi hanya bisa pasrah bahkan surat yang dia kirimkan lewat pembantunya 4 bulan yang lalu di ketahui oleh papanya, dan Kenzie pun tidak bisa membantahnya karena untuk sekarang dirinya tidak punya kuasa untuk melawan sang Papa.

"Ma, maafkan Kenzi yang tidak bisa menjaga Mama, tapi ketahuilah saat ini Kenzie juga sedang berjuang untuk menjadi kebanggan Mama pada nantinya tunggu Kenzie Ma," ucap anak itu, tanpa terasa air mata mulai membasahi pipinya.

Saat ini Kenzie mulai turun ke bawa menuruni anak tangga, di sana dia melihat Papa dan neneknya yang sedang duduk santai di ruang keluarga.

"Ken, baru keluar kamu Nak?" tanya Retno.

"Iya Nek," sahut Kenzie sedang Dion hanya menatap nanar wajah anaknya itu.

"Gimana hari pertama kamu masuk kuliah?" tanya Retno.

"Alhamdulillah menyenangkan dan banyak bertemu dengan teman-teman dari Indonesia," ujar Kenzie.

"Wah, kalau begitu Nenek jadi lega dengarnya, semoga di kota ini kamu bisa kuliah dengan baik dan bisa mengejar cita-citamu sebagai pengusaha sukses seperti papamu," ungkap Retno.

"Doakan saja ya Nek," ucap Kenzie.

Suasana seketika hening, hingga Dion mulai membuka perkataan dengan pertanyaan yang begitu membuat Kenzie tertekan.

"Kamu, kalau bergaul dengan orang Indonesia jangan macam-macam, ingat mata-mata Papa banyak," tekan Dion di nada terakhirnya.

"Memangnya kenapa Pa? Apa Papa takut kalau aku berhubungan dengan Mama, beliau adalah wanita yang sudah melahirkanku, tapi kenapa Papa menjadi penghalang antara aku dan mamaku sendiri."

"Stop Kenzie, dia bukan Ibu yang baik, kalau dia sayang sama kamu, pasti dia akan memilih bersama keluarga kita bukan malah memilih hidup bebas, dan kamu tahu saat ini dia sedang dekat dengan seseorang padahal statusnya masih sah menjadi seorang istri," cetus Dion.

"Sudah stop Pa, jangan pernah menghakimi Mama, dia sudah menderita selama hidup dengan Papa jadi tolong biarkan saja dia bahagia di kehidupan barunya," ujar Kenzie.

"Bahagia kau bilang," cetus Dion yang merasa tidak terima.

"Iya biarkan saja mamaku bahagia dengan kehidupan barunya, Papa juga dong harus move on bukannya Papa sendiri yang menabuh genderang ini, jadi seharusnya Papa senang berpisah dengan Mama, jadi kan bebas bisa memilih wanita mana yang Papa suka," sahut anaknya itu dengan santai.

"Kau benar-benar tidak ingin melihat Papa kembali dengan mamamu?" tanya Dion sekali lagi.

"Tidak, karena aku tahu Mama selalu bersedih ketika hidup dengan Papa," sahut Kenzie dengan enteng.

Dion pun merasa kalah telak jika harus berdebat dengan anaknya yang memang tidak pernah takut dan suka melawan dengan dirinya itu.

'Dasar anak kurang ajar, untung kamu anakku,' batin Dion yang merasa kesal sendiri dengan ucapan sang anak.

********

Dokter dan para tim medis mulai berusaha sekuat tenaga, untuk memulihkan kondisi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri pasca melahirkan tadi, saat ini tubuh Sonia begitu lema terbaring tak berdaya dengan beberapa alat yang menempel di dadanya.

 Saat iniDokter mulai menempelkan alat picu jantung ke dada pasien, akan tetapi jantung Sonia tidak merespon sama sekali, hingga pada akhirnya dokter mencoba untuk melakukan yang kedua kalinya, akan tetapi tetap saja hasilnya sama.

  "Suster tingkatkan energinya menjadi 150 Joule jika 120 Joule masih belum merespon tekanan jantung pasien," perintah dokter itu.

  Suster pun mulai melakukan apa yang di perintah dokter itu dengan menaikan tegangan Deflibriator menjadi 150 Joule untuk mengoptimalkan kinerja jantung pasien, setelah Suter sudah menaikan tegangannya tadi, dokter pun langsung mencoba menempelkan alat picu jantung ke dada kiri dan kanan pasien dan untuk percobaan yang ketiga ini tubuh pasien menunjukkan reaksi positif sehingga jantung sudah kembali normal.

  Dan garis yang awalnya berbentuk lurus mendatar atau horizontal kini mulai bergelombang dengan ritme yang beraturan, hampir saja dokter dan para tim medis di buat tegang dengan peristiwa ini.

  "Alhamdulillah, akhirnya jantung pasien mulai normal kembali," ucap dokter tersebut dengan rasa syukur.

Saat ini dokter mulai keluar dari ruangan pasien, dan langsung disambut dengan wajah-wajah tua yang penuh harap itu.

"Dok bagaimana keadaan anak saya?" tanya Wanda.

"Alhamdulillah jantung pasien sudah kembali normal setelah tadi sempat melemah," ujar dokter itu, yang membuat pasangan sepuh ini serasa terisi lagi tenaganya.

Saat ini Wanda dan juga Nehru merasa bahagia setelah ketegangan mulai menyelimuti hati kedua, hingga pada akhirnya doa keduanya berakhir baik seperti ini.

"Pa, akhirnya anak kita, bisa pulih kembali," ujar Wanda.

"Iya Ma, doa kita langsung dikabulkan," ungkap Nehru sambil memeluk istrinya karena rasa bahagianya.

Melihat kehangatan keluarga sepuh ini Arjuna yang melihat dari arah kejauhan merasa senang juga akhirnya kondisi Sonia membaik seperti semula.

"Son, kamu harus kuat, karena Allah sudah menitipkan peri kecil yang begitu cantik, jadi kamu harus kuat melawan semuanya, agar peri kecilmu tidak merasa kesepian," gumam Juna.

Bersambung

Promo karya teman author ya!