NovelToon NovelToon
YOTH: The Mystery Laboratory

YOTH: The Mystery Laboratory

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Konflik etika / Perperangan / Robot AI
Popularitas:839
Nilai: 5
Nama Author: Radit Radit fajar

seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.

kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.

Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.

Akankah mereka menemukan tempat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Teknisi Lift

"kita harus hati-hati, bisa jadi monster boneka tadi tepat di depan pintu ini lewatnya." kakek berkata saat kami semua sudah dekat pintu.

Aku dan teman-temanku mengangguk. Kakek memasukkan batu aksesnya ke pintu ruangan tukang ini.

Kakek melihat keluar, mengecek kanan kiri.

"monster itu sudah jauh lewat, tapi sekali dia sudah melirik kita pasti akan dikejar lagi. Kita perlu rencana agar tidak mudah di deteksi." kakek berkata, mengambil kembali batu akses tukang sebelum kami keluar.

Aku dan teman-temanku mengangguk. Kami melirik ke sekitar ruangan tukang ini.

"mungkin ini bisa dipakai." Bhanu berkata setelah melihat beberapa tumpukan kotak berukuran sedang dan besar, ada satu lubang berbentuk persegi panjang mendatar di tiap kotak kayunya.

"benar, mari kita sedikit mengotak atiknya dulu." kakek berkata.

Kami mengumpulkan lima kotak kayu berukuran sedang dan satu yang berukuran besar. Kakek membuka sisi bawah dari kotak kardus itu dengan mengeluarkan paku-paku di tiap sisinya menggunakan palu.

Lalu kami semua membawa kotak-kotak itu keluar. Masuk ke dalam kotak masing-masing dengan bagian bawah yang tidak ada kayunya untuk berjalan dan lubang persegi panjang untuk melihatnya. Jadi kami akan jalan jongkok mulai dari sekarang.

"kita mau pergi kemana kek?" tanyaku saat kami semua sudah keluar.

"kita ke ruangan tukang selanjutnya, Zamir, kamu di belakang kakek, nanti sebut kalau sudah ada ruangannya." kakek berkata, aku mengangguk.

Kami jalan jongkok menyusuri unit-unit apartemen di lantai satu.

Untungnya saat kami mulai menjelajah lagi, boneka itu belum menyadari posisi kami. Dia masih mondar-mandir berjalan lurus di teras-teras lantai satu ini mencari kami.

Tapi tentunya kami juga tidak boleh lengah, kami belum tau apakah monster itu akan curiga dengan benda yang bergerak atau tidak.

Di dalam kotak kayu ini rasanya lebih pengap. Tapi setidaknya di sisi baiknya kami tidak perlu takut untuk sementara waktu ini karena di dalam kotak ini juga memberi rasa yang lebih aman. Seandainya dipukul atau ditendang, rasa sakitnya kurang dibanding tidak memakai kotak ini.

Sampai akhirnya kami tiba di sebelah pintu ruangan tukang yang kami cari. Aku memberitahukannya kepada kakek.

Kakek langsung keluar dari kotaknya dan memasukan akses tukang ke dalam alat yang ada di sebelah pintu.

Saat pintu sudah terbuka, kakek menyuruh kami ikut memasukkan kotak kayu kami. Aku dan teman-temanku menurut, membawa kotak masing-masing ke dalam.

Itu ide yang bagus, karena kalau kami meninggalkan kotaknya, jika monster itu lewat dan melihatnya pasti akan curiga.

Kami keluar dari kotak masing-masing setelah sudah di dalam ruangan. Kakek mengambil kembali batu aksesnya, membuat pintunya tertutup dulu.

Ruangan kali ini juga lampunya menyala remang, tapi lebih dari cukup untuk kami memeriksa isinya.

Ruangan ini tidak jauh beda dengan ruang kantor biasanya. Tidak seperti ruangan tukang tadi yang khusus untuk memperbaiki sesuatu, di ruangan ini sepertinya mendokumentasikan dan mencatat cara serta proses perbaikannya. Tapi tentunya ruangan tukang, ciri khasnya masih ada, ada beberapa perkakas mekanik yang tergeletak disini. Seperti palu, obeng, kunci inggris, dan sebagainya.

Kami mulai memeriksa isi ruangan. Melihat-lihat sekilas beberapa catatan, memeriksa laci meja dan lemari.

Kami tidak menemukan batu akses. Tapi sebagai gantinya aku menemukan sebuah catatan yang sepertinya penting lalu memperlihatkannya ke teman-temanku dan kakekku.

Isinya adalah tentang suatu laporan.

"kedua lift di lobi sudah berkali-kali rusak. Entah kena kutukan apa lift itu, tapi tentunya meresahkan para tukang di apartemen karena harus selalu memperbaiki dan memeriksanya. Apalagi saat tukang yang pandainya sedang sibuk, hanya beberapa tukang pemula yang tersedia dan jelas tidak pandai memperbaiki liftnya. Jadi kami sebagai pihak tukang memberikan pesan suara ketika tombol di dekat bagian dinding pada ruangan belakang lobi. Pesan suara itu berisi panduan memperbaiki liftnya, dan berhasil, pesan suara itu berdampak positif, sekarang tukang pemula juga bisa memperbaikinya."

Kami semua tersenyum tipis saat membacanya. Ini jelas keuntungan besar yang bisa kami pakai.

Kalau liftnya memang masih bekerja, kami bisa mengakses ruangan manapun dengan mudah. Dan itu termasuk lantai tujuh yang kami cari.

"baiklah kalau begitu, mari kita keluar dari ruangan ini dan kembali ke lobi lantai nol." kakek berkata, menyimpan kertasnya pada ranselnya.

Aku dan teman-temanku mengangguk. Kami membawa kotak kayu kami masing-masing saat kakek membukakan pintu ruangan dengan batu aksesnya.

Kami kembali menyusuri lorong-lorong teras di lantai satu ini. Melewati unit-unitnya yang sudah tua dan berdebu.

Ternyata, tepat sekali monster boneka tadi ada di depan jauh di depan kami dan arah kelilingnya ke arah kami. Saat sudah kumayan dekat sebelum dia menyadari kami sembunyi dulu di ruangan security.

Setelah langkah kaki beratnya itu sudah terdengar lumayan jauh, baru kakek membuka pintunya, mengeceknya dulu.

Lalu kami keluar setelah dirasa aman. Kembali bersembunyi dan jalan jongkok menggunakan kotak kayu kami.

Kami sampai di depan pintu besi ke tangga. Kakek membuka pintu besar itu, lalu setelah kami sudah ada di tangganya, kakek menutup pintunya kembali.

Saat di dalam lobi, kami lebih memilih mengangkat kotak kayunya daripada menggunakannya lagi karena pengap. Lagipula monster itu tidak akan melihat kami saat di dalam ruangan begini.

Ketika sudah kembali ke teras unit pada lantai nol, baru kami memakai kotak kayu itu lagi. Takutnya nanti malah dilirik oleh monster rajut yang masih di lantai satu, gak lucu kalau dia langsung lompat ngejar kami.

Kali ini juga kami tidak menyusuri unit-unit lantai nol. Tapi keluar dari pintu pagar terasnya. Di bagian masih pinggir halaman dalam.

Ada ruangan dengan pintu berakses tukang, pintunya tepat menghadap ke tengah halaman dalam.

Kakek membuka pintunya, lalu kami masuk.

"ha... Akhirnya tempat aman lagi." kata Bhanu setelah keluar dari kotak kayunya dan meregangkan badan karena pegal. Aku, teman-temanku yang lain, juga kakek keluar dari kotak kayu kami masing-masing.

"ya, tapi kita dapat tugas baru." Naurah berkata, melirik bagian ruangan ini, ada tangga ke bawah, kami bisa melihat dasar lantai bawahnya, tidak terlalu dalam.

"setidaknya lebih baik daripada kita kejar-kejaran dengan boneka tadi lagi." Elysia berkata, nyengir bahagia setelah tadi tegang saat monster bonekanya tepat mengarah kepada kami.

Kami semua turun ke bagian bawah ruangan ini. Ada dua bagian belakang lift terlihat disini, tepatnya bagian bawahnya yang punya beberaoa mesinnya. Berarti sebentar lagi, kami akan jadi teknisi lift amatiran.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!