Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33. Pinter kebangetan
********
Setelah berdiskusi dengan Dina dan pak Juna selama 2 jam, kini saatnya mereka mengisi perut yang sudah berdemo sejak tadi. Zafrina dari tadi sibuk dengan tablet milik Velia.
"Sayang kamu lagi ngapain?"
"Ngobrol sama papi." Kata Zafrina seraya menunjukkan tablet milik Velia yang ternyata memang terhubung dengan Rian.
"Mami udah ngobrol nya?" Rian bertanya pada Zafrina, ia mengigit bibir bawahnya melihat penampilan Velia saat ini. Rasanya ingin dia simpan sendiri kecantikan Velia hanya untuknya.
"Udah papi, kata mami Ina harus makan dulu sebelum jalan-jalan. Dadah papi .. Papi jangan lupa makan ya." Zafrina mematikan sambungannya. Lalu melempar pandangan pada Velia.
"Mami, kata papi lain kali mami ga boleh duduk dekat-dekat pria lain." Ujar Zafrina, mata Velia seketika membelalak, sedang Dina tertawa mendengar ucapan gadis kecil itu. Pak Juna sangat dosen muda pun hanya menggaruk pelipisnya.
Visual Juna
.
.
.
Setelah selesai makan mereka berpisah, Dina masih tetap mengikuti Velia karena mereka berdua janjian mau jalan-jalan ke mall.
"Gila ya anak lo, pinternya kebangetan." Bisikan Dina.
"Onty, tidak sopan berbisik-bisik di depan orang lain. " Ujar Zafrina melirik kesal pada Dina.
"Uuh .. cantiknya onty. Maaf ya sayang. Tadi onty sedang mengatakan sebuah rahasia pada mami kamu. Velia segera menjalankan mobilnya. Ia tersenyum miring mendengar putrinya berbicara dan menegur Dina.
Mereka tiba di mall, pertama tujuan mereka adalah toko peralatan sekolah. Zafrina termasuk anak perfeksionis, dia hanya mengambil apa yang dia perlukan. Dina yang berjalan dengan Velia pun di buat geleng-geleng kepala.
"Anak lo santuy banget ya Vel, Gue kok tiba-tiba jadi pengen punya anak kaya tu bocah." Ujar Dina.
"Lah kalo lo mau punya anak kaya Zafrina berati lo mesti ka*win ma duda kaya gue." Jawab Velia lirih.
"Nah si panjul mau gue kemanain dong?"
"Buang aja ke laut sono."
"Mami, aku sudah." Velia melihat keranjang yang didorong oleh Zafrina hanya berisi sedikit peralatan.
"Segini cukup? ina ga mau beliin saudara ina yang lain?" tanya Velia. Gadis kecil itu menggeleng.
"Enggak, soalnya mama sudah belikan mereka. Kata mama beli yang perlu dan pasti dipake. Kalo ga nanti mubazir." Jawab Zafrina.
Meskipun Dian baik kepada Velia, mendengar Zafrina sering menyebut mamanya membuat hati Velia serasa tercubit. Ia juga ingin selalu dibanggakan oleh Zafrina.
"Mami kok diem? Ina salah ya?"
"Eh, enggak sayang mami diem karena mami kepikiran ucapan kamu tadi."
"Kenapa?" Zafrina mengerutkan alisnya.
"Ya kata mama Dian ada benarnya." Ujar Velia kikuk.
"Ooh .. ayo mami habis ini kita main ke timez*ne ya. " Ujar Zafrina dengan gembira Dina dan Velia hanya tersenyum melihat kebahagiaan gadis itu.
Velia, Dina dan Zafrina benar-benar menghabiskan waktu mereka di wahana permainan itu. Karena Zafrina kelelahan dia tertidur di gendongan Velia.
Mereka sedang duduk di sebuah cafe yang ada didalam mall itu.
"Gimana neh Vel? lo emang bisa bawa anak lo sampai parkiran? gue takut lo encok ntar." Ujar Dina setengah mengejek kondisi Velia yang terlihat kesulitan.
Ponsel Velia berdering, dengan susah payah dia mengambilnya dari atas meja.
"Kamu dimana Vel?" tanya si penelepon
"Aku masih di kafe, ini Zafrina tidur aku ga bisa bawa tubuh Zafrina dan belanjaan yang banyak ini."
"Kafe mana?"
"Yang ada di foodcourt, kafenya yang di ujung paling pojok." Ujar Velia. Sambungan langsung mati Namun Velia tampak terkejut saat Rian sudah berdiri di sampingnya. Dina seakan tak mampu berkedip menatap wajah suami Velia itu.
"Woi mata kondisikan. Suami gue nih." Ujar Velia kesal. Dina tersenyum canggung pada Rian.
"Kok kesininya cepet?" tanya Velia pada Rian.
"Aku habis meeting sama klien di restoran sebelah. Makanya aku telepon kamu. Rian mengusap puncak kepala Zafrina lalu mengecupnya sebentar, dan beralih mencuri ciuman Velia.
"Iish .. Ada Dina." Velia memukul lengan Rian.
"Duh jadi kebelet k*win gue." Ujar Dina membuang pandangannya kearah lain. Namun matanya melotot saat ia melihat pacarnya justru sedang merangkul wanita yang sangat Dina kenal. Musuh bebuyutan Veli.
"Vel, liat kearah jam 3. Menurut lo mata gue yang rabun apa emang ini nyata? Itu panjul sama angel ngapain pegangan tangan coba? Noh si angel nempel-nempel lagi ma panjul." Velia menoleh, dan benar saja ternyata pacar Dina sedang digelayuti oleh musuh bebuyutannya sejak SMA.
"Sabar ya Din." Kata Velia iba.
"Sialan tu si panjul minta gue geplok palanya."
"Ya udah sih, mungkin dia bukan jodohmu."
"Trus gimana cara gue bales mereka?" Tanya Diba sambil menggigit kukunya. Dia mengalihkan perhatiannya dengan melakukan hal itu. Rian ikut menatap kearah pandang dia wanita itu.
Joe masih setia menunggu di belakang Rian. Rian langsung mendapat ide bagus.
"Kamu pergi berjalan kesana bawa belanjaan ini." Kata Rian menunjuk beberapa paperbag yang berlabel barang-barang branded. Dina menurut apa kata Rian.
"Joe, setelah dia menemui pacarnya kamu pura-pura tabrak dia dan bantu dia berakting." Ujar Rian. Dengan langkah lebar Dina pura-pura melewati Dion kekasihnya dan Angel.
Barang bawaan Dina yang banyak sengaja disenggol kan ke angel.
"Kalo jalan pake mata dong."
"Dimana-mana jalan pake kaki mbak." Ketus Dina. Mata Dion seketika membelalak melihat Dina ada di hadapannya.
"Wah, siapa ini?" Seperti kenal." Kata Dina ia sebisa mungkin menahan air matanya. Joe sudah ada di dekat mereka namun tak tega melihat Dina yang menahan air matanya.
"Dina i-ini .. "
"Selamat ya, akhirnya kalian jadian. Tapi sebelum itu gue mau ngomong satu hal sama lo." Ucap Dina menunjuk wajah Dion lalu melempar cincin tunangan mereka. --- "Nih gue balikin. Gue ga butuh pecundang kaya lo." Mata Dina sudah memerah. Joe mendekat membantu memunguti belanjaan Dina.
Joe membawakan barang belanjaan Dina dan menggandeng tangan gadis itu. Air mata Dina menetes setelah berbalik badan mengikuti langkah kaki Joe.
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
Semoga mengobati rindu kalian ya
selamat pagi dan selamat beraktifitas kak author moga sehat selalu