Dave Seth Arkana adalah anak dari pemilik kampus swasta yang terkenal di kotanya. Namun Dave tidak memiliki niat untuk menjalankan bisnis pendidikan milik orangtuanya tersebut. Dave lebih memilih bisnisnya sendiri, hingga suatu ketika Ayah Dave sakit keras, yang membuatnya menjalankan kedua bisnis tersebut. Mengawali bisnis pendidikan dengan terpaksa, hingga Dave menemukan seseorang yang menurutnya begitu cantik dan memukau, hingga Dave memutuskan untuk memprioritaskan bisnis orangtuanya demi mengejar cinta ibu dosen tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
“Cek mobilnya, dan test drive yang jauh kalau perlu” Bisik Dave kepada Arga.
“Bu Rachel saya boleh periksa mobilnya dan coba untuk keliling jalan sekitar sini?” Tanya Arga kepada Rachel.
“Tentu Pak Arga, silahkan”
“Saya pinjam ya Bu”
“Iya Pak”
“Bu Rachel kita tunggu di dalam saja, kasihan kulit Bu Rachel terbakar nanti menghitam”
“Pak Dave bisa saja hehehe”
Rachel masuk ke dalam coffee shop bersama Dave, mereka memesan minuman dan makanan untuk dinikmati bersama sambil menunggu Arga kembali.
“Bu Rachel suka kopi ternyata”
“Sesekali Pak, Pak Dave?”
“Setiap hari”
“Tidak apa-apa asal Pak Dave juga harus memperhatikan asupan makanannya”
“Baik Ibu terimakasih” Ucap Dave dengan lembut sambil menundukan kepalanya untuk menggoda Rachel.
Rachel hanya tertawa melihat sikap Dave yang ternyata tidak sekaku yang terlihat. Dave memang terlihat begitu dingin, tapi dia juga memiliki sisi humoris yang tidak semua orang mengetahuinya.
Ting! Ponsel Rachel berdering.
“Bu Rachel, saya sekalian ke tempat adik saya boleh? Karena rencananya mobil ini untuk adik saya” – Arga
“Silahkan Pak” – Rachel
“Pak Dave, baru saja Pak Arga sampaikan kalau sekalian menuju tempat adiknya. Pak Dave bagaimana?”
“Arga memang seperti itu Bu, saya sih santai tidak ada jadwal apapun. Kalau bu Rachel mau kembali ke kampus saya akan antar”
“Saya sudah selesai mengajar Pak”
“Ya sudah kita nikmati waktu siang ini, jarang-jarang kitab isa santai di jam kerja”
“Baik Pa”
Ketika Rachel sedang menjelaskan sesuatu kepada Dave, dia hanya memperhatikan gerak bibir Rachel yang menurutnya begitu sen-sual.
“Shiitt!” Umpat Dave dalam hati.
“Minggu depan ada acara Gala Dinner dan Welcome Party apa Pak Dave berkenan hadir?” Tanya Rachel.
“Iya Bu, saya sudah dapat undangannya. Tapi saya tidak memiliki pasangan, jadi saya memutuskan untuk tidak hadir”
“Oh begitu Pak”
“Bu Rachel datang?”
“Saya tetap datang Pak”
“Sendiri?”
“Iya Pak”
“Kita datang bersama saja Bu Rachel, dari pada kita tidak memiliki pasangan”
“Pak Dave, apa tidak masalah jika Pak Dave bersama saya”
“Saya single Bu, dan Bu Rachel juga, jadi apa salahnya kita bersama”
Degg!
Jantung Rachel berdegub kencang, Dave seperti menekankan kalimat ‘apa salahnya kita bersama’. Rachel hanya tersenyum kearah Dave dan mengangguk pelan.
“Bu Rachel setuju?”
“Saya setuju Pak saja Pak, asal Pak Dave tidak keberatan”
“Oke, saya akan jemput Bu Rachel dirumah nanti”
Sudah lebih dari satu jam Arga tidak kunjung datang, Rachel sedikit hawatir karena dia membuang waktu dave begitu saja.
“Untuk tema welcome party besok apa Bu?” Tanya Dave.
“One night to remember, Pak”
“Memang akan menjadi one night to remember Rachel” batin Dave.
“Oke, kita harus mencari dress code untuk acara tersebut Bu Rachel”
“Baik Pak”
Bersama Dave meskipun sedikit gugup, tapi Rachel begitu menikmati kebersamaan tersebut. Ketika Dave sedang sibuk dengan ponselnya, dia menatap lekat pria yang berada di hadapannya.
Hidung mancung, bibir tipis, rambut hitam lebat, badan bidang dan tinggi. Dave adalah pria idaman semua wanita, apalagi Dave memiliki kekuasaan dan kekayaan.
“Orangtua Bu Rachel bisnis apa?” Tanya Dave kepada Rachel ketika dia sedang menatap lekat dave.
“B-bisnis kecil-kecilan saja Pak” Ucapnya gugup.
“Rachel, ternyata kita sama-sama tertarik” batin Dave.
“Bu Rachel ini suka merendah”
“Tidak Pak, memang benar. Orangtua saya hanya memiliki pabrik rokok dan pupuk”
“Ekspor?”
“Iya Pak”
“Lalu dimana letak bisnis kecil-kecilannya Bu?”
“Hehehe maksud saya, karena tidak sekaya Pak Dave”
“HAHAHAHA” Dave tergelak mendengar penjelasan Rachel, Dave hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.
“Pak Dave, Bu Rachel maaf tadi saya sekalian menunggu adik saya, dan adik saya setuju”
“Oh baik Pak, langsung dibawa saja tidak apa-apa. Saya ambil dulu tas saya di dalam”
“Tunggu disini saja Bu, biar saya bereskan”
“Tidak apa-apa Pak, kenapa jadi Pak Arga yang repot”
Dave menatap tajam kearah Arga, lebih tepatnya tatapan intimidasi.
“Dave! Sudah dua jam. Kalau masih kurang nikahin sana” sungut Arga.
“Pak Arga, ini kuncinya. Dan suratnya ada di mobil”
“Terimakasih banyak Bu Rachel, karena adik saya sudah tidak sabar, saya permisi dulu Bu. Uangnya akan segera saya transfer”
“Baik Pak, terimakasih”
Rachel hanya mengambil sebuat tas dari dalam mobilnya, lalu meletakkannya di kursi yang berada di sampingnya.
“Bu Rachel mau pergi lihat rumah?”
“Pak Dave tidak sibuk?”
“Tidak, kita lihat-lihat saja siapa tahu ada beberapa rumah yang menarik”
“Baik Pak”
Dave berdiri menunggu Rachel, lalu mereka menuju mobil Dave dan segera meninggalkan coffee shop tersebut.
Kali ini Dave mengemudikan sendiri mobilnya, melihat Rachel yang kesulitan menarik sabuk pengamannya, Dave pun dengan sigap membantu hingga jarak keduanya begitu dekat. Bahkan aroma nafas Dave yang begitu segar begitu tercium.
Rachel begitu gugup ketika Dave berada di dekatnya tapi Rachel berusaha bersikap biasa saja. Dave telah memasangkan sabuk pengaman untuk Rachel, dia tersenyum lembut menatap Rachel, lalu kembali fokus dengan mobilnya.
“Pak Dave sering mengemudi sendiri?”
“Tidak begitu Bu Rachel, karena driver saya lagi sakit, jadi hari ini pergi sendiri”
Rachel menatap tangan Dave, memperhatikan otot tangan pria tersebut. Lalu Rachel menggigit bibir bawaahnya, karena pikiran Rachel sedang terbang melayang.
Dave memperhatikan Rachel yang terlihat melamun ketika menatap tangannya, Dave tersenyum smirk kemudian fokus dengan jalan yang sedang dia lewati.
“Ini rumah pertama Bu Rachel, dan termasuk rumah yang jaraknya begitu jauh. Keamanan tidak perlu di ragukan”
“Estimasi waktunya Pak, sebenarnya sangat bagus sekali termasuk lingkungannya”
“oke, kita menuju rumah kedua”
“Baik Pak”
Rachel terlihat sedang bergerak, tatapn Dave tertuju pada dada Rachel yang terlihat padat berisi dan sedikit tertekan sabuk pengaman. Dave menggenggam erat setir mobilnya, dia berusaha menekan gejolak dalam dirinya.
“Rumah kedua, tidak jauh dari rumah saya, jadi kalau ada apa-apa saya bisa segera menolong Bu Rachel”
Rachel tersenyum ketika mendengar penjelasan Dave, dia menatap Dave lalu merek aturuan bersama. Dan ketika Rachel hendak turun, lagi dan lagi Dave harus melihat paha Rachel yang terbuka begitu saja.
Dave menghela nafasnya dengan kasar, lalu dia turun dan mengikuti Rachel dari belakang. Tubuh Rachel bak gitar spanyol. Dirga yang berada di belakangnya begitu ingin memeluk Rachel.
“Rumah yang itu Pak Dave” tunjuk Rachel
“Kita kesana Bu Rachel”
Rachel sedang sibuk melihat rumah yang akan dia beli, sedangkan Dave tengah sibuk memperhatikan tubuh Rachel yang begitu menggoda.
“Rumah ini sudah di lengkapi dengan furniture Bu, jadi Bu Rachel tidak perlu lagi membeli bisa langsung masuk dan ditempati” Ucap marketing tersebut.
“Menurut Pak Dave”
“Saya suka rumah ini Bu Rachel, keamanan terjamin, dekat kampus, dan rumah saya” bisik Dave.
Seketika Rachel merinding mendengar bisikan Dave. Rachel begitu malu ketika dia kembali teringat tentang kejadian pagi dimana Dave datang untuk menolong Rachel.
“Saya pikir Bu Rachel datang bersama suami, karena terlihat serasi sekali” sahut Rachel.
Dave hanya tersenyum, lalu Rachel menyetujui untuk mengambil rumah tersebut. Dan hari ini Rachel melakukan pembayaran tunai untuk pembelian rumah tersebut.
“Kalau begitu, saya akan bantu Bu Rachel berkemas, saya akn kirim orang untuk mengambil barang-barang Bu Rachel”
“Pak Dave terimakasih banyak, sudah membantu saya sampai sejauh ini”
“Sama-sama Bu Rachel”
Rachel dan Dirga sedang duduk diruang tamu, Rachel begitu nyaman mendapat rumah baru tersebut, itu artinya Bara tidak akan datang mengganggu.
“Pak Dave”
“Iya?”
“Di depan ada supermarket”
“Ayo kita berangkat”
“Hah”
“Saya antar”
Rachel menarik nafasnya, Dave begitu sempurna di mata Rachel. Berbeda dengan Bara, dia hanya mau menikmati tubuh Rachel tanpa peduli apa saja yang Rachel butuhkan selama menjadi ibu rumah tangga.
Rachel berbelanja beberapa bahan, dan barang-barang penunjang lain. Sedangkan Dave membantu Rachel untuk mendorong troli supermarket.
“Pengantin baru ya Bu, serasi sekali” Ucap pengunjung swalayan.
“Terimakasih” Jawab Dave lalu menggandeng Rachel untuk meninggalkan lorong kebutuhan rumah tangga tersebut.
Rachel masih syok dengan jawaban Dave yang tiba-tiba mengucapkan terimakasih dengan menggandengnya membawa pergi dari kerumunan ibu-ibu yang sedang berbelanja.
Selesai belanja, Dave segera mengantar Rachel pulang. Dave duduk di meja makan dan Rachel membawakan makanan dan juga buah yang dia beli dari supermarket.
“Terimakasih Bu Rachel”
“Sama-sama Pak”
Rachel sibuk memasukan beberapa barang ke dalam lemari pendingin, sedangkan Dave hanya memperhatikan Rachel.
“Pak Dave mau makan? Kalau mau saya masak untuk Pak Dave”
“Bu Rachel bisa masak?”
“Bisa Pak”
“Tapi Bu Rachel pasti lelah”
“Tidak Pak, tunggu ya”
Rachel menuju ke dapur untuk memulai memasak, Dave hanya memperhatikan Rachel dari jauh ketika dia sedang sibuk di dapur. Rachel terlihat begitu cantik dengan rambut diikat tinggi diatas kepala.
“Mungkin akan seperti ini kalau aku nikah sama Rachel” gumam Dave.