NovelToon NovelToon
Chain Of Love In Rome

Chain Of Love In Rome

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: De Veronica

Di bawah pesona abadi Kota Roma, tersembunyi dunia bawah yang dipimpin oleh Azey Denizer, seorang maestro mafia yang kejam dan tak tersentuh. Hidupnya adalah sebuah simfoni yang terdiri dari darah, kekuasaan, dan pengkhianatan.

Sampai suatu hari, langitnya disinari oleh Kim Taeri—seorang gadis pertukaran pelajar asal Korea yang kepolosannya menyilaukan bagaikan matahari. Bagi Azey, Taeri bukan sekadar wanita. Dia adalah sebuah mahakarya yang lugu, sebuah obsesi yang harus dimiliki, dijaga, dan dirantai selamanya dalam pelukannya.

Namun, cinta Azey bukanlah kisah dongeng. Itu adalah labirin gelap yang penuh dengan manipulasi, permainan psikologis, dan bahaya mematikan. Saat musuh-musuh bebuyutannya dari dunia bawah tanah dan masa kelam keluarganya sendiri mulai memburu Taeri, Azey harus memilih: apakah dia akan melepaskan mataharinya untuk menyelamatkannya, atau justru menguncinya lebih dalam dalam sangkar emasnya, meski itu akan menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Veronica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

gasparino penuh cinta

Azey memeluk Taeri semakin erat, meluapkan rasa sayang dan kelegaannya. Tangannya bergerak dengan lembut, mengusap punggung Taeri perlahan, lalu naik hingga mencapai area sensitif di dada gadis itu. Taeri tersentak kecil, namun tidak menolak.

"Etss... Daddy tidak boleh nakal dulu. Ingat kata dokter, Daddy harus sabar dan tidak boleh liar-liar dulu," ucapnya dengan nada lembut namun tegas, berusaha menahan senyum geli.

Senyum licik menghiasi wajah Azey. Dengan gerakan tiba-tiba, ia mengangkat Taeri hingga duduk berhadapan di pangkuannya, menatapnya intens. "Dokter hanya bilang harus pelan-pelan, kan?" bisiknya dengan nada menggoda, lalu mencium leher Taeri dengan lembut sebelum menggigitnya pelan, memberikan sentuhan nakal.

"Sttt... aah, sayang... jangan digigit di situ. Nanti merah, aku ada pameran besok," protes Taeri lirih, mencoba menahan desahan yang hampir lolos dari bibirnya. Ia berusaha keras untuk tidak terbuai oleh sentuhan Azey.

Mendengar protes Taeri, Azey melepaskan gigitannya. "Kalau begitu... bagaimana kalau aku menggigit bagian yang ini?" bisiknya nakal sambil mengintip belahan dada Taeri yang sedikit terbuka di balik gaunnya, memberikan tatapan menggoda.

"Ih... mesum banget. Terserah saja," balas Taeri manja, menyerah pada godaan Azey. Ia tahu betul, ketika Azey sudah menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya. Ia hanya bisa pasrah dan menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh kekasihnya.

Di sebuah ruangan yang hangat, keluarga Estechi tengah menikmati waktu bersantai bersama putri mereka, ditemani suara televisi yang menemani. Mata Estechi tiba-tiba terpaku pada berita mengenai pembukaan sebuah galeri seni baru yang mewah.

"Eve, tahu tidak? Besok ada pembukaan galeri seni baru di pusat kota," ujarnya dengan nada santai, namun tersembunyi keinginan kuat untuk menghadiri acara tersebut.

"Benarkah, Mom? Pasti akan ada banyak lukisan mahal di sana," balas Eve dengan antusias, seolah memahami betul jalan pikiran ibunya yang selalu tertarik pada hal-hal berkelas.

"Tentu saja. Kabarnya, galeri ini akan menjadi yang terbesar di Roma... tempat berkumpulnya para elite," ucap Estechi sambil menyeringai tipis, membayangkan dirinya menjadi bagian dari lingkaran eksklusif tersebut.

"Siapa pemiliknya, Mom? Aku jadi penasaran. Pasti bukan orang sembarangan," tanya Eve, rasa ingin tahunya terpancing. Ia yakin, hanya orang dengan kekayaan luar biasa yang mampu mendirikan galeri sebesar itu.

Estechi terdiam sejenak, mencoba menerka-nerka di benaknya. Namun, hanya satu nama yang muncul, sosok pria yang diragukannya akan terlibat dalam urusan seni. "Mommy juga belum tahu pasti. Tapi, siapa tahu, dengan pergi ke sana, kamu bisa bertemu dengan pria berpengaruh... atau, kalau mereka sudah punya istri, kita bisa merebutnya," godanya dengan nada tajam. Ia tidak ragu untuk melakukan apapun demi memperluas pengaruh dan kekayaan keluarganya.

"Tidak mau, Mom. Aku tetap menginginkan Tuan Azey. Meskipun sulit karena ada wanita itu," gumam Eve dengan nada cemburu yang kentara. Ia masih menyimpan dendam atas kejadian di arena skating yang mempermalukannya di depan umum.

Melihat kesedihan di mata putrinya, amarah Estechi kembali tersulut terhadap Taeri. "Gadis Asia itu? Dia hanya kerikil kecil penghalang jalan. Jika kamu menginginkannya, kita bisa menyingkirkannya... secara halus maupun kasar," bisiknya dengan nada gelap, mengungkapkan rencana jahat yang telah lama ia susun untuk menyingkirkan Taeri selamanya.

"Tapi bagaimana caranya, Mom? Kulihat Tuan Azey sangat perhatian padanya," ucap Eve dengan nada kesal, merasa pesimis dengan rencana ibunya.

"Tenang saja," balas Estechi dengan nada meyakinkan. "Besok Tuan Azey pasti datang ke galeri itu untuk mencari lukisan langka... dan Mommy sudah punya rencana untuk mempermalukan gadis itu," bisiknya penuh niat buruk, seringai licik menghiasi wajahnya. Ia yakin rencananya kali ini akan berhasil menyingkirkan Taeri dari kehidupan Azey.

Setelah berbagi momen intim yang melelahkan namun membahagiakan, Taeri tertidur lelap di ranjang. Azey, setelah membersihkan diri, menatap wajah damai kekasihnya dengan penuh cinta. "Tidurlah dengan nyenyak, sayang... Aku harus menemui orang yang bertanggung jawab atas galeri seni milikmu," bisiknya lembut, seraya mengecup dahi Taeri dengan sayang. Gadis itu menggeliat kecil tanpa sadar saat Azey beranjak pergi meninggalkan kamar.

Dengan langkah tenang, Azey melangkah menuju mobilnya, bergegas menuju markas yang terletak jauh dari keramaian kota. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, ia tiba di tengah hutan pinus yang rimbun, tempat markasnya berada.

Azey memasuki ruang rapat pribadinya. Sophia dan Giada, dua tangan kanannya, sudah menunggu kedatangannya. Mereka menunduk hormat saat Azey menatap mereka dengan tatapan dingin namun tegas. "Pastikan semua persiapan untuk pembukaan galeri besok berjalan lancar. Aku tidak ingin ada satu pun kekurangan," ucapnya dengan nada tenang namun penuh otoritas.

"Tentu, Tuan. Saya akan mengerahkan seluruh tim untuk memastikan semuanya sempurna," jawab Sophia dengan sigap.

"Apakah undangan pembukaan galeri terbuka untuk umum atau hanya untuk kalangan elite saja, Tuan?" tanya Giada dengan hati-hati.

"Terbuka untuk semua kalangan. Taeri tidak suka membatasi siapa pun yang ingin menikmati seni... tapi pastikan keamanan tetap menjadi prioritas utama," jelas Azey dengan nada datar. Ia sangat memahami jiwa bebas dan kebaikan hati kekasihnya.

"Wah, Nona Muda pasti sangat baik hati. Saya jadi semakin penasaran ingin bertemu dengannya," ucap Giada dengan mata berbinar, merasa kagum pada sosok Taeri yang belum pernah ia temui.

"Sepertinya beliau juga sangat lembut dan penyayang," timpal Sophia dengan nada halus, membayangkan sosok Taeri yang anggun dan ramah.

Azey tersenyum tipis, membayangkan kekasihnya yang memiliki dua sisi yang bertolak belakang, lembut dan kejam di saat yang bersamaan. "Mungkin," gumamnya singkat, merasakan kerinduan yang mendalam dan ingin segera kembali ke sisi Taeri.

Setelah memberikan instruksi yang diperlukan, Azey memutuskan untuk meninggalkan ruang rapat. Namun, tepat di depan pintu lift, ia tak sengaja bertemu dengan Francesco yang menunduk hormat menyapanya. Azey berhenti di hadapan pria itu.

"Bagaimana dengan ekspor ke Meksiko? Apakah semuanya sudah selesai?" tanyanya datar, menanyakan kelanjutan bisnis ilegalnya.

"Sudah, Tuan. Semua senjata telah sampai ke Meksiko tanpa kendala apa pun," balas Francesco mantap, merasa lega karena berhasil menyelesaikan misi yang diperintahkan dengan baik.

Azey tersenyum puas mendengar laporan tersebut. "Tetap awasi pergerakan mafia Meksiko. Mereka terlalu licik... bunuh siapa pun yang berani menunggak pembayaran," ucapnya dingin, menunjukkan kewaspadaannya berdasarkan pengalamannya berurusan dengan mafia Meksiko yang terkenal berbahaya.

"Baik, Tuan. Ta—tapi ini akan sedikit rumit... belakangan ini Leonardo jarang sekali muncul di markas," jelas Francesco ragu, mengungkapkan kesulitan yang ia hadapi karena harus menangani misi ini sendirian selama satu bulan terakhir.

Azey kembali teringat dengan bawahannya yang memiliki hubungan dekat dengan sahabat kekasihnya. "Dia sedang sibuk mengurusi kekasihnya," balasnya malas, merasa jengkel dengan ketidakhadiran Leonardo. Lalu, ia masuk ke dalam lift, meninggalkan Francesco yang terkejut dengan mulut terbuka lebar.

"Wah, bajingan gila itu... ternyata sibuk pacaran di saat pekerjaan sedang menumpuk," gerutu Francesco kesal, sangat ingin memberi perhitungan kepada rekan kerja sekaligus sahabatnya itu karena telah meninggalkannya sendirian dalam misi yang berat.

Setelah menyelesaikan semua urusannya di markas, Azey bergegas kembali ke mansion, membawa satu bungkus makanan di tangannya. Saat membuka pintu kamar, ia mendapati kekasihnya masih terlelap dengan damai.

"Dia masih tertidur ternyata," gumamnya pelan, menghampiri Taeri dan duduk di sampingnya di tepi ranjang.

"Baby, bangunlah... ini sudah malam," ucapnya lembut, sambil membelai rambut Taeri dengan sayang. Gadis itu menggeliat pelan, menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

"Huaaa... sayang... jam berapa sekarang, hmmm?" tanyanya malas, perlahan bangkit bersandar di kepala ranjang tanpa membuka matanya, membuat Azey merasa gemas dengan tingkah lakunya yang menggemaskan.

"Sudah jam delapan malam," jawab Azey tenang, menahan senyum.

"Apa... jadi aku sudah tidur seharian?" keluh Taeri sedikit kaget, merasa malu dengan kebiasaan baru nya tidur terlalu lama.

Azey mengusap pipi Taeri dengan lembut. "Sekarang cuci muka dulu, aku membawakanmu Gasparino," ujarnya sambil menunjukkan bungkusan makanan yang dibawanya. Ia tahu betul bahwa kekasihnya sangat menyukai Gasparino, makanan khas Italia.

Seketika, mata Taeri berbinar mendengar nama makanan kesukaannya. "Wah... kamu memang calon ayah yang baik. Baiklah, tunggu sebentar," balasnya manja, lalu mencium bibir Azey sekilas sebelum buru-buru turun dari ranjang dengan tubuh telanjangnya menuju kamar mandi, tidak sabar untuk menikmati hidangan lezat yang dibawakan oleh kekasihnya.

Azey duduk santai setelah kekasihnya menghilang ke kamar mandi. "Dia memang tidak bisa ditebak. Kadang sangat ceria, kadang juga sangat liar," gumamnya sambil menatap pintu kamar mandi, terheran-heran dengan kepribadian Taeri yang unik.

Tidak lama kemudian, Taeri keluar dari kamar mandi, mengenakan kimono putih yang menutupi tubuhnya yang indah. Ia menghampiri Azey dengan langkah ringan.

"Mana Gasparinoku, sayang? Cepat sini," pintanya manja, sambil mengulurkan tangannya ke arah Azey.

"Duduklah, biar aku yang menyuapimu," ucap Azey lembut sambil menepuk tempat kosong di sampingnya di atas ranjang.

Taeri tersenyum lembut, lalu dengan anggun duduk di samping kekasihnya. Azey membuka bungkusan Gasparino dan mulai menyuapi gadis itu dengan penuh perhatian. Namun, pada suapan pertama, Taeri merasa ada sesuatu yang berbeda.

"Kok tidak pedas sih, sayang? Kamu malah membeli yang original," protesnya pelan, merasa kecewa karena rasanya tidak seperti Gasparino yang biasa ia makan.

"Tidak ada makanan pedas untuk ibu hamil," balas Azey tegas namun dengan nada hangat, membuat Taeri tersadar akan kondisinya saat ini.

"Eh... iya ya. Lupa kalau sekarang sudah ada si kecil," gumamnya lembut sambil tersenyum nyengir, merasa sedikit bersalah karena melupakan kehamilannya. Lalu, ia kembali menerima suapan dari Azey dengan senang hati.

Pria itu tersenyum tipis melihat tingkah laku konyol Taeri. "Rasanya aku ingin memakanmu sekarang juga, baby," batinnya dalam hati, merasakan hasrat yang membara melihat kecantikan dan keluguan kekasihnya.

1
Syafa Tazkia
gila abiss
Zamasu
Penuh emosi deh!
Shinn Asuka
Wow! 😲
Yori
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!