"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Episode 23
***
Mendengar ucapan itu, Dr. Shen terdiam tapi kemudian...
"Hah?"
Dr. Shen terkejut dan takut langsung mengangkat tangannya, dia mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Alexander yang menatapnya dengan sangat tajam.
Dr. Shen langsung menunduk lagi karena ketakutan.
"Aku ... aku tidak mungkin berniat yang lain Tuan, aku ini seorang dokter, aku meletakkan alat di sini untuk memeriksa denyut jantungnya."
Dr. Shen menjelaskan dengan suara yang sedikit bergetar, dia tidak pernah membayangkan kena marah karena hal seperti ini.
"Ehem!"
"Tapi tanganmu terlalu dekat, jauhkan sedikit!" Ketus Alexander membuat dr. Shen sampai geleng-geleng kepala.
Dia tak tahu siapa wanita ini bagi Alexander tapi nampaknya wanita ini sangat penting baginya, karena dr. Shen juga tahu jika Alexander bukanlah tipe orang yang peduli dengan orang yang tidak penting baginya.
Setelah itu, dr. Shen memeriksa keadaan Anna dengan suasana tegang dan cukup mencekam, Alexander terlalu memperhatikan nya penuh dengan tekanan membuat Dr. Shen kesusahan untuk berkonsentrasi.
Tapi setelah memeriksa kondisinya beberapa saat dr. Shen akhirnya bisa bernafas dengan lega.
"Nona ini sepertinya hanya syok saja, denyut jantung nya juga tidak memperlihatkan adanya air di dalamnya, tapi untuk keadaan lebih detailnya sebaiknya besok Tuan bawa ke rumah sakit saja, di rumah sakit akan ada alat canggih untuk memeriksa seluruh keadaan organ dalam tubuh."
"Untuk saat ini, aku hanya bisa meresepkan obat demam karena suhu tubuhnya cukup tinggi karena demam."
Untungnya Dr. Shen sudah mempersiapkan beberapa obat umum yang biasanya dibutuhkan oleh pasien yang demam jadi dia bisa langsung memberikannya pada Alexander.
"Hmmm, baiklah. Kalau begitu kau boleh pulang."
Perintah Alexander meletakkan obat yang diberikan dr. Shen ke atas meja nakas.
Dr. Shen yang mendengar itu tersenyum kaku, dia menundukkan tubuhnya sebentar kemudian dia keluar dari ruangan.
"Kenapa aku merasa dia masih marah padaku karena hal tadi ya? Dari tatapannya aku merasa dia sungguh akan mematahkan tanganku."
"Huh, menakutkan sekali."
Dr. Shen pergi sambil sedikit menggerutu, entah siapa wanita itu sampai membuat Alexander bersikap mengerikan begitu padanya.
Padahal sebelumnya Alexander yang ia kenal selalu bersikap tenang dan tidak peduli, jadi sikap barusan tentu membuat dr. Shen sangat terkejut.
***
Di kamar Alexander dan Anna,
Setelah dr. Shen pergi dari kamar, Alexander duduk di sofa yang ia seret mendekat ke ranjang.
Dia menatap wajah Anna yang masih pucat, tapi dia sangat lega mendengar Anna sungguh baik-baik saja.
"Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika aku terlambat menariknya dari kolam, apa dia akan?"
"Ah, membayangkan nya sudah membuatku merasakan rasa sakit seperti ini, apa yang terjadi denganku sebenarnya? Apa aku sakit?"
"Sepertinya aku juga harus memeriksa jantungku ke rumah sakit besok!"
Geram Alexander mengusap kasar keningnya, dia bersandar di sofa dan matanya menatap langit-langit.
Dia ingat tadi saat dia mengganti pakaian istrinya, dia melihat garis biru di atas dadanya, sepertinya itu karena tadi saat ke rumah Kakeknya, dia tiba-tiba mendadak menghentikan mobil dan membuat Anna terluka dan kesakitan seperti itu.
Sebelumnya Alexander sama sekali tidak memperhatikan nya, Anna menahan saksi dengan mengepal tangannya sendiri.
Anna juga ketakutan ketika mobil melaju dengan kencang, tapi dia sama sekali tidak berani mengatakan semua itu padanya.
Alexander terdiam dengan mata yang tajam dan perasaan campur aduk, perasaan bersalah, rasa aneh tapi juga tidak terima bercampur dalam hatinya.
Dia tahu dia memiliki Selena, dia juga tahu dia harus secepatnya menceraikan Anna, tapi perasaan yang ada di dalam dadanya sungguh membuatnya tidak tenang.
Apalagi fakta bawah tubuhnya nampaknya sangat menginginkan Anna.
Alexander menyadari ini ketika dia melihat Anna dicengkeram oleh lelaki lain, saat itu Alexander bisa saja mem b u n u h nya karena amarahnya.
Saat itu Alexander sadar jika dia sepertinya menginginkan tubuh istrinya ini.
"Ah, persetan! Dia hanyalah wanita yang menjebakku, aku tidak akan luluh padanya, aku memiliki Selena, aku bukanlah lelaki yang suka berselingkuh, jadi wanita ini harus segera pergi dari sisiku!" Geram Alexander bangkit dari sofa.
Saat dia bangkit dia melihat berkas yang ada di atas meja nakas, sebelumnya dia sudah memerintah Anna untuk mendatangani berkas pernjanjian itu tapi saat dia memerhatikan berkas itu tidak ada tanda tangan Anna disana.
"Heh!" Alexander menyeringai tajam.
Tindakan Anna yang tidak mau mendatangkan berkas perjanjian menunjukkan jika seluruh kecurigaan nya mengenai Anna menginginkan posisi sebagai istrinya dan mendambakan hartanya menjadi jelas.
Tidak mungkin ada wanita normal yang tidak memiliki motif tersembunyi mau tersiksa seperti ini.
Kecuali jika dia memang ingin hartanya.
"Menyebalkan sekali, sudah kuduga jika kau tidak akan tandatangan karena kau mengingat uang dan status sebagai Nyonya Graham! Menjijikan sekali!"
Bisik Alexander kemudian keluar dari kamar, dia pergi ke ruangan kerjanya dan dia akan tidur disana saja.
Dia menekan semua perasaan takut dan khawatir di hatinya, karena keyakinan nya mengenai Anna hanyalah wanita yang menjebaknya dan memanfaatkan nya demi uang dan status semata.
Di mata Alexander, Anna tetaplah wanita licik yang penuh dengan rencana menjijikkan.
***
Waktu akhirnya berlalu ...
Pagi akhirnya menyingsing, mimpi buruk Anna berakhir ...
"Ibu?!"
"Haaaah!"
Anna terbangun dengan nafas yang memburu, kepalanya sakit sekali dan cahaya matahari hampir yang masuk melalui jendela besar kamar membuat pandangannya silau.
"Huh?"
Anna memegangi kepalanya yang pusing, dia bingung mengapa dia masih bangun di kamar pengantin nya.
Karena Anna mengira dia sudah tenggelam tapi saat ia bangun, dia masih melihat pemandangan yang sama yang ia lihat setiap kali ia bangun pagi.
Tapi bedanya sekarang adalah, dia berada di atas ranjang bukan berada di atas sofa.
"Hmmm? Kau sudah bangun?"
Suara itu membuat Anna terdiam dan membeku, dia tidak berani menoleh ke sisinya karena dia tahu suara itu sangat dekat, karena memang Alexander duduk di sofa yang ia seret agar berada dekat dengan ranjang.
***
Bersambung...
Alex mbo y ngomong ny baik2 dong , jan seperti itu ,jelas Anna ketakutan karna ngomong kamu selalu membentak gda lembut2 ny 🤪