Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 : Audrey Ketahuan
Malam menjelang. Audrey yang barusan pergi menikmati masa mudanya di sebuah beach house yang ada di Utara Jakarta, baru saja mobil yang dikendarainya terparkir di depan rumah.
Sebenernya waktu masih menunjukkan pukul 11 malam. Masih terlalu awal untuk mengakhiri party tadi bersama teman-temannya. Akan tetapi, Audrey buru-buru pulang setelah mendapatkan kabar jika maminya sudah tiba di rumah beberapa menit yang lalu.
Gadis cantik itu senang karena sudah beberapa minggu alias sebulanan tidak bertemu kedua orangtuanya. Pastinya rindu itu ada. Apalagi, Audrey anak bungsu yang selalu dimanjakan.
Wajahnya berbinar saat melihat mobil yang biasa digunakan antar jemput maminya, masih terparkir di carport depan rumah yang luas. Supir pribadi maminya juga terlihat nongkrong sambil merokok di pos satpam. Pasti kedatangan maminya belum lama juga.
"Mami, Audrey pulang." Seru sang anak saat memasuki ruang tamu rumah mewah tersebut.
Audrey tampak celingukan mencari sosok yang dimaksud. Tidak terlihat ada kedua orangtuanya. Ah, pasti mami dan papinya sedang di kamar, pikirnya.
Akan tetapi-
"Audrey!"
Saat menaiki tangga untuk ke kamar sang orang tua yang ada di lantai 2, ada suara yang memanggil namanya. Gadis itu menoleh dan mendapati tubuh maminya berdiri di dekat tangga.
"Mami, Audrey kangen." Seru Audrey yang memutuskan untuk cepat menuruni tangga dan menghamburkan dirinya ke tubuh maminya.
Gadis itu berpikir, sebuah pelukan akan menyambut tubuhnya. Sayangnya, apa yang dia harapkan tidak terjadi. Malah, ibu kandungnya itu melakukan sesuatu yang membuat dia terkejut.
Plak!
"Mami?" Lirih Audrey sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh ibunya sendiri.
Olivia Sato, merupakan ibu dari Audrey. Olivia dulunya juga pernah bersahabat dengan Elena, ibu dari Kirana.
Dulu sekali, sebelum negara api menyerang.
Nyatanya, persahabatan itu rusak karena api ambisius dari seorang balerina bernama Olivia. Perasaan serakahnya yang membuat Elena menanggalkan sepatu baletnya karena cidera parah. Bukannya puas, Olivia kembali membuat kesalahan fatal dan berujung harus merelakan segalanya, termasuk dunia balet.
Entah masih ada dendam ataupun tidak. Olivia selalu bercerita tentang masa lalunya ke sang anak, hingga Audrey menangkapnya dengan gamblang. Dendam-dendam itu secara mandiri terpupuk dalam hati dan pikiran sang anak.
"Kenapa? Kenapa kamu mengusik Kirana?" Tegas Olivia. Tubuhnya bergetar, menahan emosi yang bisa kapan saja meledak.
Audrey terkejut mendengar pertanyaan sang ibu. Bagaimana bisa tahu kalau dia sedang bermain-main dengan anak mantan sahabat ibunya itu?
"Kamu kira tidak ada yang tahu perbuatan kamu? Bocah ingusan seperti kamu, dengan mudah ditebak, Drey."
Kegugupan mulai mendera gadis cantik itu. Mana mungkin Kirana tahu kalau dia dalangnya? Akan tetapi-
'Tapi, Mami tahu dari mana?' Batin Audrey mulai bertanya.
Raut wajah Audrey sekarang ini bisa Olivia baca dengan mudahnya. Anak perempuan satu-satunya itu, pasti sedang bertanya-tanya tentang dirinya yang mengetahui perbuatan sang anak. Dan, tebakan Olivia tidak salah.
"Mami baru saja dilabrak Ibunya Kirana. Tante Elena yang memperlihatkan semua bukti tentang kelakuan kamu. Puas kamu?"
Hah? Kenapa bisa ketahuan?
...****************...
Beberapa jam yang lalu,
Olivia dan suaminya tiba di bandara saat malam sudah tiba. Mereka baru saja melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Bersamaan dengan itu, pesawat yang ditumpangi kedua orang tua Kira juga tiba di waktu yang bersamaan. Keduanya tidak sengaja bertemu di kafe bandara setelah lepas dari pemeriksaan imigrasi.
Elena sudah tidak lagi bisa menahan diri untuk menegur Olivia. Dia pun setengah berlari ke arah Olivia yang sedang duduk sambil menikmati kopi bersama suaminya. Papinya Kirana yang tahu isi pikiran sang istri, segera menyusul karena tidak ingin istrinya itu melakukan hal impulsif.
"Apa kabar Liv?"
"E– Elena?"
"Iya, siapa lagi memangnya? Apa gue tambah cantik sampai elo lupa sama gue?" sarkas Elena dengan gaya centilnya yang belum berubah sejak dulu.
"Yang ada elo tambah jelek, Len," cibir Olivia.
Elena mendengus kesal dengan cibiran mantan sahabatnya itu. Bukan masalah jelek atau cantik, dari dulu memang Olivia selalu iri padanya. Sampai membuat dirinya cidera parah dan trauma akan balet.
"Gak masalah gue jelek. Yang penting gue bisa didik anak dengan baik. Gak kayak elo," seru Elena.
Olivia tampak bingung dan bertanya apa maksud perkataan Elena barusan. Dia sudah sebulan lebih keliling dunia untuk urusan bisnis. Dia tidak tahu ada perkembangan apa di dalam negerinya.
Elena menceritakan apa yang terjadi pada anaknya. Lalu dia perlihatkan semua bukti yang mengarahkan ke Audrey – anak bungsu Olivia.
"Gue gak bakal diem aja. Mental anak gue prioritas gue. Kalau anak Lo berulah lagi, nyenggol Kirana, gue gak segan-segan hancurin semua apa yang Lo punya, Liv. Camkan itu!" ancam Elena yang setelah itu berlalu meninggalkan Olivia yang masih syok.
...****************...
Entah sejak kapan Kirana menjadi kekanakan seperti sekarang ini. Sepertinya, sejak jatuh cinta lebih tepatnya. Wajahnya begitu masam saat tahu Davis harus segera ke Jakarta, malam ini juga. Padahal usia pacaran mereka baru juga beberapa hari, udah ditinggal lagi untuk waktu yang belum tahu.
"Gak mau." Rengek Kirana saat Davis berpamitan dengan Kirana. Mereka semua sudah berada di bandara.
Davis bukan tanpa alasan pulang ke Jakarta. Davis harus segera menyelesaikan kasus teror yang dialami sang kekasih. Kedua orang tua Kirana beserta keluarga besarnya menunggu Davis kembali ke Jakarta, tanpa Kirana tentunya. Demi keselamatan sang balerina.
Davis ke jakarta pun tidak sendiri. Dia bersama Ganta dan Glen. Sedangkan Kirana, di Jogja tetap di jaga oleh Saki dan Berto, serta para penjaga dalem keluarga Notokusuma.
"Sebentar saja, Kiran. Kamu mau bersabar kan?" Bujuk Davis sambil memainkan helaian rambut Kirana yang terlepas dari ikatannya.
"Ck, labil banget tuh cewek. Udah tua juga." Gerutu Ganta yang kesal melihat kakak kandungnya merengek.
"Yang sopan sama kakak!" Ternyata Kirana mendengar ucapan adiknya barusan. Lalu, dia menarik tangan Davis agar menjauh dari adiknya.
"Mampus lo!" Glen pun tidak mau ikut-ikutan. Dia memilih mengikuti Kirana dan Davis yang mendekati gate keberangkatan.
"Ck, lagian, Bang Davis sabar banget ngadepin tuh cewek." Gumam Ganta yang cuek.
Bukan Davis namanya kalau terpancing emosinya menghadapi Kirana yang bagai anak kecil. Cinta adalah buta tuli. Apapun yang dilakukan Kirana tidak akan membuatnya marah.
Akhirnya, Kirana kembali ke rumah setelah mendrama di bandara. Davis berhasil membujuk Kirana beberapa menit sebelum pengumuman boarding.
Bosan rasanya, untung ada Saki yang menemaninya di rumah. Keduanya memilih latihan balet di studio mini di rumah.
Kirana memaksa Saki belajar menari balet. Bagaikan anak kecil yang baru belajar, Saki berkali-kali salah gerakan. Kirana pun dengan telaten mengajari Saki.
"Kak, udah ya, capek," keluh Saki yang memang sudah pegal sana sini.
"Baiklah,"
Akhirnya, sesi balet mereka selesai. Saki dan Kirana masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan diri dari keringat yang membasahi tubuh mereka.
Segar sekali rasanya setelah mandi. Kirana sudah berganti pakaian dengan santai. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk. Awalnya, dia mengira Davis yang mengirimi dia pesan. Ternyata, pesan itu dari seseorang yang akhir ini mengusiknya.
Audrey : Temui gue di Kedai eskrim Tempo malam ini tanpa bodyguard lo.
"Mau apa dia?" gumam Kirana yang kesal.
...****************...